Jakarta, Bumntrack.co.id – PT PLN Enjiniring menegaskan komitmennya untuk melaksanakan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) secara terencana, terukur, dan berdampak.
Berlandaskan visi, misi, dan tata nilai perusahaan, seluruh program dirancang untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) melalui sinergi dengan pemangku kepentingan, inovasi sosial, dan tata kelola yang baik.
Perusahaan memiliki struktur organisasi yang solid dengan 35% posisi kepemimpinan perempuan pada 2024, meningkat dari 33% di 2023. Selain itu, 100% organ manajemen risiko telah tersertifikasi, begitu juga tim Satuan Pengawasan Internal (SPI) dengan sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA), termasuk 5 orang bersertifikasi QIA Advance dan 1 orang QIA Intermediate.
Kebijakan strategis TJSL diatur dalam Perdir No.0015.P/DIR2024 yang mengatur komunikasi korporat dan program TJSL. Proses penyelenggaraan program dilakukan melalui empat tahap: perencanaan (profil risiko korporat, pemetaan sosial, pemilihan prioritas SDGs, penyusunan RKA TJSL), pelaksanaan (evaluasi kelayakan, survei penerima manfaat, persetujuan anggaran, eksekusi program), monitoring & evaluasi (rekapitulasi pelaksanaan), dan pelaporan (laporan internal, publikasi di media sosial dan massa).
“Salah satu program unggulan pada pilar lingkungan adalah Bank Sampah KAPPSA. PLN Enjiniring membangun incinerator minim polutan untuk mendukung pengelolaan sampah yang aman dan ramah lingkungan,” kata Chairani Rachmatullah, Direktur Utama PLN Enjiniring secara daring di Jakarta, ditulis Rabu (1/10/25).
Program ini memberikan kontribusi signifikan dalam pengelolaan sampah yang dapat didaur ulang, khususnya popok dan limbah rumah tangga, dengan teknologi incinerator rendah emisi. TJSL ini merupakan program berkelanjutan yang melibatkan enjinir PLNE dalam melakukan design review terhadap incinerator yang diusulkan. Diharapkan pembangan incinerator mengurangi emisi pembakaran sampah yang tidak dapat didaur ulang.
“Manfaat utama incinerator rendah emisi mencakup pengurangan volume sampah, penurunan emisi berbahaya, peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, pemberdayaan komunitas lokal dan mendukup pencapaian SDGs, agenda Asta Cita serta program prioritas pemerintah terkait pelestarian lingkundan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat,” tambahnya.
Pada akhirnya, dampak yang dirasakan yaitu menciptakan lingkungan sehat, bebas sampah, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan limbah berkelanjutan.
Dampak program diukur menggunakan metode Social Return on Investment (SROI) oleh asesor independen mencapai nilai 4,29. Angka ini menunjukkan bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan dalam program TJSL memberikan manfaat sosial dan lingkungan empat kali lebih besar.
Berdasarkan data yang diterima, PLN Enjiniring melakukan investasi sebagai input sebesar Rp59 juta. Dari input tersebut, jumlah nilai ekonomi yang dihasilkan mencapai Rp266 juta, sedangkan jumlah nilai ekonomi bersih mencapai Rp207 juta.
Program TJSL PLN Enjiniring memastikan bahwa TJSL bukan hanya bentuk tanggung jawab korporasi, tetapi juga investasi sosial jangka panjang yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan. Setidaknya, ada tiga aspek keterlibatan enjiner PLNE dalam pembangunan keberlanjutan. Pertama, keahlian profesional enjinir PLNE yang unggul dalam bidang enjiniring ketenagalistrikan. Kedua, Enjinir PLNE memiliki peran strategis dalam keberlanjutan melalui dokumen enjiniring yang telah memuat aspek ESG. Ketiga, Enjinir PLNE mendukung program sosial yang berdampak langsung pada masyarakat dengan terjun langsung menggunakan keahlian teknis dan memberikan design review terhadap incineratir polutan.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto bersama sejumlah menteri kabinet Merah Putih membahas solusi komprehensif dalam penanganan dan pengelolaan sampah secara nasional. Prabowo memerintahkan pembentukan satuan tugas (Satgas) percepatan pengelolaan sampah nasional yang berfokus pada infrastruktur serta penerapan kebijakan berbasis teknologi.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan beberapa terobosan teknologi dan infrastruktur diperlukan untuk penanganan sampah dari hulu hingga hilir.
“Dari mulai sumbernya rumah tangga, industri, sentra-sentra komersial dan semua yang memproduksi sampah,” jelas AHY.
Sampah bisa dihancurkan, sebagian ditimbun, tetapi selebihnya fokus pada recycle, dikembalikan kepada produser untuk bisa diproduksi komunitas tertentu.
“Pembakaran sampah bisa dilakukan untuk mengubah menjadi listrik,” terangnya.








