Syarat Mutlak Bersaing di Pasar Global, BUMN Harus Berkolaborasi
Jakarta, Bumntrack.co.id – Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) menyelenggarakan seminar “BUMN Going Global Strategy and Action Plan” sebagai kajian terhadap kesiapan BUMN menghadapi pangsa global. Dengan masuknya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke dalam kancah global menjadi harapan optimistis ditengah pembenahan yang dilakukan oleh pemerintah melalui kepemimpinan Erick Tohir sebagai Menteri BUMN.
“Dinamika persaingan global yang semakin pesat mendorong kebutuhan dalam peningkatan daya saing perekonomian Indonesia yang semakin mendesak. Untuk itu, berbagai pelaku ekonomi berbenah diri dalam meningkatkan daya saing, termasuk BUMN,” kata Direktur Utama LM FEB UI, Toto Pranoto di Jakarta, Selasa (10/12).
Menurutnya, BUMN yang terus menunjukkan geliatnya masuk ke kancah global meliputi INKA, WIKA, dan Bio Farma. Ketiga perusahaan tersebut menjadi bagian dari BUMN yang secara profit relatif kurang besar, tetapi terus menunjukkan kemampuan daya saing sebagai BUMN yang mampu masuk ke pasar global.
“Jika dilihat dari bisnis utamanya ketiga BUMN ini berbeda, dimana INKA sebagai produsen kereta api, Bio Farma sebagai produsen vaksin, dan WIKA di bidang Engineering, Procurement, dan Construction. Ketiga perusahaan ini menempuh caranya masing-masing untuk masuk ke kancah global. Namun, dalam prosesnya antar BUMN melakukan kolaborasi yang baik, sehingga menghasilkan capaian yang lebih baik,” tambahnya.
Menimpali hal tersebut, Direktur Utama PT Industri Kereta Api (INKA) Budi Noviantoro menilai pola pikir BUMN yang bersaing di kancah internasional merupakan sebuah keharusan. Dengan begitu, perusahaan akan menyelaraskan rencana bisnis agar bisa sesuai dengan kebutuhan pasar di luar negeri.
“Go global ini mutlak, tidak bisa tidak, kereta api tak ada yang beli kalau tidak keluar negeri,” ujarnya.
Budi mengatakan pola konsorsium dan keterlibatan BUMN lain seperti KAI, LEN, dan Waskita, dalam menyasar pasar luar merupakan strategi yang dilakukan dan telah mencapai hasil yang efektif. Inka juga terus menjajaki ekspor ke Laos, Sri Lanka, dan sejumlah negara di Afrika. “Laos sedang proses, Sri Lanka juga sedang proses,” tegas Budi.
Hal Senada disampaikan Destiawan Soewardjono, Direktur Operasi III WIKA yang membawahi divisi luar negeri menyebut tahun depan pihaknya akan ekspansi 3 negara baru. Tidak hanya mengincar proyek-proyek baru di luar negeri baik sebagai main contractor maupun sub contractor. Dalam rangka sinergi BUMN serta mengurangi risiko pihaknya juga menggandeng BUMN lain yang juga melakukan ekspansi ke luar negeri. Sehingga secara leverage manajemen bisa fokus menggunakannya untuk proyek-proyek di dalam negeri.
“Di Afrika masih ada beberapa negara seperti Madagaskar kami dengan INKA, Mauritius kerjasama dengan AP II, Ethiopoa kami mau kerjasama dengan GMF Aeroasia untuk MRO dan Honduras dengan INKA yang lagi lakukan Feasibility Studies,” lanjutnya.
Lain halnya dengan Bio Farma yang tengah agresif berinvestasi sejak lima tahun terakhir. Selain pengembangan kapasitas pabrik di Pasteur dan Cisarua, dalam penuturan Direktur Pemasaran, Penelitian dan Pengembangan Bio Farma Sri Harsi Teteki menyebut pihaknya mengakuisisi lahan di Kawasan Industri Indotaisei.
“Ekspansi pabrik vaksin baru dilakukan karena saat ini dengan kapasitas yang ada, manajemen sudah kewalahan untuk memenuhi permintaan baik untuk kebutuhan domestik muapun ekspor,” jelas Ibu Teki, sapaan akrab Sri Harsi.