
Keteguhan dan kecermatan dalam mengelola sebuah perusahaan sangat diperlukan, terlebih dengan bayangan masa lalu yang sulit. Kuncinya, memimpin dengan hati.
Dibutuhkan sosok pemimpin yang revolusioner, yang mampu beradaptasi, memiliki kemampuan selling dan jeli melihat potensi pasar. Paket lengkap ini setidaknya dimiliki oleh sosok Milfan Rantawi, Direktur Utama PT Indra Karya (Persero). Tak serta merta muncul, bakat menjadi seorang pemimpin telah terbentuk dalam diri Milfan sejak kecil. Selama bersekolah di tingkat Sekolah Dasar, pria kelahiran 12 Desember 1963 ini ditunjuk oleh kawan-kawan sekolahnya menjadi imam salat di sekolah. Selama enam tahun itu pula ia menyanggupi.
Beranjak ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), bakat pemimpin kembali terasah tatkala Milfan dipercaya memimpin Gugus Depan Pramuka yang mewakili sekolahnya. Milfan bahkan terpilih sebagai salah satu peserta Jambore Sibolangit. “Saya senang sekali mendapat kesempatan waktu itu, sebab pemilihannya sangat selektif, dari puluhan peserta hanya dipilih sepuluh orang, salah satunya saya,” ungkapnya berbinar.
Di tengah semangatnya bersekolah di Lampung, menjelang kenaikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), sang ayah mengutusnya untuk merantau dan melanjutkan pendidikan ke Yogyakarta. Istilah merantau memang tak asing bagi lelaki Sumatera, begitupula bagi pria asal Lampung ini. Namun, keputusan ayahanda yang dibuat ketika ia akan masuk ke jenjang SMA cukup mengejutkan.
Ada kekhawatiran yang sempat terlintas dari sang Ibu, apakah anaknya mampu bertahan di kota orang? “Dulu saat SMP porsi makan saya banyak sekali. Saat diputuskan harus pindah ke Yogyakarta, Ibu saya benar-benar menangis, katanya ‘Kamu bagaimana di sana, Nak, makanmu sebanyak itu’,” ceritanya berkelakar. Tapi keputusan ayahanda saya sudah bulat, Milfan harus tetap pindah.
Tak hanya merantau lintas pulau, ayahnya melatih Milfan untuk hidup mandiri di Kota Gudeg itu dengan melarangnya tinggal bersama saudara ataupun di mess Pemerintah Provinsi Lampung. Sang ayah berpesan agar Milfan kos bersama teman-temannya yang berasal dari berbagai daerah, agar ia belajar berbaur dengan lingkungan yang berbeda karakter dan latar belakang.
Meski awalnya terasa berat, berjalannya waktu Milfan menyadari bahwa sikap tegas ayahnya menjadi bekal dirinya untuk tangguh pada situasi apapun. Ia mengaku bersyukur diberi tantangan tersebut sejak masa sekolah. “Bayangkan, saat itu saya dari Lampung, dipaksa merantau bersekolah ke Yogyakarta dan tidak boleh tinggal dengan orang-orang dari daerah yang sama. Namun saat ini saya baru merasakan manfaatnya, dan saya sangat berterimakasih kepada ayah saya,” ungkap sulung dari empat bersaudara ini tersenyum.
Hari-harinya berjalan baik tanpa masalah berarti. Sebagai siswa SMA Muhamaddiyah 1 Yogyakarta, ia disirami nilai-nilai agama yang begitu kuat. Perubahan yang cukup signifikan baginya, mengingat sebelumnya ia bersekolah di SMP negeri. “Sampai kelas 2 SMA saya selalu membawa Al Qur’an ke mana-mana,” kenangnya sambil tertawa.
Namun, perubahan terjadi saat beranjak kelas 3. Milfan yang pergaulannya meluas, mulai kecanduan games. Tiada hari tanpa bermain paintball. Bahkan saat ujian pun, ia tak bisa lepas dengan permainan yang menjadi demam anak muda pada masa itu. Bak candu, waktu belajarnya kian berkurang. Akibatnya, Milfan tidak diterima tes Sipenmaru. “Saya merasa hebat di akedemis karena nilai-nilai saya memang bagus, saya percaya diri saja daftar ITB karena dari dulu memang inginnya ke ITB, enggak buat cadangan lain,” kisahnya.
Karena tidak membekali diri dengan persiapan yang matang, ia harus terima keputusan ditolak oleh kampus idolanya itu. Ia pun pulang ke Lampung, namun sang ayah justru menyuruhnya kembali ke Yogyakarta untuk mematangkan persiapan mengikuti tes tahun berikutnya. Selama setahun ia isi dengan mengikuti bimbingan belajar dan berbagai kegiatan positif lainnya.
Tahun kedua, Milfan yang masih penasaran kembali mendaftar di ITB. Tapi kali ini dia membuat alternatif, yakni Universitas Pembangunan Nasional (UPN) dan Universitas Sebelas Maret (UNS). Lagi-lagi, ia belum berjodoh dengan ITB. Hasil tes menyebutkan bahwa Milfan diterima di UPN. Akhirnya, ia berdamai dan melanjutkan pendidikannya dengan mengambil jurusan Teknik Geologi di UPN, Yogyakarta.
