
Jakarta, Bumntrack.co.id – Dalam rangka pembentukan Holding Ultra Mikro, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk melakukan aksi korporasi dengan menerbitkan 28,2 miliar saham baru (right issue). Total nilai Right Issue BRI mencapai Rp95,9 triliun, yang terdiri dari Rp54,7 triliun dalam bentuk partisipasi non tunai Pemerintah dan Rp41,2 triliun dalam bentuk cash proceed dari pemegang saham publik. Sebanyak Rp27,9 triliun diantaranya berasal dari pemegang saham asing. Dengan hasil rights issue tersebut, maka kepemilikan saham publik masih dapat terjaga di atas 40 persen sesuai dengan target BRI.
Dalam sambutannya, Menteri BUMN RI, Erick Thohir mengungkapkan bahwa keberhasilan ini merupakan sebuah prestasi dikarenakan terjadi pada saat market sedang turbulence, sehingga diharapkan right issue ini akan membuat market kembali bergairah.
“Tidak hanya right issue, namun dikala market mengalami turbelence, BRI bisa membuat market bergairah. Hal ini membuktikan bahwa kita punya market besar, sehingga pertumbuhan ekonomi akan terus berlangsung. Tidak banyak negara memiliki posisi seperti kita, sehingga diperlukan pemikiran kebijakan bahwa market kita merupakan aset yang mahal, bukan hanya aset perdagangan tapi harus dipastikan aset ini untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Menteri BUMN RI, Erick Thohir dalam acara Opening Bell Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (29/09).
Menurutnya, sektor UMKM bisa menjadi pertumbuhan ekonomi yang penting karena 60 persen ekonomi Indonesia ditopang oleh UMKM. “Kita terus mendorong bahwa UMKM ini bukan objek tapi subyek yang harus didukung, bukan sesusatu yang diperebutkan tapi kebijakan apa yang bisa kita dorong bersama,” tambahnya.
Holding UMI yang mencakup BRI, Pegadaian dan PNM merupakan sinergi besar dalam rangka mendorong pertumbuhan pasar modal. Dengan aset yang banyak, diharapkan pasar modal Indonesia menjadi bursa nomor satu di Asia Tenggara. Pasalnya, Indonesia memiliki market yang besar sehingga mampu menumbuhkan perekonomian. Disatu sisi, banyak bursa saham yang menurun karena pandemi, namun di Indonesia justru membaik.
“Kita mendorong perusahaan BUMN go public karena ini merupakan bagian dari transparasi perusahaan sekaligus dapat menopang pertumbuhan bursa. Khusus holding UMI, ini merupakan keberpihakan kita terhadap UMKM. Awalnya pesimis karena merubah model bisnis, namun justru melalui perubahan ini, UMKM akan mendapat tiga hal sekaligus. Pertama, akses dana lebih murah. Kedua, pendampinga UMKM menjadi lebih luas. Ketiga, UMKM memiliki aksesbilitas untuk naik kelas,” terangnya.
Menteri Erick juga menyaksikan langsung proses integrasi BRI, Pegadaian dan PNM dalam satu atap. Nasabah dari tiga BUMN tersebut bisa dilayani dalam satu atap. Integrasi ini sejalan dengan program yang diminta presiden Joko Widodo agar UMKM dilayani dengan baik. Pembiayaan UMKM di sektor perbankan juga terus meningkat walaupun secara benchmarking masih di bawah negara tetangga.
“Melalui Holding Ultra Mikro (UMi), UMKM bisa menjadi pertumbuhan ekonomi yang sangat penting. Saat ini 60 persen ekonomi ditopang UMKM, dan UMKM bukan objek tapi subjek yang harus diperjuangkan bersama sama. Sinergi UMi akan membuat pelaku usaha ultra mikro mendapat akses dana lebih mudah, mendapatkan pendampingan serta akses lebih mudah untuk naik kelas,” imbuh Erick.
Ditempat yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen menjelaskan kesuksesan ini menjawab keraguan dari para investor, keraguan dari para pengamat dan keraguan terhadap pasar Indonesia secara keseluruhan bahkan keraguan terhadap pemulihan ekonomi di Indonesia. “Base ekonomi kita pertumbuhannya ke depan akan lebih bertumbuh pada pertumbuhan di UMKM. Dan ini juga merupakan hal yang akan terus kita dorong dari OJK, dan kita akan sangat support terhadap pengembangan daripada UMKM ini. Ternyata di Indonesia ini banyak sekali masyarakat yang ekonominya bertumpu dari kegiatan sehari-hari. Kami menyambut baik bahwa kegiatan ini merupakan selebrasi kita semua. Kami di OJK juga tentunya sangat mendukung bagaimana UMKM ini bisa terus tumbuh” tambah Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen.
Sedangkan Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia, Inarno Djajadi menambahkan bahwa pencapaian membanggakan ini tak lepas dari upaya dan kerja keras BRI terutama dalam menjaga kinerja dan fundamental perusahaan. Saham BBRI merupakan saham dengan kinerja luar biasa dan selalu masuk konstituen LQ45.
“Sampai saat ini, sejak Februari 2005 BBRI juga masuk LQ45, BBRI juga termasuk perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia serta menjadi saham yang paling aktif ditransaksikan berdasarkan nilai. Dengan adanya right issue ini dan potensi bisnis yang besar karena terdorong Holding BUMN Ultra MIkro, saham BBRI tentu akan bertambah menarik dan meningkatkan optimisme investor untuk terus mengapresiasi saham BBRI,” pungkasnya.