BERITA
Trending

Fraud Jiwasraya Diketahui Belakangan

Jakarta, 28 Desember 2019 – BUMN Track menjelaskan bahwa penghargaan terhadap Jiwasraya pada tahun 2018 diberikan terkait produk, bukan investasi. Fraud yang terjadi di Jiwasraya terjadi pada sisi investas dan itu baru terbuka belakangan.

Pemimpin Redaksi BUMN Track Akhmad Kusaeni mengatakan, saat dievaluasi oleh juri yang bertugas, kami menerima laporan dari fakta2 bahwa Tahun buku 2016 (diumumkan 2017) oleh kantor akuntan publik Price Waterhouse Coper, PT Jiwasraya dinyatakan untung Rp1.6 triliun.

Lalu tahun buku 2017 (diumumkan direksi lama pada tahun 2018 dan menjadi acuan award), disampaikan direksi (inhouse report) bahwa Jiwasraya untung Rp2,4 triliun. Baru kemudian Mei 2018 saat mantan dirut BRI, Pak Asmawi masuk sebagai dirut Jiwasraya dan yang bersangkutan melakukan pembenahan produk.

Penghargaan dari segi produk tak ada masalah karena produk Jiwasraya menurut banyak pihak memang bagus, lolos dari persetujuan OJK. “Juri tak menerima informasi kalau ada yang mengatakan sejak itu sdh bermasalah,” kata Akhmad Kusaeni.Sebab, lanjutnya, kalau bermasalah harusnya produk itu sudah dilarang oleh otoritas, dalam hal ini adalah OJK

Setelah award diberikan, keluar angka baru hasil audit. PWC mengkoreksi pernyataan direksi sebelumnya yang mengklaim perusahaan untung secara akunting Rp2,,6 triliun menjadi masih positif, namun nilainya menjadi Rp360 miliar.

Dari berita-berita yang beredar terungkap bahwa yang bermasalah bukan pada sisi produk. Melainkan Fraud terjadi pada sisi investasi yang melibatkan orang-orang tertentu. Dan sebagaimana lazimnya fraud, baru diketahui belakangan.

Angka-angka yang disebutkan sebagai “kerugian” oleh berbagai pihak adalah terkait dengan investasi yg diduga bodong atau fraud yg dilakukan direksi sebelumnya, yang berakibat cashflow perusahaan menjadi negatif.

Tentu dewan juri masih terus mengajukan pertanyaan, bagaimana logikanya perusahaan diaudit selalu positif, namun kini terjadi gagal bayar dan cashflow negatif? ni baru terungkap belakangan. “Artinya ada sisi gelap yang perlu dibuka pada sisi investasi,” demikian ungkap Akhmad Kusaeni.

Artikel Terkait

Back to top button