KOLOM PAKAR

BUMN For All

Oleh: Dr. Handito Joewono

Chief Strategy Consultant ARRBEY

Setelah sempat tertunda beberapa hari karena ada rapat koordinasi penting dengan Presiden Jokowi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati hadir pada pertemuan ‘kangenan’ dengan para pengurus KADIN di Kantor Pusat KADIN beberapa hari lalu dipandu oleh extra ordinary moderator Ketum KADIN Rosan P. Roeslani.  Benar-benar pertemuan “kangenan” karena memang banyak pimpinan dunia usaha, dan bahkan juga bos KADIN dari berbagai daerah, yang kangen Menkeu SMI dan hadir.  Lounge KADIN full house.  Acara ekslusif buat pengurus KADIN tersebut memang benar-benar eksklusif.  Rileks, mendalam dan sangat terbuka sehingga kami yang hadir beberapa kali merinding.  Bukan merinding karena kekuatiran terhadap defisit neraca perdagangan yang sangat menghantui perekonomian kita sekarang ini, tetapi merinding karena di tengah ancaman yang ‘sangat menakutkan’ Indonesia dan dunia masih ada terseruak rasa percaya diri sebagai bagian dari Indonesia yang bersatu, termasuk skenario bagaimana semestinya BUMN kita menjadi bagian dari solusi.

Sebagai bagian dari pengurus KADIN, saya jadi teringat pertemuan serupa lebih dari 10 tahun lalu tepatnya di akhir 2008 saat perekonomian Indonesia menghadapi krisis ekonomi, ketika Menteri Keuangan kita yang sama, Sri Mulyani Indrawati, berbicara dengan kami para pimpinan dunia usaha dalam acara yang boleh disebut ‘standing meeting’ karena sebagian besar peserta yang begitu membludak sambil berdiri mendengar dengan seksama tentang bagaimana kita menghadapi krisis. 

Teringat waktu itu Menkeu SMI menyebutkan skenario “Rest in Peace”, terinspirasi oleh wafatnya Ibu SMI waktu itu, bagi perusahaan yang tidak sanggup melewati krisis ekonomi. Menkeu SMI waktu itu meminta dunia usaha tidak menambah beban negara bila menghadapi kesulitan keuangan, dan lebih baik ‘mati dengan tenang’ bila tidak sanggup bertahan. Dan ternyata ketegasan dan kelugasan Menkeu SMI berbuah bagus karena perusahaan-perusahaan besar yang saat itu mengalami kesulitan dan ‘hampir minta tolong pemerintah’ membatalkan niatnya dan berusaha menyelesaikan sendiri masalahnya dan ternyata sanggup, termasuk beberapa BUMN.

Kini di tahun 2019, dan itu berarti kita sudah berhasil melewati siklus sepuluh tahunan krisis ekonomi yang selama ini menjadi ‘momok’ bagi pemerintah dan dunia usaha, kita bersyukur menyambut dimulainya periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi dengan lebih percaya diri dibanding 1999, 2004, 2009 dan bahkan 2014.  Kita perlu mensyukuri terbangunnya fundamen strategis perekonomian nasional yang lebih tangguh di periode 2014-2019 termasuk di dalamnya terbangun infrastruktur yang sangat ekstensif dan berguna untuk memacu percepatan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang yang merupakan hasil kerja manis para BUMN.

Tritunggal tiga serangkai ‘triumvirat’ dalam pengembangan BUMN yaitu Menteri BUMN, Menteri Keuangan dengan kepemimpinan Presiden tampil dengan bagus dan efektif beberapa tahun terakhir ini.  Pada buku rekomendasi untuk kelangan terbatas pada tahun 2014 lalu, sebagai ketua tim penulis saya menempatkan bab khusus “Revitalisasi BUMN” untuk meningkatkan peranan BUMN dalam pembangunan dengan melakukan pembaruan sistem pengelolaan BUMN. Kini dengan tugas serupa, saya ingin kembali menempatkan BUMN sebagai bagian strategis pembangunan perekonomian nasional sesuai konteks kekinian.

Bukan Semua untuk BUMN

BUMN for All atau BUMN untuk Semua bukannya dimaknai “BUMN untuk ‘bancakan’ semua pihak”.  BUMN for All bermakna bahwa kehadiran BUMN memberi arti bagi semua pihak, khususnya para stakeholders dan terutama semua rakyat. Peran BUMN dalam pembangunan infrastruktur transportasi darat, laut, udara, irigasi dan telekomunikasi pada beberapa tahun terakhir merupakan contoh nyata bagaimana BUMN sudah berbuat untuk “Semua”.  BUMN bisa berbuat dan mengajak serta semua komponen bangsa untuk menjadi lebih baik. BUMN sudah berbuat untuk seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Rote.

Tentu saja “BUMN untuk Semua” tidak boleh berlanjut dengan “Semua untuk BUMN” karena pelaku perekonomian nasional tidak hanya BUMN tetapi juga perusahaan swasta nasional termasuk para UMKM, koperasi dan perusahaan multinasional. Pada berbagai kesempatan pelaku usaha swasta mengeluhkan dominasi BUMN pada pembangunan khususnya infrastruktur, yang dengan penjelasan Presiden Jokowi sudah bisa dipahami oleh para pelaku usaha swasta.

Ke depan, perlu dirumuskan pembagian ‘lapak’ usaha bagi para pelaku usaha nasional khususnya dalam rangka koordinasi untuk menghadapi serbuan perusahaan luar negeri ke Indonesia serta mengefektifkan penetrasi perusahaan-perusahaan Indonesia ke pasar global. Implementasi ‘Indonesia Incorporated” perlu diefektifkan di antara para pelaku usaha nasional termasuk dengan mengoptimalkan peran strategis BUMN. Tentunya BUMN kita tidak boleh ‘alergi’ terhadap Indonesia Incorporated, dan malah seharusnya menunjukkan kepemimpinan dan mengkoordinasikan implementasi pembangunan nasional yang inklusif bagi seluruh unsur. Tidak ada salahnya ada salah satu Deputi di Kementerian BUMN yang ditugasi untuk mengakselerasi Indonesia Incorporated.

Commandership more than Leadership

Commandership tidak bertentangan dengan leadership. Commandership merupakan bagian dari konsep leadership at a glance, yang dibutuhkan pada kondisi khusus seperti kepemimpinan di medan perang. Commandership menekankan pentingnya ketegasan, keberanian dan komitmen mission accomplished.

Menghadapi tantangan ke depan, juga sejalan dengan program holdingisasi, dibutuhkan commander-commander di kalangan BUMN.  Berbeda dengan commander di medan perang militer yang mempertanggungjawabkan hasilnya setelah perang, pada commandership di perusahaan dibutuhkan kontrol sepanjang pelaksanaan operasi.  Menjadikan para BUMN menjadi perusahaan publik melalui proses IPO merupakan salah satu pilihan baik untuk membuat BUMN kita kuat dengan kepemimpinan kuat ala commander tetapi tetap terkendali.

Commandership pada BUMN diharapkan juga membuat para BUMN kita lebih ‘berani’ bertarung di pasar global.  Sudah waktunya BUMN kita menjadi bagian dari perusahaan-perusahaan besar dunia dengan ukuran besar dunia dan kemampuan bersaing global.  Sesuai tema BUMN For All, para BUMN kita haruslah semakin melayani dunia sebagai bagian dari semua.

Artikel Terkait

Berita Lainnya
Close
Back to top button