
Jakarta, Bumntrack.co.id – Hingga kuartal III/2020, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mencatatkan laba operasi sebesar USD72,67 juta. Selain itu, perseroan juga mencetak EBITDA positif sebesar USD55,99 juta, meningkat signifikan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu minus USD40,51 juta.
“Krakatau Steel telah menurunkan biaya operasi setiap bulannya hingga 50 persen. Perseroan melakukan efisiensi biaya operasi diantaranya melalui penurunan biaya energi sebesar 41%, biaya utility 21%, biaya consumable 51%, dan biaya spare part 60% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Krakatau Steel juga berhasil menurunkan cash cycle dari 82 hari menjadi 62 hari sebagai upaya untuk memperbaiki arus kas,” kata Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim di Jakarta, Senin (30/11).
Menurutnya, transformasi dan restrukturisasi yang dilakukan di segala lini hingga ke seluruh anak perusahaan telah menunjukkan hasil yang baik. Segala upaya dilakukan membuat Krakatau Steel mampu bertahan di tengah kondisi perekonomian nasional yang terganggu akibat pandemi Covid-19.
Dalam upaya menggerakkan kembali perekonomian nasional yang terganggu akibat pandemi Covid-19 tersebut, Krakatau Steel mengambil peran penting untuk membantu industri hilir dan industri pengguna nasional melalui inisiatif pemberian relaksasi kepada industri hilir dan industri pengguna. Hal ini dilakukan melalui realisasi kebijakan investasi pemerintah dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) senilai Rp3 triliun dengan cara penerbitan obligasi wajib konversi yang sudah mendapat persetujuan pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang digelar 24 November 2020 lalu.
“Posisi Krakatau Steel sebagai penyedia produk baja hulu, sangat berpengaruh dalam menyokong kegiatan operasional industri hilir dan industri pengguna. Oleh karena itu, kebijakan investasi Pemerintah akan memberikan fleksibilitas kepada Krakatau Steel untuk membantu konsumen industri hilir dan industri pengguna melalui perpanjangan siklus pembayaran serta pembelian bahan baku sehingga dapat memulihkan pasar dan industri baja,” tutur Silmy.
Selanjutnya, pasar baja domestik telah menunjukkan tanda perbaikan positif. “Hingga saat ini pasar baja sudah recovery sebesar 80%. Hal ini memberikan keyakinan bahwa ke depannya di Kuartal 2 tahun 2021 pasar baja domestik akan kembali pulih seperti sebelum masa pandemi”, sambung Silmy.
Perbaikan ini juga ditandai dengan kenaikan harga baja internasional. Menurut World Steel Dynamics, 23 Oktober 2020, harga baja internasional untuk produk Hot Rolled Coil (HRC) di Kuartal 4 2020 mengalami peningkatan 27,1% dibandingkan dengan harga di kuartal 2 2020.