BERITA

Berdayakan UMKM, Sejahterakan Negeri

Di tengah pelambatan pertumbuhan ekonomi nasional maupun global, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI tetap konsisten menjaga performa perusahaan.  Konsistensi pemberdayaan UMKM juga dibuktikan BRI dengan kucuran kredit UMKM mencapai 78 persen dari total kredit yang disalurkan.

Kepiawaian bank pemerintah  yang memiliki visi menjadi The Most Valuable Bank in South East Asia & Home to The Best Talent itu mengukuhkan dirinya sebagai perbankan dengan kepemilikan aset terbesar di Republik ini. Terhitung pada 31 Desember 2019 lalu, BRI membukukan aset mencapai Rp 1.416,8 triliun. Selanjutnya, kredit yang disalurkan hingga akhir 2019 mencapai Rp907,4 triliun, di mana Rp700 triliun di antaranya tersalurkan pada sektor UMKM atau dengan porsi mencapai 78 persen.


Sementara itu, kredit macet atau non performing loan (NPL) BRI selama 2019 mencapai 2,8 persen. Perusahaan telah melakukan pencadangan hingga 153,64 persen untuk menyeimbangkan kredit kualitas rendah itu. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dikumpulkan mencapai Rp1.021,2 triliun, serta laba mencapai Rp34,4 Triliun. Semua indikator tersebut menunjukkan BRI masih menjadi yang terbesar di industri perbankan.

Kontribusi terbesar laba bersumber dari penyaluran kredit mikro yang tumbuh 12,19 persen dengan porsi kredit naik menjadi 35,5 persen dibanding 2018 sebesar 34,1 persen. Bahkan, BRI menargetkan komposisi kredit mikro mencapai 40 persen dari total portofolio pinjaman di tahun 2022. Strateginya mendorong penetrasi dengan menjangkau nasabah yang lebih kecil lagi.

Atas peraihan kinerja gemilang tahun 2019, BRI menyetorkan dividen kepada pemerintah sebesar Rp11,7 Triliun selaku majority shareholder dengan kepemilikan 56,75 persen porsi saham. Sedangkan kepada pemegang saham lainnya, BRI menyetorkan dividen senilai Rp8,9 triliun sehingga total dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham mencapai Rp 20,6 triliun.

Direktur Utama BRI, Sunarso mengungkapkan, prinsip kehatian-hatian dalam menjaga neraca menjadi kunci konsistensi perusahaan tumbuh dengan sehat. Begitupula di tengah situasi sulit saat ini yang merupakan imbas dari pandemic corona, BRI perlu berhati-hati dalam mengelola neraca keuangan untuk mencapai target pertumbuhan kinerja.

Selain itu, hal yang tak kalah memengaruhi adalah komitmen perusahaan dalam melakukan Transformasi Digital dan Culture. “Berhasil atau tidaknya transformasi harus dapat diukur secara finansial. Oleh karena itu, sesungguhnya inti dari transformasi adalah mentransformasi balance sheet menjadi balance sheet yang sehat dan optimal untuk menghasilkan pertumbuhan laba yang berkelanjutan,” ungkap Sunarso.

Transformasi balance sheet yang disampaikan sang Dirutdiarahkan untuk mencapai struktur liabilities yang berbiaya murah dan struktur aset yang menghasilkan high yield. Selain itu, BRI perlu memperkuat volume transaksi yang dicatat dalam off balance sheet yang akan menghasilkan fee based income. “Dengan struktur balance sheet yang sehat, maka akan menghasilkan pertumbuhan laba yang sustainable,” tegasnya.

Fokus UMKM

Gencarnya pemberdayaan kepada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)  telah dipupuk BRI sejak puluhan lahun lalu. Fokus memberdayakan UMKM laksana ruh dari pendirian perusahaan ini. Hingga akhir Desember tahun lalu, kredit UMKM BRI mencapai Rp 668,6 triliun atau mencapai 78 persen dari total kredit yang disalurkan. Simpanan masyarakat yang masuk dalam kategori nasabah UMKM ada sebesar Rp 671,2 triliun atau sekitar 69,2 persen dari total Simpanan BRI. Sementara itu, NPL kredit mikro BRI tercatat sebesar 1,18 persen.

