Jakarta, BUMN TRACK – Untuk memperkuat kedaulatan ekonomi dan nilai tambah mineral dan batu bara, BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID menjadi penggerak hilirisasi terintegrasi.
Berbagai inisiatif diluncurkan memastikan pengelolaan sumber daya mineral dilakukan dari hulu ke hilir.
“MIND ID grup secara konsisten melaksanakan proyek-proyek hilirisasi yang terintegrasi di dalam negeri,” kata Corporate Secretary MIND ID, Heri Yusuf di Jakarta, Senin (17/2/25).
Dirinya bergarap Indonesia mendapat manfaat dari setiap proses peningkatan nilai tambah dan mampu semakin berdaulat di kancah global.
“Dengan pelaksanaan program hilirisasi terintegrasi, kami berupaya memberikan dampak yang lebih besar bagi perekonomian Indonesia. Sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global,” tambahnya.
Salah satu proyek hilirisasi unggulan adalah Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat. SGAR tersebut dikelola oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), perusahaan patungan dari Anggota Grup MIND ID, yaitu PT Indonesia Asahan Aluminium dan PT Aneka Tambang Tbk.
SGAR memiliki kapasitas output 1 juta ton alumina per tahun untuk kebutuhan produksi aluminium INALUM.
Selain itu, Grup MIND ID melalui PT Freeport Indonesia telah membangun smelter tembaga dan akan mengembangkan Precious Metal Refinery (PMR) di Gresik, Jawa Timur.
Proyek ini memiliki peran penting dalam integrasi rantai pasok pengolahan tembaga, mulai dari tembaga ore, konsentrat tembaga, hingga akhirnya menjadi katoda tembaga.
Melalui smelter ini, Grup MIND ID juga akan mampu mengolah lumpur anoda menjadi emas, perak batangan, dan Platinum Group Metals (PGM) lainnya untuk memenuhi kebutuhan komoditas investasi masyarakat Indonesia.
Komitmen pelaksanaan hilirisasi terintegrasi juga diwujudkan dalam pengembangan proyek nikel di Halmahera Timur, yang mencakup pembangunan smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) untuk memproduksi nikel serta fasilitas High-Pressure Acid Leach (HPAL) untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.
Kedua fasilitas ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dalam industri kendaraan listrik global, tetapi juga menciptakan produk berteknologi dan bernilai tambah lebih tinggi di dalam negeri.
“Tentu kami akan terus memperkuat integrasi dalam setiap rantai pasok komoditas mineral dan batu bara yang dikelola, sehingga dapat menjadi kontributor bagi peningkatan kinerja ekonomi guna mencapai pertumbuhan 8% ke depannya,” pungkas Heri.