
Jakarta, BUMN TRACK – Holding asuransi, penjaminan dan investasi yaitu Indonesia Financial Group (IFG) menilai sektor asuransi saat ini memiliki dua tantangan yang berat. Dua tantangan tersebut yaitu kepercayaan masyarakat dan produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
“Ada dua tantangan di sektor asuransi, pertama mengembalikan trust (kepercayaan) masyarakat. kemudian memberikan produk sesuai dengan kebutuhan,” kata Wakil Direktur Utama IFG, Haru Koesmahargyo dalam Media Briefing bertema Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas di Sarinah Jakarta, Selasa (8/10/24).
Untuk mengembalikan tingkat kepercayaan masyarkat, IFG melakukan restrukturisasi termasuk melakukan proses bisnis sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Sebelum holding terbentuk, banyak asuransi yang belum memiliki risk management yang baik. Sehingga banyak asuransi yang bermasalah, merugi bahkan sampai ditutup seperti ASABRI, Bumiputera dan Jiwasraya.
“Bagaimana kita memanage risk orang lain jika tidak bisa memanage risk diri sendiri,” terangnya.
Kemudian, IFG lebih mendekatkan kepada konsumen dengan menghadirkan produk channel secara digital. Melalui produk channel digital tersebut, maka ekosistem produk yang ada di IFG akan menjadi satu gengaman.
“Kita bikin produk channel. Tadinya lewat agen dan atau broker, sekarang kita kembangkan juga aplikasi yang bisa menghadirkan produk IFG grup. Nanti ekosistem menjadi satu, tidak lagi melihat satu demi satu produk perusahaan anak atau cucu,” tambahnya.
Hasil dari restrukturisasi, kinerja IFG terus meningkat. Pada tahun 2023, dari sisi GWP atau premi yang diterima mencapai Rp11,9 triliun. Kemudian manajer investasi Rp46,22 triliun, Asuransi jiwa dan kesehatan Rp3,37 triliun.
“Dari capaian tersebut, IFG membukan laba bersih yang bertumbuh 1,47 persen,” terangnya.