
Bumntrack.co.id. Jakarta – Tempaan hidup yang dialami seseorang dapat membentuknya menjadi pribadi yang tangguh, bijak dan berkarakter. Ketika jerih payahnya berbuah manis, ia percaya itu semua anugerah dari Sang Pencipta.
Lahir sebagai anak Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Laras Setyo Wibowo terbiasa hidup berpindah tempat, menyesuaikan penugasan sang ayah. Ia lahir di Semarang, namun tak pernah menetap lama di Semarang karena tak lama setelahnya, ia diboyong ke berbagai daerah di Indonesia sesuai dengan penugasan sang ayah.
Perjalanan hidupnya yang senantiasa berpindah dari TK dan SD di kota Banjarmasin, SMP di Purwokerto, menuntaskan bangku SMA di Kota Pahlawan Surabaya hingga kuliah di Yogyakarta, membentuk Laras menjadi pribadi yang adaptif. Ia mudah bergaul di lingkungan baru dan memiliki banyak teman meski mengaku tak memiliki sahabat karib.
“Keseringan pindah-pindah membuat saya jadi tidak punya sahabat dekat, tapi akhirnya jadi berteman sama semua,” ungkapnya tersenyum.
Anak terakhir dari lima bersaudara ini juga terlatih dengan perubahan yang cepat, yang secara tak disadari membentuk mentalnya menjadi pribadi yang tangguh yang selalu siap menghadapi berbagai kemungkinan, sekalipun dihadapkan dengan keputusan yang mendadak.
Loyal pada Profesi
Laras meneruskan jenjang kuliah ke Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Ia lulus sarjana Teknik Elektro pada tahun 1996. Belum sempat resmi wisuda, pria kelahiran 6 Maret 1972 ini sudah diterima bekerja di group Astra sebagai Kepala Seksi Produksi di PT Astra Honda Motor. “Saya tidak pernah punya foto wisuda dengan memakai toga,” ungkapnya sambil tertawa.
Kemudian pada akhir tahun 1997, ia bergabung dengan PT Indosat Tbk. yang melibatkannya dalam proyek proyek penting di PT Indosat. Cukup lama Laras berkarir di Indosat, termasuk pada tahun 2000 berkesempatan mengikuti pelatihan IT selama 4 bulan di Jepang dengan beasiswa AOTS. Ia juga terpilih mendapatkan beasiswa StuNed untuk jenjang S2 di Universiteit Twente Netherlands pada tahun 2001.
Pada 2010, ia memutuskan untuk keluar dari Indosat. Dan sejak itu pula ia kian lincah mengembangkan karier di beberapa perusahaan multinasional, juga terlibat dalam inkubasi beberapa startup e-commerce, Logistic&supply chain, MFS (Mobile Financial Service)/e-Money, dan lainnya.
Kemudian pada Mei 2017, ia berlabuh kembali di BUMN. Laras dipercaya menjadi Direktur Teknik dan Komersial PGNCOM sejak 1 Mei 2017. Di awal 2022, pemegang saham mengutusnya menjadi Direktur Utama PGNCOM.
Sungguh pencapaian yang luar biasa. Tanpa sedikitpun merasa hebat ataupun membanggakan diri, Laras meyakini bahwa segala pencapaian yang ia raih merupakan anugerah dari Sang Pencipta.
“Semuanya dari Allah. Saya tidak pernah punya cita-cita ataupun terbayangkan sebelumnya menjadi seperti sekarang, mengalir saja. Yang saya lakukan hanyalah loyal pada profesi, bukan pada jabatannya. Saat diberi jabatan, kita harus berkontribusi maksimal,” ungkap Laras.
Menjadi Bermanfaat untuk Sesama
Menjadi bungsu dari lima bersaudara membuat pola didikan yang dia terima dari orangtua terasa lebih longgar ketimbang apa yang didapat oleh kakak-kakaknya. Bahkan, sang ayah tak banyak ikut campur atas keputusan yang diambil oleh Laras. Di balik sikap yang terkesan dingin, sang ayah justru menunjukkan kasih sayang dengan cara yang berbeda.
“Beberapa kali dalam hidup saya, ayah mengajak saya ngobrol berdua dari jam 7 malam sampai jam 4 subuh,” ujar Laras.
Sang ayah yang kental menjaga adat budaya Jawa itu kerapkali menyisipkan wejangan kepada anak-anaknya. Yang paling diingat dan menjadi prinsip hidup Laras adalah pepatah Jawa yg diambil dari ajaran Sunan Kalijaga berbunyi: “Urip Iku Urup” yang berarti hidup itu adalah nyala. “Inti pesannya adalah bahwa hidup harus membawa manfaat bagi sesama,” jelas Laras.
Pesan kedua dari sang ayah yang juga melekat di benaknya hingga kini adalah pepatah Jawa “Goleko Jeneng, Jenang Bakal Teko Dewe”. Di balik makna tersebut, mengandung pesan agar dirinya senantiasa berkontribusi yang terbaik di manapun ia bertugas. “Jika kita fokus untuk berprestasi, rezeki akan datang sendiri,” ujarnya.
Membangun Legacy
Berpengalaman bekerja di berbagai sektor industri, ditambah hampir semua perusahaan yang dia masuki adalah perusahaan raksasa, membawa nilai tambah tersendiri bagi Laras untuk membangun tim yang solid di PGNCOM.
Selain membangun iklim komunikasi yang kondusif, ia juga selalu mendorong timnya untuk senantiasa melihat sesuatu dari banyak sisi. “Jangan buru-buru memutuskan hanya dengan mengandalkan point of viewdari satu sisi saja, liat point of view lainnya agar pertimbangan menjadi komprehensif,” katanya.
Laras juga sosok pemimpin yang tak sungkan berbaur dengan karyawan. Dia pandai memposisikan diri kapan harus tegas sebagai orang nomor satu, kapan harus merangkul lewat diskusi informal.
Kini ia tengah mengukir legacy. Kehadiran produk smart meter menjadi salah satu refleksi sinergi antara layanan energi di PGN dengan teknologi yang menjadi keahlian PGNCOM. “Ini adalah salah satu wujud nyata menyatunya layanan energi dan teknologi,” jelasnya bersemangat.
Sementara dari sisi sumber daya manusia, Laras dan jajaran akan selalu meningkatkan kapabilitas insan PGNCOM untuk terus berinovasi, sebab inovasi harus di dukung kompetensi people yang mumpuni. “Kita harus punya standar taksonomi knowledge management yang sesuai dengan bisnis perusahaan seraya terus mengembangkan kualitas dan kuantitas SDM,” ujarnya.
Ke depan, ia ingin PGNCOM terus menguatkan posisinya menjadi pemain utama yang mengoptimalkan keandalan layanan energi dan teknologi.