
Jakarta, Bumntrack.co.id – Chairman of Indonesia Saemaul Undong Global League, Dr Aries Muftie mengungkapkan bahwa core value AKHLAK di BUMN penting karena Erick Thohir tidak ingin kasus hukum kembali menjerat perusahaan BUMN. AKHLAK; Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif dalam perusahaan BUMN menjadi penting karena BUMN telah menguasai pasar ekspor yang tersebar di seluruh dunia dengan produk olahan bernilai tambah. Belajar dari pertumbuhan ekonomi Korea dan Pabrik Saemaul, Akhlak itu penting diterapkan dalam dua karakteristik ekonomi yang berkaitan dengan hal logis dan ilmiah dalam kehidupan manusia.
“Saemaul di Korea sama halnya dengan Revolusi Mental dan Spiritual atau Revolusi Akhlak di Indonesia. Saemaul juga merupakan Pelatihan Patriot agar memiliki Spiritual Leadership/Akhlak,” kata Chairman of Indonesia Saemaul Undong Global League, Aries Muftie dalam Workshop & Diskusi Panel dengan tema AKHLAK Mulia Sebagai Core Value Membangun Budaya Korporasi BUMN di Jakarta, Rabu (26/8).
Menurutnya, Perekonomian suatu negara dapat ditunjukkan melalui setiap situasi dengan perkembangan dan perubahan pembangunannya. Tingkat Investasi, Tingkat Pertumbuhan, Tingkat Harga, Tingkat Bunga, Penghasilan, Konsumsi, Ekspor dapat ditunjukkan dengan angka, logis dan dapat dijelaskan dengan berbagai perbandingan. “Tidak ada sesuatu efek tanpa sebab dan tidak ada kata ‘Keajaiban’ dalam ekonomi. Kata ‘Keajaiban’ ini digunakan jika ada yang sulit dijelaskan dengan logika atau angka,” terangnya.
Pertumbuhan Ekonomi Korea disebut “Keajaiban Sungai Han“ karena secara logika, sulit dijelaskan. Pasalnya, Spirit Masyarakat Baru (Saemaul) telah mengguncang jiwa-jiwa orang Korea yang tertidur lelap selama 5.000 tahun. Hal tersebut menghancurkan DNA yang tersembunyi di hati, kepala dan tangan (Heart, Head & Hand).
“Perubahan tersebut didasarkan pada semangat kepeloporan, kepercayaan diri, kemauan untuk hidup (penyintas), pemikiran positif, persaingan dengan itikad baik, semangat wirausaha, semangat komunitas, dan nilai-nilai Konfusianisme tradisional (Taat Orang Tua, Guru & Pemimpin), dll. Dengan kata lain, orang berpikir tetapi kurang praktik dan kecenderungan tidak aktif dalam bisnis karena menilai bahwa pekerjaan penting hanya dilakukan oleh orang-orang kelas atas, semakin keras berubah,” terangnya.
Sistem Saemaul memberikan ide untuk membuat peta jalan, mulai menyebar di seluruh Republik Korea. Spirit Saemaul atau semangat ketekunan, swadaya dan kerjasama menyebar ke setiap tempat di kota, di daerah pedesaan, di tempat kerja dan pabrik dan ini menunjukkan perubahan besar.
“Dari negara yang berorientasi pertanian, Korea telah berubah menjadi negara maju yang memiliki pembangkit tenaga listrik, manufaktur, hingga menjadi negara pengekspor utama yang berorientasi informasi. Korea telah mencapai pembangunan ekonomi dalam 50 tahun sementara negara Barat membutuhkan waktu 200 tahun,” terangnya.
Korea berubah dari negara pertanian termiskin di dunia, menjadi kelompok negara negara besar dunia dengan pendapatan per kapita meningkat dari USD80 menjadi USD28.000 (350 kali). Selain itu, ekspor juga meningkat cepat dari USD10 juta menjadi USD500 miliar (5 juta kali). Padahal Korea tidak memiliki sumber daya bawah tanah (pertambangan).
“Untuk produk industri, hampir bergantung pada impor. Misalnya, impor sumber daya energi seperti minyak mentah dan gas alam melebihi USD10 juta. Namun terlepas dari kondisi yang merugikan ini, perusahaan-perusahaan besar Korea seperti Samsung, LG, SK, Hyundai dan POSCO terus tumbuh dan menjadi perusahaan global,” terangnya.