
BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID berkomitmen memberikan dukungan kepada masyarakat, terutama pada masyarakat lokal di sekitar wilayah operasional perusahaan. Komitmen ini diwujudkan Grup MIND ID PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang berhasil meraih penghargaan Anugerah CSR 2023 kategori Sosial.
Sebelumnya, program Grup MIND ID ini juga memperoleh anugerah dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) karena telah memberdayakan 1.127 penduduk lanjut usia (lansia) dalam usaha produksi tusuk satai.
Sekretaris Perusahaan MIND ID Hari Yusuf mengatakan, penghargaan Anugerah CSR 2023 diberikan kepada anggota MIND ID, PTBA atas usahanya mengembangkan Program Bamboo for Life. PTBA melalui Unit Pelabuhan Tarahan, Lampung, telah berhasil memberdayakan 1.127 penduduk lanjut usia (lansia) dalam usaha produksi tusuk satai.
“Program ini merupakan bagian dari Program Bamboo for Life yang dijalankan PTBA sejak 2014. Program ini berawal dari keprihatinan Paguyuban Krajan, salah satu mitra binaan PTBA, akan ketergantungan Indonesia pada tusuk satai impor,” jelasnya
Indonesia merupakan salah satu negara pengkonsumsi tusuk satai terbesar di dunia. Sayangnya, Indonesia masih mengimpor sekitar 70 persen kebutuhan tusuk satai dari China dan Vietnam.
Dengan dukungan dari PTBA, Paguyuban Krajan mulai mengembangkan usaha produksi tusuk satai berbahan baku bambu. PTBA memberikan pendampingan dan pelatihan kepada masyarakat Desa Sidomulyo, Lampung Selatan, tempat Paguyuban Krajan berada.
Pelatihan meliputi teknik pengolahan bambu menjadi tusuk satai, pengemasan, dan pemasaran. Setelah mendapatkan pelatihan, masyarakat Desa Sidomulyo mulai memproduksi tusuk satai secara mandiri.
Produksi tusuk satai setiap hari bisa mencapai 5 kilogram per orang. Dengan harga tusuk satai Rp 8.000 per kilogram, penghasilan tambahan yang diperoleh tiap lansia dari usaha ini bisa mencapai Rp 1,2 juta per bulan.
Selain memberdayakan lansia, program ini juga membantu mengurangi ketergantungan Indonesia pada tusuk satai impor. Produksi tusuk satai di Desa Sidomulyo telah memenuhi sekitar 30 persen kebutuhan tusuk satai di Lampung.