LENSA

KAPAN KEMBALI HIDUP NORMAL?

Oleh Akhmad Kusaeni

Anthony Fauci, ahli imunologi Amerika Serikat, pada masa awal pandemi Covid-19  merebak bulan Januari 2020, pernah ditanya wartawan kapan pandemi akan berakhir. Kepala Gugus Tugas Corona Virus Gedung Putih itu dengan lugas menjawab: Bukan kita yang menentukan jadwal kapan pandemi berakhir, tetapi viruslah yang membuat jadwal,

Sekarang sudah hampir setahun kita harus hidup bersama virus yang mematikan itu. Sebanyak 1,51 juta orang meninggal di seluruh dunia. Di Jakarta saja korban tewas sudah mencapai 17.479 orang.

Menjelang akhir tahun Fauci ditanya lagi oleh wartawan bagaimana kita survive di bulan-bulan ke depan, Fauci mengaku heran tak masuk akal bahwa sejumlah orang masih percaya bahwa virus itu “fake news” atau hoax. Banyak daerah dan negeri yang mewajibkan setiap orang memakai masker dan menghindari kerumunan, namun sulit untuk menegakan kewajiban tersebut.

Di Indonesia juga ada kewajiban memakai masker dan jaga jarak tidak berkerumun, namun aparat dan penegak hukum kadang tak bisa mencegahnya seperti pada kasus Habib Rizieq, Pilkada, atau unjuk rasa menentang UU Cipta Kerja. Sudah banyak Kapolres, Camat dan Lurah yang dicopot gara-gara tak bisa mencegah kerumunan.

Orang-orang itu masih menganggap virus itu tidak ada padahal wabah itu terjadi di depan mata. Sangat mengherankan melihat orang yang masih percaya bahwa bahaya Covid-19 yang mematikan itu bukan sesuatu yang nyata.

Saya sendiri, sebagai orang yang berusia di atas 50 tahun dan masuk golongan rentan terhadap Covid-19, melihat virus corona sangat nyata dan berbahaya. Makanya saya mengikuti kewajiban dari pemerintah untuk memakai masker dan menjauhi kerumunan. Sudah hampir setahun ini saya tidak keluar rumah dan mengerjakan pekerjaan saya di rumah. Saya hanya ke luar rumah untuk hal-hal yang sangat penting saja. Saya menolak ajakan teman untuk sekedar ketemu, ngopi-ngopi, haha-hihi, dan omong kosong seperti kebiasaan saya sebelum pandemi.Kami punya kelompok yang menamakan diri MEOK, singkatan dari Makan Enak Omong Kosong.

Saya betul-betul menjaga diri dari bahaya virus, bahkan saya tidak berani potong rambut di barbershop langganan saya. Isteri saya yang melihat rambut saya awut-awutan gak keruan, membeli alat cukur sendiri. Jadilah dia tukang cukur amatir untuk saya. Mulanya potongannya belang betong tidak rapih, lama-lama mahir juga. Potongan tidak kalah dengan barber langganan saya. Kami suka becanda bahwa kami  bisa membuka kedai potong rambut di rumah.

Oya, saya juga tidak naik angkutan umum baik busway atau kereta api. Bahkan sudah setahun ini saya tidak terbang dengan pesawat. Saya sadar umur saya tidak lagi 25 tahun yang dianggap masih aman naik pesawat terbang.

Untuk memastikan saya aman dari Covid-19, paling tidak saya melakukan PCR atau swab test tiga kali dan semua hasilnya negatif. Alhamdulillah.

Untuk hidup normal kembali, saya menunggu vaksin yang saat ini dalam proses pengujian. Konon kita bisa bebas dari virus jika disuntik vaksin yang 95 persen efektif. Tapi kita tetap harus sabar karena vaksin baru bisa disuntikan kepada semua orang pada pertengahan tahun depan atau malah sampai akhir tahun 2021.

Hanya pada saat itulah kita boleh membuang masker dan hidup normal kembali.

Artikel Terkait

Berita Lainnya
Close
Back to top button