Erick Thohir: Konsolidasi di Saat Pandemi
Adanya Covid-19 dianggap sebagai saat yang tepat bagi BUMN melakukan konsolidasi dan efisiensi. Termasuk menjalankan proses bisnis secara good corporate governance melalui proses bisnis yang benar, bukan berdasarkan proyek.
Menteri BUMN Erick Thohir sudah mewanti-wanti supaya BUMN mengantisipasi dampak ekonomi nasional dengan adanya Covid-19. Pengelola BUMN diminta untuk mengantisipasi dengan melakukan pengembangan bisnis lain. Termasuk melakukan terobosan ekspor atau melakukan bisnis di luar dari kebiasaan bisnis BUMN. Misal, dalam konteks menekan Covid-19 Erick telah meminta PT LEN (Persero), PT Pindad (Persero), PTDI (Persero) memroduksi alat bantu pernapasan (ventilator). Pasalnya, alat tersebut sangat dibutuh para petugas media dalam penanganan Covid-19. Termasuk PT Indofarma pun mendapat “penugasan” menyerap dan mendistribusikan produksi ventilator dari ketiga BUMN tersebt. Ventilator produksi tiga BUMN tersebut dapat disinergikan dengan para pembuat ventilator lokal dari UI, BPPT, ITS, ITB, maupun Balitbang ESDM.
Menteri Erick juga berupaya menekan ketergantungan bahan baku obat dan alat kesehatan Indonesia dari luar negeri. Ini merupakan persoalan bangsa ketika terjadi situasi yang tidak biasa. Adanya pandemi Covid-19 seperti sekarang menjadi momentum BUMN mengurangi ketergantungan impor bahan baku obat dan alat kesehatan dengan mendorong produksi lokal. Ini berkaitan dengan cita-cita untuk merealiasikan ketahanan pangan, ketahanan energi, ketahanan kesehatan. Ia pun kembali menekankan pesan Presiden bahwa kita tidak bisa bergantung pada luar negeri, karena negara kita sangat besar. Saat ini, 90 persen bahan baku untuk industri obat nasional dan alat kesehatan masih bersumber dari luar negeri.
“Kalau hari ini kita impor 90 persen, tahun depan 70 persen, tahun depannya lagi 50 persen. Saya tidak anti impor karena ada beberapa yang tidak bisa dilakukan. Tetapi yang kita bisa lakukan, harus bisa dilakukan,” tambahnya.
Sebelumnya, konsolidasi terkait penguatan ketahanan kesehatan sudah diupayakan. Kementerian BUMN sudah menggabungkan sekitar 70 rumah sakit milik BUMN. Hal serupa juga diterapkan pada BUMN-BUMN yang bergerak di bidang farmasi. Konsolidasi RS BUMN saat ini mampu menghasilkan 2.375 kamar yang siap melayani pasien Korona. “Tidak di situ saja, dari (BUMN) farmasi juga kita gabungkan. Yang sedang kita review adalah, bagaimana ini bisa menjadi supply chain dengan RS BUMN ke depan,” tegas Erick.
Ia pun mengutip laporan Majalah The Economist yang menyebutkan adanya pandemi Corona merupakan kesempatan bagi negara-negara yang memiliki komitmen mengkonsolidasi segala kekuatannya. Termasuk menjaga supply chain kesehatan di negara tersebut. Menurut Erick, kini saatnya Indonesia serius mendorong ketahanan kesehatan dengan membuat bahan baku obat dan alat kesehatan sendiri. Dengan demikian, ke depan Indonesia tak perlu selalu mengimpor bahan baku obat dan alat kesehatan.
Erick berpandangan meski situasi saat ini berat, pandemi Covid-19 jangan menjadi penghalang dalam melanjutkan pembangunan proyek –proyek strategis yang sudah dikerjakan BUMN. Justru ini merupakan momentum. Walau pemerintah fokus dalam penanggulangan Corona, tetapi perekonomiam harus tetap berjalan. “Kita harus bangun negeri kita, karena itu kita tahu banyak sekali proyek-proyek strategis yang ada di BUMN. Ada yang namanya pembangunan refinery, pembangunan TPPI untuk petrochemical, juga pembangunan destinasi wisata dan lain-lain ini harus tetap berjalan,” ujarnya.