Besarnya perhatian BRI terhadap sektor UMKM bukan tanpa sebab. Terekan dalam sederet peristiwa, sektor UMKM terbukti menjadi sektor dengan ketahanan terkuat dalam menghadapi berbagai gejolak atau badai krisis sekalipun. UMKM menjadi garda terdepan bangkitnya perekonomian nasional di tengah keterpurukan.

Secara nasional, dari  62 juta pelaku usaha, sebesar 99,99 persennya adalah UMKM sedangkan non UMKM hanya 0,01 persen. Seperti diketahui, sebanyak 99 persen pelaku UMKM tersebut berkonstribusi sebesar 61 persen terhadap GDP Indonesia serta mampu menyerap 92 persen tenaga kerja.

Besarnya kontribusi UMKM mendorong BRI untuk fokus mengawal UMKM naik kelas.  “Kita dihadapkan pada pilihan untuk mengakselerasi proses naik kelas UMKM apakah melalui advokasi ataukah edukasi. Dan kami memilih fokus untuk mengedukasi UMKM,” tegas Sunarso.

Berbagai materi pun telah dipersiapkan BRI untuk mengedukasi UMKM. Di antaranya, menumbuhkembangkan semangat kewirasuhaan; manajemen, pengadministrasian dan tata kelola usaha; aksesbilitas terhadap informasi, teknologi, pasar, supply chain dan permodalan; prinsip-prinsip sustainability usaha maupun kelestarian lingkungan serta penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Sunarso menjelaskan, strategi pengelolaan UMKM oleh BRI diarahkan kepada dua hal. Pertama, terhadap nasabah eksisting BRI terus mendorong mereka untuk naik kelas. “Contohnya Usaha Mikro didorong menjadi Usaha Kecil, Usaha Kecil didorong menjadi Usaha Menengah, dan Usaha menengah didorong menjadi usaha berkelas Korporasi,” kata Sunarso.

Kedua, pihaknya tak lengah untuk terus menambah jumlah nasabah mikro, bahkan ultra mikro, atau memperkuat Customer Based. BRI, ujarnya, tetap fokus ke UMKM dengan target melayani rakyat sebanyak mungkin, dengan biaya semurah mungkin. Apalagi saat ini era digital sangat banyak UMKM yang bisa berkembang namun belum tersentuh layanan perbankan. “Misi tersebut dapat kita capai melalui go smaller, go shorter, go faster sehingga go cheaper. Yakni, penetapan target market yang lebih kecil, tenor yang lebih pendek serta pemrosesan lebih cepat yang akhirnya diraih biaya yang lebih efisien,” urai Sunarso seraya menerangkan bahwa ke depan pihaknya menargetkan adanya peningkatan penyaluran kredit UMKM sebesar 80 persen.

Dirinya menegaskan, target tersebut  dapat dicapai dengan melakukan transformasi digital dan culture untuk mencapai efisiensi proses dan menciptakan value baru dengan new business model. Transformasi BRI di area digital diarahkan kepada beberapa hal, antara lain digitalisasi proses untuk memperoleh kecepatan proses, kemudahan, akurasi (ketepatan) menuju efisiensi.

Selanjutnya, menciptakan new business model yang mengarah penciptaan value baru, serta menciptakan pola-pola distribution channel maupun ekosistem baru seperti membangun jaringan melalui prinsip-prinsip keagenan. Saat ini BRI sudah memiliki Agen BRILink sebanyak 424.487 agen yang tersebar di 51.650 desa di seluruh Indonesia.

