BSI Diproyeksikan Menjadi Penopang Industri Halal Nasional

E-Magazine Januari - Maret 2025

Jakarta, Bumntrack.co.id – Kepala Center of Macroeconomics and Finance INDEF, M. Rizal Taufikurahman mengungkapkan bahwa PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) diproyeksikan akan menjadi penopang industri halal nasional seiring dengan layanan transaksi keuangan yang terintegrasi (single system) di seluruh jaringan bank syariah terbesar di Tanah Air tersebut.

“Momentum integrasi secara menyeluruh tentu akan sangat positif bagi BSI sekaligus pelaku industri halal nasional,” kata Kepala Center of Macroeconomics and Finance INDEF, M. Rizal Taufikurahman di Jakarta, Kamis (28/10).

Menurutnya, BSI merupakan anak perusahaan dari bank milik pemerintah yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., sekaligus bank syariah terbesar yang memiliki tugas sebagai agen pembangunan dan pemerataan ekonomi khususnya di industri halal. “Tentu akan sangat banyak manfaat yang akan didapat dengan rampungnya integrasi baik bagi perseroan maupun ekonomi nasional secara menyeluruh. Ini tentu juga akan menjadi momentum peningkatan kinerja industri halal,” tambahnya.

Seperti diketahui, BSI dalam waktu dekat akan melayani nasabah dan masyarakat di seluruh Indonesia dengan single system. BSI telah melakukan integrasi yang terdiri dari migrasi nasabah, layanan kartu ATM hingga layanan perbankan digital.

BSI dapat masuk ke seluruh segmen mulai dari UMKM hingga pembiayaan dengan ticket size besar berskema syariah. Sebabnya, BSI merupakan bank hasil penggabungan 3 bank syariah besar milik BUMN yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah yang memiliki keunggulan baik di korporasi, UMKM dan ritel. “Namun, secara khusus industri halal besar ini yang perlu ditingkatkan. Pasalnya, bank-bank di global bisa melakukan hal tersebut untuk meningkatkan kinerja dan pangsa pasar,” jelasnya.

Menurutnya, kinerja BSI pasca integrasi memiliki prospek yang sangat cerah. Hal itu tak terlepas dari loyalitas nasabah muslim untuk meningkatkan efisiensi dana, dan meningkatkan daya saing margin pembiayaan. Di sisi lain, potensi itu belum tergali optimal sebelum dilakukannya merger ketiga bank syariah pemerintah tersebut. Bayangkan saja, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga Januari 2021 total aset keuangan syariah hanya sekitar 9,6% dari total industri pasar keuangan di Tanah Air.

Adapun aset perbankan syariah hanya 6,4% terhadap total aset industri perbankan di Indonesia. Padahal, Indonesia memiliki populasi muslim sekitar 80% dari total jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa. Namun pangsa pasar bank syariah baru di kisaran 10%.

“Dengan demikian (hadirnya BSI dan rampungnya integrasi internal) pelaku industri halal dapat meningkatkan kinerja dan nilai tambahnya lebih cepat guna mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi,” imbuhnya.

Direktur Keuangan dan Strategi BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan saat ini pihaknya sudah masuk ke ekosistem industri halal, yakni dengan memfasilitasi zakat, infak, sedekah dan wakaf atau Ziswaf melalui aplikasi mobile banking. Saat ini mayoritas layanan Ziswaf di Indonesia masih dilakukan secara tradisional. Karena itu menurutnya Ziswaf adalah potensi yang besar bagi BSI.

“BSI kita mulai dengan ekosistem ziswaf, potensinya sangat besar. Platform digital kami akan menjawab kebutuhan terkait Ziswaf ini. Ke depan, kami akan mulai merambah ke ekosistem halal lainnya. Sehingga BSI bisa menjadi katalisator,” ujar Ade.

Ade menjabarkan bahwa pada masa pandemi, transaksi Ziswaf di mobile banking BSI cukup tinggi. Dari sekitar 1,4 juta pengguna, sekitar separuhnya aktif melakukan transaksi Ziswaf.

Wakil Direktur Utama 1 BSI, Ngatari mengatakan saat ini pihaknya sudah bekerjasama dengan Kawasan Industri Halal (KIH) di Cikande, Banten dan Sidoarjo, Jawa Timur. “Mudah-mudahan ini menjadi potensi yang besar ke depannya bagi pertumbuhan BSI,” ujarnya.

Optimisme Ade dan Ngatari pada prospek industri halal sangat berdasar. Bank Indonesia mencatat pada triwulan II/2021 pertumbuhan industri halal sektor unggulan yaitu makanan halal, busana muslim, dan pariwisata ramah muslim sekitar 8,2%. Pertumbuhan itu lebih tinggi jika dibanding dengan naiknya PDB nasional yang sekitar 7,07%.

Nilai ekspor makanan halal Indonesia pada periode yang sama pun tumbuh sekitar 46%, yakni mencapai US$10,36 miliar. Bank Indonesia pun memperkirakan industri halal secara global akan semakin berkembang pesat seiring bertambahnya jumlah penduduk muslim di dunia.

Bagikan:

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.