BERITA

Moody’s Turunkan Peringkat, Inalum Tercekik Utang Rp100 Triliun

Jakarta, Bumntrack.co.id – Lembaga pemeringkat global, Moody’s memangkas prospek peringkat utang Holding Tambang PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dari stabil menjadi negatif. Hal tersebut terkait utang Inalum yang diprediksi membengkak menjadi USD6,5 miliar atau Rp100 triliun lebih tahun ini. Utang yang meningkat seiring rencana induk BUMN tambang ini mencaplok 20-25% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Selain utang segunung, kemerosotan kinerja anak usaha akibat jebloknya harga komoditas bakal menghajar Inalum.

Moody’s dalam laporannya mempertahankan peringkat Baa2 untuk Inalum dan obligasinya. Rating itu mencerminkan dukungan kuat pemerintah Indonesia ke Inalum. “Penurunan harga komoditas, kapasitas, dan ekspansi membuat prospek Inalum diturunkan ke negatif,” ujar vice president and senior analyst Moody’s, Nidhi Dhruv dilansir di Jakarta, ditulis Selasa (5/5).

Menurutnya, likuiditas Inalum tahun ini sangat lemah. Sedangkan dana tunai perusahaan tidak cukup membiayai capex dan kewajiban pembayaran utang. Dalam 12-18 bulan ke depan, utang jatuh tempo yang harus dibayar Inalum mencapai USD1 miliar. Apalagi diperparah rencana pembelian 20-25% saham Vale dari utang. Akhirnya, utang Inalum naik menjadi USD6,5 miliar dan gross adjusted leverage naik menjadi 8-8,5 kali tahun ini dari 6,2 kali tahun lalu.

Namun disisi lain, tambahan bunga dari utang tersebut masih bisa dibayar dari dividen anak usaha, terutama dari PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Perusahaan batu bara ini diprediksi menyumbangkan 90 persen setoran dividen ke Inalum. Adapun setoran dua anak usaha lainnya, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) and PT Timah Tbk, rendah karena keuangannya lemah.

Salah satu keunggulan Inalum yaitu tak ada risiko refinancing lantaran mayoritas saham dikuasai pemerintah. Selain itu, Inalum memiliki banyak portolio mulai dari batu bara, emas, nikel, timah, tembaga dan emas. Moody’s memprediksi PTFI baru bisa memasok dividen ke Inalum pada 2022-2023.

“Rating Inalum juga sudah memasukkan kepemilikan saham sebanyak 51,2% di Freeport Indonesia (PTFI), yang mengoperasikan tambang emas dan tembaga besar nomor dua di dunia di Grasberg, Papua,” kata dia.

Artikel Terkait

Back to top button