Meski begitu, Sunarso seringkali mengingatkan bahwa selain digitalisasi, pembentukan perilaku atau mindset merupakan sisi terpenting untuk meraih keberhasilan dari sebuah proses transformasi. Mindset yang baik akan membentuk culture yang baik.  “IT ada pabriknya, ada vendornya. Siapapun bisa beli. Culture tidak ada pabriknya. Dia ada di hati masing-masing kita. Maka dari itu, diperlukan seorang leader yang mampu meng-create value,” tegasnya.

Kebijakan di Tengah Pandemi

Sebagai perusahaan publik, komitmen BRI dalam mengimplementasikan prinsip tata keola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) yang berkesinambungan tergambar dari  meningkatnya penilaian Corporate Governance Performance Index (CGPI) selama 4 tahun terakhir. Salah satu area transformasi yang saat ini tengah dilakukan perusahaan adalah Human Capital yang berkaitan erat dengan transformasi kultural.

“Melalui performance driven culture dan sistem penilaian yang accountable, tajam dan fokus, namun tetap collaborative dan orkestratif. Dengan pola ini, diharapkan setiap karyawan akan menyumbang potensi terbaiknya kepada tim, dan setiap tim akan mengkontribusikan kinerja terbaiknya kepada perusahaan,” ungkap Sunarso.

Berkaitan dengan pandemic Covid-19 yang terjadi saat ini, Sunarso menegaskan bahwa fokus perusahaan adalah People’s First, di mana kesehatan dan keselamatan pegawai dan keluarganya adalah yang utama. Hal tersebut diimplementasikan melalui penerapan work from home oleh tak kurang dari 70% pekerja BRI, penyiapan dan sosialisasi protokol kesehatan dan keselamatan kerja yang dilengkapi perlengkapan pendukung seperti masker ataupun hand sanitizer. Selanjutnya, BRI juga membentuk Banking Command Center sebagai pusat kendali dan informasi selama masa pandemi, penyesuaian jam kerja operasional, penerapan split office dan mempersiapkan alternate site, sterilisasi unit kerja melalui penyemprotan disinfektan, pemberian vitamin serta vaksinasi influenza dan pneumonia bagi pekerja BRI.

Dari sisi bisnis, BRI berkomitmen untuk menjaga keamanan likuiditas yang dipantau melalui Banking Command Center 24 jam. BRI juga menjaga kualitas aset, terutama asset kredit, melalui berbagai program realaksasi dan restrukturisasi serta monitoring maupun pendampingan. Yang terpenting, BRI telah mengimplementasikan protokol stimulus dari OJK terkait relaksasi UMKM. “Hingga 31 Maret 2020, BRI telah melakukan restrukturisasi terhadap lebih dari 134 ribu pelaku UMKM yang terdampak Covod-19 di Indonesia dengan nilai plafond pinjaman yang direstrukturisasi mencapai Rp14,9 Triliun,” ungkap Sunarso. Kebijakan yang dilakukan pihaknya merupakan upaya melindungi dan menyelamatkan para pelaku UMKM di Indonesia akibat imbas dari penyebaran virus corona.

Sementara itu, dari sisi tanggung jawab sosial perusahaan, BRI melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) bertajuk BRI Peduli berperan aktif membantu pencegahan covid-19 melalui berbagai jenis penyaluran bantuan, baik untuk tenaga medis, UMKM dan masyarakat umum.

Hingga saat ini, Bank BRI telah menyalurkan berbagai bantuan meliputi pemberian alat medis dan kesehatan, bantuan tanggap darurat bencana, bantuan sembako gratis, bantuan wastafel cuci tangan di ruang publik, bantuan sarana penunjang di RS Wisma Atlet Jakarta, penyemprotan disinfektan pada beberapa wilayah hingga kegiatan sosialisasi di masyarakat.

Terakhir, BRI membagikan satu juta masker gratis bagi para pedagang yang masih melakukan aktivitasnya di pasar. Hal ini sebagai upaya untuk mendukung aktivitas pedagang tetap berjalan sekaligus melindungi masyarakat sebagai pembelinya.

Artikel Terkait

Back to top button