
Jakarta, Bumntrack.co.id – Hari ini Taiwan mengklaim capaian kinerja 200 hari tanpa penularan transmisi lokal. Prestasi ini tentunya sangat luar biasa. Ditengah gelombang kedua pandemic COVID-19 yang memusingkan banyak Negara-negara maju, negara kecil berpenduduk hampir 24 juta (2020) dengan luas seperempat pulau Jawa (36 ribu m2) ini bekerja maksimal melawan pandemi.
Prestasi Taiwan melawan pandemi adalah yang terbaik didunia, yang mungkin hanya bisa disaingi oleh Singapore yang pada 28 Oktober melaporkan NOL transmisi lokal. Bagaimana bisa? …. Sementara Negara-negara maju seperti UK dan AS malah mengalami lonjakan yang meninggi. Kuncinya ada pada disiplin warga dan ketatnya kontrol pemerintah.
Perlu diketahui bahwa Taiwan menerapkan karantina ketat selama 14 (empat belas hari) bagi pendatang yang masuk ke Taiwan. Taiwan tidak me – LOCK DOWN negaranya, tetapi menjaga sedemikian rupa sehingga protocol kesehatan new normal dan pencegahan penularan diminimalkan seminimal mungkin. Kegiatan bisnis dan pendidikan tetap berjalan sebagaimana biasa. Hanya saja karantina memang diberlakukan sangat ketat.
Saat seorang kolega mendapatkan beasiswa Doktoral di Taiwan, dia harus memenuhi syarat tes kesehatan di Indonesia sebelum berangkat. Sampai di Taiwan juga dilanjutkan dengan karantina 14 (empat belas) hari tinggal di hotel tanpa boleh keluar dari kamar.
Jadi, jangan samakan karantina disana dengan karantina mahasiswa dan TKW Indonesia yang pulang pada bulan Maret 2020 di Tanjung Pinang dll, dimana mereka masih bisa volley bersama dan olahraga lainnya.
Begitu juga untuk urusan bisnis, tim salah satu BUMN Karya yang mendapatkan order besar pekerjaan konstruksi untuk 2021 disana juga harus dikarantina 14 hari tanpa kecuali, baru setelah tes aman mereka bisa melanjutkan dealing bisnis.
Hal ini juga berlaku untuk wisatawan, sementara Thailand melonggarkan karantinanya menjadi hanya 10 (sepuluh) hari untuk menarik wisatawan lebih banyak. Kitapun tidak tahu apa dampak pelonggaran masa karantina ini bagi Thailand kedepannya.
Yang jelas, sukses Taiwan dalam meredam penularan pandemic ini ada 3 (tiga), yaitu kombinasi: disiplin warga, kerasnya penegakan aturan, dan monitoring ketat kesehatan tenaga kesehatan. Dengan tiga perlakuan tersebut, pembangunan dan ekonomi di Taiwan tetap berjalan, dengan rencana mitigasi yang ketat untuk 2021 kedepan, termasuk pembangunan LRT dan bandara 3 Taoyuan yang disub kon juga kepada BUMN Karya Indonesia.
Kita dan semua Negara perlu belajar dari Taiwan dalam pengendalian pandemik, mengingat bahwa pandemik ini adalah membutuhkan kesadaran komunitas, termasuk saat vaksinasi nanti adalah butuh kekebalan komunitas bersama-sama.
Pemerintah daerah yang sukanya hanya menggunakan jurus PSBB seharusnya mulai sadar, bahwa 3 (tiga) kombinasi ini, yaitu disiplin warga, kerasnya penegakan aturan, dan monitoring ketat kesehatan tenaga kesehatan adalah ibarat causal loop yang membentuk system thinking. Tidak bisa hanya melakukan pembatasan, tetapi faktor lain diabaikan.
Demikian juga dengan dampak ekonominya dan kegiatan sosial politik, mengingat kesehatan dan sosio ekonomi adalah hubungan sistem kompleks yang saling berhubungan dan saling menjadi sebab dan akibat.
Dalam menghadapi pilkada serentak ini, kecerdasan dan displin kita bersama juga akan diuji. Mengapa? ada atau tidak ada pandemi, kehidupan harus tetap berjalan, yang tentunya dengan cara mitigasi resiko yang lebih aman dan mikiiir (istilah cak Lontong komedian). Itulah esensi pentingnya manusia diberi akal oleh Allah SWT.
Ditulis Oleh:
Dr.Ir.Arman Hakim Nasution, M.Eng
Manajemen Bisnis ITS