
Kelestarian budaya nusantara menjadi salah satu fokus perhatian PT Surveyor Indonesia (Persero) dalam menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan. Bagi perusahaan, terdapat nilai luhur dan filosofi berharga di balik keberadaan adat istiadat yang terus dilestarikan.
Melalui program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) BUMN menggelar kegiatan diskusi kebudayaan bertema “Dari Budaya Menuju Alam Semesta” yang berlangsung di Kedai Kopi Menbar, Pondok Aren, Tangerang, Banten, Sabtu (15/11).
Acara ini merupakan rangkaian kegiatan diskursus budaya yang mengangkat salah satu suku asli Indonesia yakni suku Baduy, yang dikemas dalam program diskusi publik, pertunjukkan seni musik, pemutaran film dokumenter Urang Kanekes dan peragaan busana tenun kain Baduy. Dalam pelaksanaannya, Surveyor Indonesia menggandeng Indigenous Organic dan Kedai Kopi Menbar selaku tuan rumah penyaji kopi khas baduy.
Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis PT Surveyor Indonesia (Persero) Rosmanidar Zulkifli menyatakan, Surveyor Indonesia mendukung penuh kelestarian budaya di Indonesia sebagai bentuk kepedulian terhadap budaya asli Indonesia yang saat ini mulai terancam degradasi budaya akibat pengaruh modernisasi yang masif. Khususnya Suku Baduy, sebagai salah satu suku asli dan tertua di Nusantara yang patut dipertahankan.
“Dengan mendukung acara ini, kami berharap dapat turut berperan untuk mengenalkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, urun rembug memberikan dukungan untuk kelestarian budaya nasional, khususnya Baduy, dan sebagai bentuk perwujudan dari semangat BUMN Untuk Indonesia” ujar Rosmanidar yang turut hadir di Kedai Kopi Menbar sore itu.
Tak hanya itu, sebagai BUMN Konsultan Jasa Survey yang bergerak di bidang jasa pemastian independen yang juga mendorong geliat industri pariwisata Inonesia ini menyatakan siap berkolaborasi dengan rekan BUMN lain untuk mempromosikan dan memperkuat pariwisata daerah, mendukung tindakan-tindakan penjagaan kelestarian budaya, mendorong kesiapan pariwisata melalui penerapan protokol kesehatan dan adaptasi kebiasaan baru yang terintegrasi, khususnya di masa pandemi Covid-19 ini.


Acara Sabtu malam itu berlangsung hangat dan antusias dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Beberapa pakar CSR juga hadir di antaranya La Tofi sang pendiri School of CSR sekaligus pemerhati bidang CSR. Diskusi dengan topik “Baduy Kekinian” juga semakin menarik dengan hadirnya narasumber pemerhati kebudayaan Baduy Lisa Karnaatmadja, Rohaendi, dan Uday Suhada yang berbagi pemikiran dan keresahan yang dihasilkan dari persinggungan antara masyarakat adat dengan teknologi, modernisasi, dan pergeseran kebudayaan dalam generasi masyarakat adat Baduy.
Diskusi malam itu dilanjutkan dengan penayangan film dokumenter “Urang Kanekes-Satu Generasi Yang Hilang” karya Indigenous Organic Broadcast yang menggarisbawahi isu yang sejalan dengan keresahan yang sebelumnya dipaparkan, menunjukkan bahwa permasalahan persinggungan budaya modern dan adat adalah hal yang harus diperhatikan dalam tindakan-tindakan pelestarian budaya.
Sementara itu, Teddy Poernama selaku pemilik Kedai Kopi Menbar menyatakan, keberadaan kedai kopi dengan konsep outdoor dan cozy tersebut merupakan salah satu wujud apresiasi dan dukungan pihaknya terhadap pelestarian budaya dan masyarakat Badui yang dikenal sangat menjunjung tinggi nilai adat istiadat serta menjaga kelestarian alam sekitarnya.