
Jakarta, Bumntrack.co.id – Perum Perumnas sebagai perusahaan pelat merah yang berkembang di sektor perumahan terus berupaya memberikan produk hunian bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau. Pada awal pendirian, Perumnas diberikan lahan seluas ±9.000 Ha yang tersebar di kawasan Depok, Bekasi, Klender, Helvetia Medan, Panakukang Makassar, Antapani Bandung dan Banyumanik Semarang.
“Namun, saat ini Pemerintah tidak lagi memberikan lahan secara khusus kepada Perumnas untuk dikembangkan. Perumnas harus membeli sendiri dan bersaing dengan pihak swasta dimana mereka bisa membeli dengan harga berapa saja dan menjualnya dengan harga berapa saja, tidak demikian yang terjadi dengan Perumnas. Ada peraturan yang mengikat Perumnas terkait harga jual rumah,” kata Direktur Utama Perumnas, Bambang Triwibowo di Jakarta, Rabu (26/2).
Saat ini , Perumnas harus berpikir out the box terkait mahalnya tanah yang terletak di area Jabodetabek. Pasalnya, 62 persen permintaan perumahan ada di kawasan Jabodetabek. “Sekitar 62 persen permintaan perumahan ada di Jabotebek. Kalau bersaing dengan swasta agak berat. Mereka bisa menjual dengan harga berapapun juga. Sedangkan kita, ada aturan yang mengikat untuk menjualnya,” tambahnya.
Menurutnya, pembenahan Perumnas lebih menitikberatkan pada penerapan kerjasama bisnis dengan instansi lainnya. Dengan menciptakan uniqueness untuk penciptaan pangsa baru yang menguntungkan. Salah satunya adalah pengembangan Transit Oriented Development (TOD) lahan iddle milik PT KAI dan Damri. TOD tersebut merupakan konsep pengembangan properti (hunian, area komersil, dll) yang terintegrasi dengan moda transportasi umum (Khususnya yang berkapasitas besar,
seperti Kereta Api/Bus). Dengan konsep TOD beberapa permasalahan kota seperti kemacetan dan tingkat polusi akan berkurang. Sedangkan bagi para penghuni, waktu di rumah bersama keluarga jauh lebih banyak karena terhindar dari kemacetan dan biaya transportasi yang murah tentunya. Saat ini Perumnas menggandeng KAI untuk pengembangan
“Kita punya Land Bank di pelosok Indonesia. Padahal kesempatan permintaan yang tinggi ada di Jabotebek. Makanya kami kerjasama dengan BUMN lain yang memiliki idlle land seperti KAI dan Damri. Contohnya, membangun TOD di pondok China, dan tanjung barat. TOD itu laris, karena orang kalau mau ke kantor tinggal turun ke stasiun dan berangkat kerja,” tambahnya.
Selain itu, Perumnas juga bekerjasama dengan Perum Damri karena mereka menyediakan tanah idle dan bis dengan berbagai tujuan transportasi. Untuk wilayah Jabodetabek dimana populasi backlog tertinggi terjadi, disiasati dengan kerjasama dengan berbagai BUMN/D atas lahan idle para BUMN/D tersebut, di beberapa lokasi seperti Kalibata Jakarta dengan PT Pertani, Kelapa Gading dengan PT BGR Logistik dan Cempaka Putih dengan PD Pasar Jaya.