Ia tak menampik besarnya tantangan dalam mewujudkan industri nasional, namun bukan berarti mustahil dilakukan. Kementerian BUMN terus bersinergi dengan kementerian lain. Tidak boleh lagi ada ego sektoral. Termasuk pengerjaan proyek-proyek strategis BUMN juga harus tetap berjalan di tengah wabah virus Covid-19. Pembangunan di Indonesia tidak boleh makin tertinggal dari negara lain. “Ketika Cina sudah recover, ketika negara lain recover, kita masih terjebak Corona,” kata Erick dalam teleconference dengan media, (30/3/2020).
Ia menambahkan, pihaknya tengah melihat kembali cashflow dari perusahaan-perusahaan pelat merah. Termasuk mengkaji proyek mana yang didahulukan dan proyek mana yang harus ditunda. Tetapi a tidak mungkin semua proyek ditunda, karena jangan sampai kita telat lagi. Salah satu langkah yang ditempuh Erick adalah mempererat koordinasi dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk membahas bersama dan berbagi tugas terkait investasi nasional. Ia berharap BKPM selalu mendukung dan memberi prioritas dalam melakukan percepatan daripada proyek yang dijalankan. Kementerian BUMN dan BKPM telah menandatangani nota kesepahaman tentang Koordinasi Tugas dan Fungsi Lingkup Kementerian BUMN dan BKPM. Nota kesepahaman tersebut bertujuan agar kedua pihak saling membantu dan mendukung pelaksanaan tugas serta fungsi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
Antisipasi Ekonomi
Tak hanya di sisi kesehatan, langkah antisipasi juga disiapkan Kementerian BUMN di sektor ekonomi. Erick menyadari banyaknya sektor ekonomi yang terpukul gejolak akibat pandemi yang melanda dunia. Sektor terparah yang terdampak adalah hotel, restoran, pariwisata,dan penerbangan. Karena itu, Kementerian BUMN akan berkoordinasi dengan lembaga terkait untuk segera meluncurkan kebijakan yang membantu industri yang terdampak itu.
“Kita pastikan bank-bank BUMN turunkan suku bunga UKM. Kita juga berkoordinasi dengan lembaga lain yang terkait agar ada relaksasi untuk sektor-sektor terdampak seperti hotel, pariwisata, penerbangan, restoran yang punya pinjaman ke bank-bank BUMN agar diberi keringanan,” kata Erick. Namun, Erick mencatat hanya sektor usaha yang punya rekam jejak positif yang akan mendapat bantuan relaksasi dari bank.
Wabah Covid-19 juga memaksa BUMN mengoreksi target setoran dividen kepada pemerintah. Pasalnya, pendapatan usaha bakal menurun. “Tahun ini kondisinya cukup berat. Saya tidak mau membohongi diri sendiri, tentu ini impact yang luar biasa (dari corona),” ujar Erick dalam sebuah teleconference di Jakarta (20/3/ 2020).
Meski sejumlah perusahaan BUMN sudah menjalankan berbagai strategi penguatan bisnis, tetapi, efek global akibat pandemi tak tertahan. Para pelaku bisnis harus realistis menyikapi kondisi tersebut. Sebelumnya BUMN mendapatkan target dividen yang cukup agresif yakni naik sekitar 8 persen dibandingkan dengan realisasi setoran dividen 2019 yang sebesar Rp 45 triliun.
Awalnya, pemerintah optimistis target dividen tahun ini dapat tercapai melalui sejumlah strategi efisiensi serta pendekatan holding. Namun fakta berbicara lain. Hantaman pandemi Covid-19 memaksa banyak perusahan global terlebih BUMN di Indonesia menekan mimpi meraih laba tinggi. Namun, Erick masih berharap target setoran dividen tahun ini dapat tercapai. Atau setidaknya mendekati target semula. Pemerintah sempat mematok nilai dividen 2020 sebesar Rp48 triliun hingga Rp49 triliun.