Fokus Kepuasan Kerja
Selepas kuliah, Sarjana Geologi itu mengabdikan dirinya di PT Indra Karya (Persero), sebuah perusahaan konsultan engineering milik negara. Ia memulai kariernya dari level staf hingga kini berhasil menduduki posisi puncak di perusahaan. Perjalanan tersebut melahirkan sikap empati yang tinggi. Hal-hal yang menjadi ganjalan masa lalu, ia perbaiki di masa kepemimpinannya. “Ahamdulillah budaya kerja Indra Karya sekarang sudah mendekati dengan apa yang saya harapkan,” kata peraih gelar Magister Manajemen Jurusan Pemasaran Internasional, Institut Bisnis Nusantara, Jakarta.
Layaknya pepatah ‘Pengalaman adalah Guru Terbaik’, itulah yang menjadi motivasi Milfan untuk menjaga keberlanjutan perusahaan, dan bertekad agar jangan sampai kembali tersungkur. Maklumlah, sebelum berdiri tegak seperti saat ini, Indra Karya sempat mengalami keterpurukan. Rapor merah perusahaan diperburuk dengan menipisnya kepercayaan perbankan, stakeholder juga karyawan. Bahkan, pernah di suatu periode, para karyawan terpaksa tidak menerima gaji dalam beberapa bulan. Para pensiunan pun harus terima kenyataan menerima pesangon yang dicicil.
Direksi tak lelah memutar otak. Berbagai terobosan dan inovasi terus dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan karyawan maupun stakeholders. Manajemen juga lebih gencar mengupayakan keterlibatan Indra Karya dalam berbagai proyek strategis, demi menyambung hidup perusahaan.
Perlahan namun pasti, ikhtiar itu membuahkan hasil yang menggembirakan. Indra Karya mulai dipercaya menggarap proyek sumber daya air di lingkup nasional bahkan kini meluas di pasar Asia. Melonjaknya performa perusahaan sejalan pula dengan meningkatnya kepercayaan diri seluruh insan Indra Karya. Sebab satu hal yang terus menerus dilakukan Milfan, adalah menjaga kedekatan batin dengan karyawan seraya memotivasi mereka. “Saya membangun suasana kekeluargaan dan pendekatan dari sisi kemanusiaan. Kuncinya adalah komunikasi dari hati,” kata Milfan.
Kini, setelah target-target perusahaan terpenuhi, sasaran sang nakhoda selanjutnya adalah meningkatkan loyalitas dan kepuasan kerja karyawan. “Saya merasa amat bahagia ketika melihat karyawan juga dapat membahagiakan keluarganya. Saya tak ingin trauma masa lalu terulang lagi,” ujar Milfan. Itulah sebabnya, perusahaan tak “pelit” untuk mengeluarkan jasa produksi dan berbagai tunjangan lainnya, sebagai bentuk inisiatif manajemen dalam mengapresiasi karyawan yang merupakan garda depan penyelamat perusahaan.
Sederet legacy untuk perusahaan pun telah ia susun. Antara lain, menjaga terpenuhinya kebutuhan dasar karyawan, adanya path karier yang jelas, memperkuat sistem teknologi informasi di setiap lini usaha, serta meningkatkan pertumbuhan aset perusahaan. Rencana kebijakan ini dilakukan Milfan untuk mewujudkan cita-cita perusahaan menjadi yang terbaik di Asia, serta mengejar target revenue yang melompat tiga kali lipat pada 2023 nanti.
Aktivitas Penyeimbang
Menduduki posisi puncak dalam mengelola sebuah perusahaan tentu banyak menyita waktu. Namun bagi Milfan, keluarga tetap nomor satu. Layaknya kepiawaiannya membangun hubungan kekeluargaan di perusahaan, ia pun senantiasa menjaga komunikasi yang hangat dengan keluarga intinya.
Selepas jam kerja, pria humoris ini selalu menyempatkan diri untuk makan malam bersama keluarga di rumah, menikmati lezatnya masakan sang istri. Sop ikan adalah menu yang hampir tak pernah absen dari mejanya.
Di waktu senggang, ayah dua anak ini juga memiliki sederet aktivitas penyeimbang. Kegiatan berkebun bersama sang istri, contohnya, menjadi rutinitas menyenangkan yang kerap mereka lakukan di akhir pekan. Mereka sibuk merawat berbagai jenis tanaman sayur hidroponik yang terhampar di kebun miliknya yang terletak di Bogor, Jawa Barat. Melalui aktivitas yang sudah berjalan selama tiga tahun belakangan itu, Milfan mengaku dapat meredam stress sekaligus mengingkatkan kehangatan keluarga.
Selain berkebun, Milfan juga gemar bersepeda. “Kami sudah sepakat di hari Sabtu adalah harinya gowes bareng teman-teman komunitas. Track-nya berubah-ubah, tapi masih sekitaran Bintaro-Serpong,” ungkapnya.
Kecintaan Milfan dalam mengayuh pedal ternyata menyimpan filosifi, di antaranya, meningkatkan produksi hormon serotonin (kegembiraan) sekaligus mempercayai bahwa setelah kesulitan ada kemudahan. “Saat bersepeda, habis tanjakan kita pasti dapat turunan lagi. Jadi, habis sulit pasti akan mendapatkan yang enak lagi,” selorohnya.
Seperti dinamika yang terjadi di perusahaan, Milfan merasa bersyukur dapat keluar dari kesulitan masa lampau dan kini menemukan jalan yang terang. Mimpi besarnya adalah memperkuat fungsi perusahaan dalam bidang hulu, tengah maupun hilir, sehingga Indra Karya menjadi yang terbaik di Asia.
Langkah menuju cita-cita tersebut mulai dirintis, antala lain dengan keterlibatan perusahaan dalam menggarap proyek-proyek di luar negeri. Milfan juga berusaha mengubah pola pikir jajarannya agar memiliki wawasan internasional.