
Bekerja di bidang yang bersentuhan langsung dengan masyarakat tentu membawa banyak cerita. Apalagi, kebanyakan aktivitasnya berkaitan dengan mereka yang mengalamai korban kecelakaan lalu lintas (laka lantas). Selain komitmen memberikan layanan yang cepat dan akurat, dibutuhkan kemampuan berkomunikasi yang matang dalam menghadapi situasi yang tidak berpihak.
Direktur Manajemen Risiko dan Teknologi Informasi PT Jasa Raharja (Persero), M. Wahyu Wibowo bercerita, beberapa kali keluarga korban menerima kedatangan pihak Jasa Raharja dengan sikap dingin dan kurang bersahabat. Tapi sudah menjadi tugas perusahaan untuk menyalurkan uang santunan duka kepada ahli waris, bahkan, perusahaan berprinsip lebih cepat lebih baik.
Karena itulah, peraih gelar Strata Satu (S1) Ekonomi dari Universitas Udayana ini tak bosan mengingatkan para stafnya untuk mengunakan komunikasi yang santun dan sederhana kepada keluarga korban. “Beberapa kali ada yang tersinggung, dianggap kita kok ganti nyawa dengan uang. Pengalaman ini menjadi tantangan bagaimana kita bisa menyampaikan maksud perusahaan melalui sikap empati, komunikasi yang santun, ramah, dan informasi yang sederhana,” ungkap Wahyu.
Mengingat jenis pelayanan yang diberikan erat kaitannya dengan laka lantas, maka petugas Jasa Raharja tak mengenal hari libur, sebab kecelakaan lalu lintas tak pandang hari. Selama 24 jam dalam seminggu mereka harus siap melakukan kunjungan keluarga korban.
Apapun yang terjadi, peraih gelar Magister Manajemen (S2) Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya ini mengingatkan agar kita harus selalu mensyukuri pekerjaan. Tugas dilaksanakan bukan untuk membuat seseorang menjadi terbebani, melainkan dijalani dengan rileksasi yang tinggi. “Seperti saat melakukan kunjungan keluarga korban, anggap saja kita sedang berlibur dan bersilahturami,” katanya tersenyum.
Demi menjaga kesehatan tubuhnya, apa yang dilakukan Wahyu patut ditiru. Ayah tiga putra ini senantiasa menyelaraskan antara yoga dengan pola makan yang sehat. “Kualitas makan yang baik adalah yang manfaatnya banyak tetapi jumlahnya sedikit. Kita dianjurkan berhenti makan sebelum kenyang, juga dianjurkan detox seminggu dua kali melalui ibadah puasa senin-kamis,” ujar pria kelahiran Salatiga, Jawa Tengah 14 september 1958 ini berbagi tips.
Yang tak kalah penting, menurutnya, setiap suapan yang masuk ke tubuh kita harus diselipkan untaian doa sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta. “Jadi setiap melakukan segala sesuatu, spriritnya harus diisi dengan hal-hal baik. Jadikanlah setiap langkah dan perbuatan kita bukan semata-mata untuk dinilai oleh sesama, melainkan sebagai sarana bersyukur kepada Yang Maha Kuasa,” ungkapnya berfilosofi.