
Jakarta, bumntrack.co.id – PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mulai 1 Desember 2019 akan menambah frekuensi perjalanan KRL sesuai dengan Grafik Perjalanan Kereta 2019 (Gapeka 2019). Frekuensi perjalanan tersebut akan bertambah secara bertahap. Saat ini PT KCI mengoperasikan 958 perjalanan dan 84 rangkaian kereta setiap hari. Jumlah ini akan meningkat menjadi 1001 perjalanan dengan 90 rangkaian hingga akhir 2020.
“Dengan bertambahnya frekuensi perjalanan KRL, kami prioritaskan KRL dengan rangkaian 12 kereta (Stamformasi/SF 12),” kata Direktur Utama PT KCI, Wiwik Widayanti di Depok Jawa Barat, Kamis (21/11).
Saat ini, PT KCI memiliki 1.060 unit terdiri dari rangkaian 8 kereta, 10 kereta dan 12 kereta. Seluruh rangkaian kereta tersebut merupakan kereta bekas impor dari Jepang. Meskipun demikian, perawatan dan kehandalan kereta dari Jepang telah teruji dapat digunakan selama lebih dari 15 tahun.
“Proses perawatan terus kita lakukan rutin, sesuai dengan standar Jepang. Selain itu, perbaikan sarana dan prasarana juga dilakukan sesuai dengan kewenangan yang diberikan seperti perbaikan hall, renovasi stasiun Rangkasbitung hingga kalibata,” tambahnya.
Demi memberikan rasa aman dan nyaman, PT KCI melakukan perawatan dan pemiliharaan dalam tiga periode yaitu harian, bulanan, dan tahunan. Khusus untuk periode dua tahunan dan empat tahunan akan dilakukan perawatan di Dipo Depok. Sedangkan Dipo Bogor dan Manggarai untuk perawatan daily dan bulanan.
“Dipo Depok merupakan Dipo terluas di Asia Tenggara. Luasnya mencapai 26 hektar. KCI juga memiliki Dipo Manggarai dan Dipo Bogor,” kata VP Perencanaan dan Evaluasi Pemeliharaan, Budi Heryanto.
Untuk perawatan harian, pengecekan dilakukan saat siang dan malam hari disaat tidak terjadi lonjakan penumpang. Waktu perawatan cek harian membutuhkan waktu sekitar 60 menit. Sedangkan cek bulanan dilakukan secara periodik 1,3,6 hingga 12 bulan.
“Perawatan bulanan dilakukan di 3 Dipo yaitu Dipo Depok, Bogor dan Bukit Duri. Walaupun kerata bekas dari Jepang, kereta ini masih beroperasi. Sampai Indonesia, tetap dilakukan pengecekan, uji kelayakan dan sertifikasi,” jelasnya.
Tidak hanya impor kereta, lanjutnya, Sumber Daya Manusia juga turut dilakukan peningkatan kapasitas melalui alih teknologi. Perusahaan mengirim beberapa SDM ke Jepang untuk belajar, kemudian tenaga ahli dari Jepang juga akan datang ke Indonesia untuk memastikan ilmu yang telah diperoleh.
“SDM juga kita upgrade, kita kirim SDM ke Jepang untuk alih teknologi. Selain itu, ada evaluasi tim Jepang ke Indonesia. Sudah benar apa tidak,” pungkasnya.