Meski Harga Turun, PT Bukit Asam Catatkan Laba Rp4,1 Triliun

E-Magazine Januari - Maret 2025

Jakarta, Bumntrack.co.id – PT Bukit Asam Tbk sepanjang tahun 2019 berhasil mencatatkan laba Rp4,1 triliun. Laba tersebut disokong peningkatan produksi batu bara sebesar 10,2 persen dari tahun sebelumnya, menjadi 29,1 juta ton. Kapasitas angkutan batu bara juga mengalami kenaikan menjadi 24,2 juta ton atau naik 7 persen dari tahun 2018.

“Kenaikan tersebut mendorong kenaikan penjualan batu bara mencapai 27,8 juta ton atau naik 13 persen. Kenaikan tersebut karena adanya ekspansi ke Jepang, Hongkong, Vietnam, Taiwan dan Filipina. Selain itu, ada penambahan pasar baru seperti Australia, Thailand, Myanmar dan Kamboja,” kata Direktur Utama PT Bukit Asam, Arviyan Arifin di Jakarta, Kamis (5/3).

Perseroan mencatatkan pendapatan usaha Rp21,8 Triliun atau naik sebesar 3 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp21,2 Triliun. Pendapatan tersebut terdiri dari pendapatan penjualan batu bara domestik sebesar 57 persen, penjualan batu bara ekspor sebesar 41 persen dan aktivitas lainnya sebesar 2 persen yang terdiri dari penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah dan inti sawit, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa. Kenaikan pendapatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah tonase penjualan.

“Penurunan harga batu bara tersebut seiring dengan pelemahan harga batu bara indeks Newcastle (GAR 6322 kkal/kg) sebesar 28 persen menjadi rata-rata sampai dengan Desember 2019 sebesar USD77,77 per ton dari USD107,34 per ton pada periode yang sama tahun lalu. Demikian juga indeks harga batu bara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index /ICI) GAR 5000 yang melemah sebesar 17 persen menjadi rata-rata sampai dengan Desember 2019 sebesar USD50,39 per ton dari USD60,35 per ton dari tahun lalu,” terangnya.

Beban pokok penjualan di tahun 2019 tercatat sebesar Rp14,18 Triliun dengan komposisi terbesar terjadi pada biaya angkutan kereta api. Besarnya biaya ini seiring dengan peningkatan volume angkutan batubara dan kenaikan biaya jasa penambangan akibat meningkatnya produksi dan rata-rata stripping ratio di tahun 2019 menjadi 4,6 bcm/ton. Sedangkan Aset Perseroan per 31 Desember 2019 mencapai Rp26,1 Triliun dengan komposisi terbesar pada aset tetap sebesar 28% dan kas setara kas sebesar 18%. Kas dan setara kas serta deposito dengan jangka waktu diatas 3 bulan yang dimiliki perseroan per 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp7,3 Triliun, meningkat 12% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Bagikan:

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.