
Leadership tak luput dari nilai integritas, keberanian dan konsistensi. Menjadi pemimpin, berarti ia telah mengesampingkan segala ambisi pribadi, dan hanya fokus untuk memajukan perusahaan.
Didikan dan kasih sayang orangtua sejak dini menjadi pondasi seseorang dalam mengarungi kehidupan. Begitupula yang dirasakan oleh M. Kuncoro Wibowo, yang masih merekam secara jelas ajaran dan nilai-nilai kehidupan yang didapat pada masa kecilnya.
Lahir dari kedua orangtua yang berprofesi sebagai guru, kedisiplinan menjadi petuah yang paling ia ingat. Selain itu, sulung dari dua bersaudara ini merasakan tempaan pendidikan agama yang begitu kental ditanamkan kedua orangtuanya sejak dini. “Ibu bapak sangat kuat memberikan pelajaran dan pemahaman tentang agama, dan lingkungan kami juga mendukung didikan tersebut,” ungkap Kuncoro.
Ajaran inilah yang kemudian mengontrol sekaligus menjaga perilakunya yang terpuji hingga kini. Ia juga mengenang warisan kedua orangtua tentang keuletan, ketelitian sekaligus menekankan agar mereka tidak boleh mengambil hak orang lain.
Kuncoro lahir di Tulungagung, 3 Maret 1968. Masa-masa sekolah ia lalui di Surabaya. Semuanya berjalan lancar dan normal, meski sesekali diwarnai dengan ‘kenakalan’ anak-anak sebayanya pada umumnya. Tapi tak ada kenakalan-kenakalan serius yang membuatnya harus berurusan dengan pihak sekolah, apalagi pihak berwajib. “Badan saya kan kecil, kalau kelahi pasti kalah. Tapi sesekali kelahi juga sih saat main bola, jiwa boneknya keluar,” kenangnya sambil tertawa.
Memasuki perguruan tinggi, Kuncoro tertarik pada bidang Politeknik. Kala itu, Poltek yang tergolong bidang pendidikan baru menjadi incaran oleh banyak calon mahasiswa. Ia pun membuat alternatif pilihan melalui tes Sipenmaru/UMPTN, yakni Politeknik Universitas Brawijaya dan Ekonomi Bisnis Pembangunan di Universitas Airlangga. Harapannya terpenuhi, Kuncoro diterima sebagai mahasiwa Politeknik Unbraw Jurusan Teknik Komunikasi sebagai angkatan pertama. Meskipun tak lama dari pengumuman itu, ia mendapat kabar diterima di Unair.
Dari Telekomunikasi Hingga IT
Setelah menyelesaikan program Diploma 3 (D3) pada Politeknik Unbraw, Kuncoro mendapat tawaran untuk melanjutkan pendidikan S1 di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Ia pun menerima tantangan tersebut dan menjadi mahasiswa Teknik Elektro ITS.
Belum saja lulus, ia sudah dipinang PT Siemens, sebuah perusahaan elektronik multinasional yang berpusat di Munich dan Berlin Jerman. “Di sinilah saya benar-benar ditempa. Bekerja di world class company, membuat saya banyak bertemu dengan orang-orang asing yang memberikan didikan berharga yang lengkap,” ungkap Kuncoro yang saat menjadi engineering di Siemens mengerjakan salah satu proyek milik PT Telkom bersama PT INTI.
Tiga tahun setelahnya, Kuncoro mendapat tawaran ke PT Excelcomindo Pratama yang dikenal dengan provider XL Axiata. Lagi-lagi, ia ditempa dengan didikan terbaik, di antaranya tentang alur proses bisnis hingga filosofi bekerja keras. Selama sepuluh tahun mengabdi di sana, tepatnya sejak Januari 1995 hingga Juli 2005, ia menduduki jabatan terakhir sebagai Manager VAS and Switching Design Engineering.
Selanjutnya, Kuncoro juga pernah dipercaya menjadi GM Network Planning and Engineering PT Natrindo Telepin Selular yang membawahi provider Axis pada April 2005 hingga 2007. Kemudian ia beralih ke provider Smartfren sebagai Group Head NOC and Field Operations PT Mobile-8 Telecom pada April 2007 hingga Oktober 2009.
BGR Logistics adalah perusahaan kedelapan bagi perjalanan karier Kuncoro, setelah sebelumnya ia mulai mengabdi di perusahaan negara, yakni PT Kereta Api Indonesia (Persero). Pada Oktober 2009 hingga Juni 2012, ia dipercaya menjadi EVP Sistem Informasi hingga akhirnya Menteri BUMN mendapuknya sebagai Direktur SDM, Umum dan Teknologi Informasi PT KAI pada Juni 2012 hingga September 2016, selanjutnya menjadi Direktur Komersial dan Teknologi Informasi PT KAI sejak September 2016 hingga Agustus 2017.
Bagi sosok pekerja keras ini, benang merah dari pengalamannya di berbagai bidang usaha adalah, bahwa IT dan digitalisasi merupaka kunci pertumbuhan perusahaan. “Yang membuat maju sebuah perusahaan adalah IT nya. Itulah mengapa saya bertekad membenahi sistem IT BGR dan ketika live dia harus sustain seterusnya,” ungkap Kuncoro bersemangat.
Ya, Kuncoro dikenal mahir dalam bidang teknologi informasi. Ia menjadi salah satu sosok yang berperan besar di balik kebangkitan kereta api melalui penerapan digitalisasi. Itulah mengapa, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan yang kala itu menjabat sebagai Dirut KAI mempercayakannya untuk membangun budaya digital di tubuh KAI melalui inovasi dan ide brilliant darinya.
