BERITA

Suku Bunga Turun, Korporasi Akan Diuntungkan

Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia

Jakarta, Bumntrack.co.id – Bank Indonesia terus melakukan pelonggaran moneter demi menopang pertumbuhan ekonomi saat kinerja ekspor belum memperlihatkan perbaikan. Hal tersebut sejalan dengan ketidakpastian global akibat perang dagang US dan Cina yang masih berkepanjangan. Dalam dua bulan berturut-turut suku bunga acuan telah dipangkas.

Rapat dewan gubernur (RDG) BI pekan lalu kembali memotong suku bunga acuan atau BI 7-day reserve repo rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,5%, setelah pada Juli juga memangkas suku bunga pada level yang sama. Meninggalkan kebijakan moneter ketat saat kondisi global cukup fluktuatif tentunya bukan tanpa risiko apalagi pengaruhnya terhadap pasar keuangan domestik.

“Ruang penurunan suku bunga masih akan terbuka hingga akhir tahun secara total sebesar 50 bps menjadi 5%. Penurunan ini akan membantu perbaikan neraca perdagangan dan dana asing bakal masuk ke surat utang pemerintah, yang pada akhirnya hal ini akan menopang nilai tukar,” kata Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (26/8).

Dengan ruang kebijakan moneter longgar yang terbuka, Bahana menilai ini adalah saat yang menguntungkan bagi sejumlah korporasi yang memiliki hutang besar seperti PT XL Axiata. Perusahaan berkode saham EXCL ini memiliki utang dengan bunga yang terkait erat terhadap suku bunga jibor yakni cerminan suku bunga yang terjadi di pasar uang, yang dihitung secara priodik yakni 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.

“Besar suku bunga Jibor sangat dipegaruhi oleh besarnya bunga BI 7-day reserve repo yang sedang berlaku, sehingga saat suku bunga turun, maka kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya akan lebih baik, serta modal yang dimiliki bisa dipakai untuk melakukan ekspansi usah,” jelasnya.

Waskita Karya juga akan menuai keuntungan yang sama karena memiliki utang yang cukup besar. Industri perbankan yang berhubungan erat dengan suku bunga juga akan mendapat sentiment positif dari trend pelonggaran moneter, terutama bank-bank yang memiliki dana murah yang sedikit dan valuasi rendah seperti misalnya PT Bank Negara Indonesia.

Bahana memberi rekomendasi beli atas saham perusahaan berkode BBNI ini karena dengan trend penurunan suku bunga akan memiliki ruang untuk ekspansi kredit dengan rasio net interest margin (NIM) yang terjaga stabil serta rasio kredit bermasalah yang membaik.

Demikian juga halnya dengan PT Bank Rakyat Indonesia akan mendapat sentiment positif karena porsi dana murah di bank berkode saham BBRI ini belum terlalu besar. Berbeda halnya dengan Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Central Asia (BBCA) yang memiliki dana murah cukup besar.

“Dengan trend penurunan suku bunga yang terjadi saat ini, ruang bagi kedua bank tersebut untuk mempertahankan NIM lebih kecil, plus valuasi saham keduanya juga sudah cukup tinggi,” jelasnya.

Sedangkan peluang bank skala menengah seperti Bank Danamon dan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) masih terbatas setelah diambilalih oleh Bank Sumitomo Mitsui Indonesia. Bank Danamon yang akan merger dengan Bank Nusantara Parahyangan, setelah keduanya dimiliki oleh Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. juga belum akan melakukan ekspansi bisnis hingga seluruh proses merger selesai.

Sementara itu, kinerja perusahaan dari sektor otomotif belum akan mendapat sentimen positif meski trend suku bunga turun. Penjualan kendaraan bermotor terutama untuk daerah DKI Jakarta diperkirakan akan mendapat tantangan, setelah pemerintah provinsi DKI menaikkan biaya balik nama kendaraan bermotor (BBN-KB) menjadi 12,5%, dari yang sebelumnya sebesar 10%.

Artikel Terkait

Back to top button