Bumntrack.co.id. Jakarta – Data BPS Sidoarjo, Desa Kalitengah Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Hal tersebut berimplikasi dengan tingginya timbunan sampah yang dihasilkan.
Berdasarkan kajian awal, 53 usaha dan 3.128 rumah tangga berpotensi membuang jelantah sehingga diperkirakan ada 3.211 liter minyak jelantah yang berpotensi mencemari lingkungan. Dampaknya, terjadi penyumbatan drainase, gangguan ekosistem air dan pencemaran tanah. Bahkan ada masalah lingkungan dan pemanfaatan oleh oknum tidak bertanggung jawab atas pengelolaan minyak jelantah. Minyak-minyak jelantah tersebut dibeli dari warga untuk kemudian dijual kembali sebagai minyak goreng oplosan.
Mengutip Journal of Pharmacology and Therapeutics, selama proses pemanasan minyak jelantah dapat menghasilkan radikal bebas. Ketika ada lebih banyak radikal bebas yang ada daripada yang dapat dijaga keseimbangannya oleh antioksidan, radikal bebas dapat mulai merusak jaringan lemak, DNA, dan protein dalam tubuh.
“Minyak jelantah juga memberikan dampak pada lingkungan. Pada titik tertentu, di Desa Kalitengah terdapat masalah banjir. Salah satu yang disinyalir menjadi penyebab adalah pembuangan minyak jelantah yang menyebabkan saluran air tersumbat. Atau setidaknya jelantah menjadi penyebab gagalnya air meresap ke tanah,” kata Corporate Secretary Pertamina Gas (Pertagas), Fitri Erika di Jakarta, Senin (15/8/22).
Pertagas Operation East Java Area sebagai salah satu entitas bisnis yang memiliki aset di Kecamatan Tanggulangin bersama masyarakat melakukan program taman olah jelantah. Kegiatan pemberdayaan masyarakat Taman Olah Jelantah diikuti oleh Kelompok Tri Tunggal Dwi yang terdiri dari 25 anggota perempuan.
“Jelantah yang ditampung kemudian ditimbang dan dijual oleh kelompok kepada perusahaan atau CV pengolah jelantah menjadi bahan biodiesel. Mekanisme yang diusulkan kelompok adalah tiap keluarga ditampung pada tahap RT. Kemudian RT melakukan penimbangan jelantah ke kelompok sehingga muncul nominal yang berhak didapatkan. Angka tabungan yang didapat menjadi hak RT dan umumnya digunakan sebagai dana kas,” tambahnya.
Perusahaan tentu tidak diperbolehkan memberikan bantuan berupa uang tunai karena itu tidak sesuai dengan prinsip kemandirian dan program pemberdayaan masyarakat. Maka dari itu bantuan diwujudkan dalam penyelenggaraan pelatihan peningkatan kapasitas. Kelompok Tri Tunggal Dwi kini telah memiliki kemampuan untuk membuat produk sabun cuci tangan maupun lilin dengan pemanfaatan minyak jelantah. Selain itu Pertagas juga membangun rumah tampung jelantah. Rumah ini sebagai pusat kegiatan dan penimbangan jelantah.
Pertagas menjalin kemitraan dengan pihak eksternal dalam pelaksanaan program. Tidak hanya pemerintah desa, tetapi juga dinas-dinas terkait. Yang sedang dikembangkan saat ini adalah website manjalita.com untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan pencatatan keuangan secara online. Perusahaan melibatkan tim IT perusahaan untuk memimpin tim pengembangan website. Harapannya semakin banyak kolaborasi yang dilakukan, maka semakin banyak kebutuhan kelompok dapat terpenuhi. Sehingga, terdapat perkembangan dari waktu ke waktu menuju kemandirian.
“Anggota kelompok Tri Tunggal Dwi seluruhnya merupakan ibu-ibu. Anggota ini dengan gigih menghimpun jelantah warga desa. Anggota kelompok terdiri atas warga desa dari berbagai RT dan RW. Mereka bertanggung jawab atas jelantah dari sekitar lokasi masing-masing,” terangnya.
Dampak dari Taman Olah Jelantah dari sisi lingkungan yaitu mampu mengelola 100 persen timbulan limbah non B3 di Kalitengah dengan menyerap 3.211 liter minyak jelantah yang dihasilkan masyarakat. Sedangkan dari sisi ekonomi, Taman Olah Jelantah mampu menghasilkan perputaran dana hingga Rp16 juta per tahun, menghasilkan dana sosial Rp1,3 juta/bulan/desa, serta meningkatkan pendapatan anggota kelompok sebesar Rp200.000 per orang per bulan.
Dalam ajang Tanggung Jawab Sosial Lingkungan dan Corporate Social Responsibility (TJSL & CSR) Award 2022 yang di selenggarakan oleh BUMN TRACK di Hotel JW Marriot Jakarta, Pertamina Gas (pertagas) berhasil meraih penghargaan predikat bintang empat yaitu kategori pilar sosial untuk Program Olah Jelantah dari Operation East Java Area (OEJA). Penghargaan dari BUMN Track ini menjadi salah satu indikator keberhasilan program CSR yang dilaksanakan oleh Pertagas dan kontribusinya kepada pemenuhan Sustainable Development Goals (SDG’s).
“Pertagas memahami bahwa peran CSR telah berkembang, perusahaan harus berkontribusi aktif dalam mendukung SDG’s. Sehingga dalam membangun program CSR Pertagas tidak hanya sekedar untuk pemenuhan tanggung jawab sosial perusahaan namun untuk bersinergi dan bertumbuh bersama, baik untuk bisnis perusahaan maupun untuk kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan,” ungkap Elok Riani Ariza Manager Communication, Relations & CSR Pertagas.
Pemimpin redaksi BUMN Track, Akhmad Kusaeni menungkapkan Perusahaan adalah entitas bisnis yang ditujukan untuk memperoleh laba. Meski ada kata “sosial’-nya, CSR harus dianggap sebagai investasi, bukan sekedar “berjiwa sosial” dan kedermawanan. Sebagai investasi, CSR bukan hanya untuk kemaslahatan masyarakat sasaran, tapi juga ada kemanfaatan bagi perusahaan. Harus ada yang kembali ke perusahaan baik dalam bentuk profit maupun benefit.
“Profit, misalnya, menciptakan pasar atau pelanggan baru. Contoh: bank yang memberikan kredit KPR membangun hutan kota atau taman sekitar lokasi perumahan. Kawasan yang hijau asri membuat orang tertarik membeli rumah dan mereka mengajukan kreditnya ke perusahaan,” terangnya.
Sedangkan benefit adalah manfaat yang tidak dalam bentuk uang, tapi bisa memitigasi resiko terhadap perusahaan. Sebagai contoh CSR perusahaan tambang tadi, disarankan membangun pariwisata tambang (mining tourism). “Ini baru CSR terkait langsung dengan core bisnis perusahaan,” jelasnya.