Perbaiki Struktur Modal, Krakatau Steel Berencana Right Isssue Tahun Depan
Jakarta, Bumntrack.co.id – Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) Silmy Karim mengungkapkan bahwa perseroan sedang berencana melakukan rights issue atau menambah modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) pada tahun depan. Right issue tersebut ditarget memperolah dana sebanyak-banyaknya Rp3 triliun.
“Kami masih memperhitungkan antara kuartal kedua atau ketiga tahun 2022. Besarnya sekitar USD200 juta atau Rp2,8 triliun,” kata Silmy Karim dalam paparan publik virtual, Selasa (23/11).
Menurutnya, aksi korporasi ini merupakan langkah perseroan untuk memperbaiki struktur modal dengan mengurangi utang. “Kita merencanakan di akhir 2021 ini akan membayar USD200 juta, kemudian di tahun depan rencana kurang lebih USD500 juta. Ini sequence-nya kita atur sedemikian rupa agar bisa sesuai dengan rencana restrukturisasi di awal. Jadi ini memang masuk koridor recana restrukturisasi di awal,” terang dia.
Untuk diketahui, Berdasarkan paparan publik, Krakatau Steel membukukan pertumbuhan pendapatan hingga 73,18 persen menjadi USD1,8 miliar atau setara Rp26,5 triliun pada periode Januari-Oktober 2021 dari raihan periode yang sama tahun lalu USD1 miliar atau setara Rp15,3 triliun. Total liabilitas jangka panjang KRAS tercatat sebesar USD1,75 miliar per 30 September 2021.
Pertumbuhan penjualan tahun ini didorong naiknya volume pengapalan perseroan sebesar 20 persen menjadi 1,5 juta ton, sementara volume produksi naik 35 persen menjadi 1,6 juta ton. Kapasitas terpasang HRC Krakatau Steel saat ini telah mencapai 3,9 juta ton per tahun. Sedangkan biaya utilitas turun 15 persen dari USD25,2 per ton pada Januari-Oktober 2021 menjadi USD21,4 per ton.
“Biaya energi turun 6 persen menjadi USd12,3 per ton, biaya suku cadang turun 6 persen menjadi USD2,9 per ton, dan biaya lain-lain turun 28 persen menjadi USD5,9 per ton,” jelasnya.
Perseroan juga berhasil menurunkan biaya tenaga kerja sebesar 9 persen dari posisi USD45,9 per ton pada Januari-Oktober 2020 menjadi USD42,1 ton. Biaya tertinggi yang diterima emiten industri baja ini adalah biaya tenaga kerja. Kemudian, biaya variabel turun 10 persen menjadi USD56,8 per ton, sedangkan biaya tetap turun 7 persen menjadi USD 59,9 per ton. Adapun, pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) naik 127,69 persen secara tahunan pada Januari-Oktober 2021 menjadi USD 148 juta.
“Laba bersih meningkat 160,81 persen dari posisi merugi hingga USD45 juta menjadi laba USD74 juta pada 10 bulan pertama 2021. Dua subholding anak perusahaan perseroan, Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI) dan Krakatau Baja Konstruksi (KBK) juga berkontribusi dalam pertumbuhan EBITDA,” terangnya.