Pertamax, Jokowi Resmikan Perdagangan Bursa Karbon di Bursa Efek Indonesia

E-Magazine Januari - Maret 2025

Jakarta, BUMN TRACK – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo hari ini resmi membuka perdagangan karbon di Bursa Efek Indonesia. Hal ini merupakan bentuk kontribusi nyata Indonesia terdapat upaya menangani dampak dari perubahan iklim.

“Selamat kepada OJK, BEI, dan kementerian terkait atas peluncuran Bursa Karbon pertama di Indonesia sebagai tanda dimulainya perdagangan karbon di negara kita, Indonesia,” kata Presiden Jokowi di Jakarta, Selasa (26/9/23).

Menurutnya, perdagangan bursa karbon di BEI adalah kontribusi nyata Indonesia untuk berjuang bersama dunia, melawan krisis iklim, melawan krisis perubahan iklim, di mana hasil dari perdagangan ini akan direinvestasikan kembali pada upaya menjaga lingkungan, khususnya melalui pengurangan emisi karbon.

“Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam nature-based solution, dan menjadi satu-satunya negara yang sekitar 60 persen pemenuhan pengurangan emisi karbonnya berasal dari sektor alam. Di catatan saya, ada kurang lebih 1 gigaton co2, potensi kredit karbon yang bisa ditangkap,” tambahnya.

Jika dikalkulasi potensi bursa karbon bisa mencapai Rp3.000 triliun. Bahkan bisa lebih dari Rp3.000 triliun. Hal tersebut merupakan sebuah angka yang sangat besar yang akan menjadi sebuah kesempatan ekonomi baru yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, sejalan dengan arah dunia yang sedang menuju kepada ekonomi hijau.

“Memang ancaman perubahan iklim sangat bisa kita rasakan, dan sudah kita rasakan, dan kita tidak boleh main-main terhadap ini, kenaikan suhu bumi, kekeringan, banjir, polusi, sehingga dibutuhkan langkah-langkah konkret untuk mengatasinya. Dan bursa karbon yang kita luncurkan hari ini bisa menjadi sebuah langkah konkret, bisa menjadi sebuah langkah besar untuk Indonesia mencapai target NDC,” jelasnya.

Oleh sebab itu, Presiden meminta menjadikan standar karbon internasional sebagai rujukan. Manfaatkan teknologi untuk transaksi sehingga efektif dan efisien.

“Yang kedua, harus ada target, harus ada timeline, baik untuk pasar dalam negeri dan nantinya pasar luar negeri atau pasar internasional. Segera masuk ke sana. Yang ketiga, atur dan fasilitasi pasar karbon sukarela sesuai praktik di komunitas internasional, dan pastikan standar internasional tersebut tidak mengganggu target NDC Indonesia,” terangnya.

Presiden optimistis Indonesia bisa menjadi poros karbon dunia asalkan langkah-langkah konkret tersebut digarap secara konsisten dan bersama-sama oleh seluruh pemangku kepentingan, baik oleh pemerintah, oleh swasta, masyarakat, dan bersama-sama dengan stakeholders lainnya.

Bagikan:

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.