Kepercayaan itu berlanjut hingga Jonan mengutusnya sebagai Staf Ahli IT Kementerian ESDM selama satu tahun, yakni Agustus 2017 hingga Agustus 2018, tepat sebelum dia diamanahi menjadi Direktur Utama BGR Logistics yang diembannya hingga saat ini.
Kepemimpinan yang Mengayomi
Perusahaan logistik merupakan bidang usaha pertama yang ia bawahi di sepajang pengalamannya berkarier. Saat Kuncoro memulai kepemimpinan di BGR Logistics, kondisi perusahaan tidak sedang berada dalam kinerja yang prima. Meskipun ia mengaku tidak mengenal perusahaan ini saat pertama kali Menteri BUMN memberi amanah kepadanya untuk menjadi orang nomor satu, namun, Kuncoro senantiasa berpikiran positif dan menerima dengan sikap optimis. “Setelah pelan-pelan memahami segala dinamika yang terjadi di BGR, saya coba menikmati. Meskipun sempat banyak isu-isu yang meremehkan, saya tidak peduli. Saya hanya fokus untuk membuktikan bahwa saya bisa punya andil di sini,” ungkap pria yang selalu berusaha menebar semangat positif.
Pengalaman yang ia lalui di KAI saat bersama Jonan terus membekas hingga kini. Pengalaman inilah yang dijadikan tolak ukur kepemimpinan oleh Kuncoro. “Perubahan yang paling besar dari Jonan membuat saya mengerti akan makna leadership,” ujarnya singkat. Makna lead by example yang ditanamkan oleh tokoh yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan itu merasuk dalam jiwa Kuncoro.
Nilai integritas, keberanian dalam mengambil keputusan dan konsistensi yang dicontohkan Jonan selalu ia pegang teguh sampai saat ini. Ia juga ingat pesan dari tokoh transformasi itu, bahwa pemimpin harus sudah selesai dengan diri sendiri, tidak lagi berurusan dengan harta, tahta dan wanita. “Seorang pemimpin harus selesai dengan diri sendiri, jangan ada lagi ambisi pribadi maka ia akan bekerja maksimal untuk kemajuan perusahaannya,” ungkap Kuncoro. “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat buat orang lain, bukan buat dirinya sendiri,” imbuhnya seraya mengingat petuah idola sekaligus sehabatnya itu.
Hal-hal positif yang ia terapkan di KAI juga ia tularkan di BGR Logistics. Untuk membangun teamwork yang solid, ia bersikap lebih banyak mendengar. Bahkan, demi menciptakan suasana yang hangat dan akrab antara pimpinan dan karyawan, ia menyulap ruangan yang sebelumnya tidak berfungsi menjadi sebuah café yang cozy. “Karyawan milenial sering kumpul di sana untuk berbagai agenda seperti Coffee Morning atau BGR Runners. Atau, misalnya mereka mau curhat dengan saya, kita juga bisa sambil makan siang bersama,” ujar Kuncoro.
Keakraban dan keterbukaan komunikasi yang ia bangun bersama karyawan adalah salah satu cara untuk mengetahui efektif tidaknya kebijakan yang ditetapkan oleh jajaran direksi. Manajemen juga senantiasa menerima masukan dari karyawan untuk menyempurnakan kebijakan-kebijakan yang telah berjalan.
Bermusik
Padatnya aktivitas kerja mesti didorong dengan kesehatan yang prima. Karenanya, untuk menjaga kebugaran, ia berusaha meluangkan waktu untuk berolahraga ringan seperti bulutangkis ataupun bersepeda.
Sementara untuk mengimbangi waktu setelah bekerja keras, Kuncoro sesekali bermain band. Hobi lama yang telah ditekuninya sejak zaman kuliah itu terbukti cukup ampuh dalam menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keseharian. Bahkan di setiap tempat kerjanya terdahulu, ia selalu memiliki group band dengan studio dan alat musik yang lengkap.
“Bermain musik membuat pikiran kita menjadi rileks. Musik juga bisa menumbuhkan semangat baru dalam bekerja dan bersosialisasi,” ungkap pria yang mahir bermain drum dan gitar ini seraya tersenyum.
Meski memiliki studio musik di rumahnya, namun kegemaran bermusik dan ngeband tidak menurun pada ketiga anaknya. Belakangan, ia mengaku, lebih menghabiskan waktu di klinik kecantikan milik sang istri saat akhir pekan. “Cari suasana beda saja. Di malam harinya, kami ke restoran untuk makan malam bersama sambil bertukar cerita,” katanya.
Kuncoro menegaskan, nilai-nilai agama adalah pondasi yang ia terapkan bagi ketiga buah hatinya. Dengan begitu, ia lebih percaya diri untuk memberi kepercayaan kepada mereka tanpa membatasi kreativitasnya.
Ia pun tak ingin kehilangan saat-saat berharga dengan ketiganya. Karenanya, ketika berada di Jakarta ia selalu memaksakan diri untuk bertemu dengan anak-anaknya, seraya melepas rindu ataupun mengajak berdiskusi ringan, hingga membantu mereka menyelesaikan pekerjaan sekolah. “Seperti apa yang ditekankan Jonan kepada saya, bahwa keluarga adalah nomor satu. Maka saya tidak ingin kehilangan moment indah bersama mereka,” pungkas pria yang tengah merajut tiga legacy di BGR, yakni menjadi Holding BUMN Logistik, menjadi perusahaan yang diminati calon pekerja dan meningkatkan pendapatan perusahaan dua kali lipat dibanding tahun 2018.