
Jakarta, Bumntrack.co.id – PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) atau KBI berencana menggandeng BUMN, BUMD dan swasta untuk mengembangkan kliring berjangka maupun pasar fisik timah. Kerjasama tersebut bakal difokuskan terkait pemanfaatan resi gudang dan logistik. Demikian diungkapkan Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI), Fajar Wibhiyadi.
KBI dan PT Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures Exchange) juga berusaha meningkatkan perannya dalam meningkatkan pasar kliring berjangka dan pasar fisik timah terutama di Provinsi Bangka Belitung (Babel). Kerja sama tersebut bisa dilakukan dengan PTPN, PT Antam, PT Pegadaian maupun PT Pos untuk mendorong dan pengembangkan operasional.
“Di Indonesia tidak hanya terdapat BUMN tapi juga ada BUMD dan BUMS (badan usaha milik swasta) yang juga merupakan part dari KBI. Karena itu kami akan bersinergi dengan tiga badan usaha tersebut,” jelas Fajar, dalam acara media gathering di Pangkalpinang, Bangka Belitung (2/11/2019).
Kerjasama tersebut lanjutnya, diharapkan bisa memajukan industri dan perdagangan timah di Bangka Belitung. Bahkan dalam waktu dekat KBI dan JFX bakal melakukan aliansi bisnis dengan BUMN dan BUMS di Bangka Belitung. Dengan demikian keberadaan KBI maupun JFX di Bangka Belitung bisa lebih dirasakan oleh masyarakat.
“KBI dan JFX pun terus bersinergi untuk terbentuknya harga timah pada bursa nasional yang akan menjadi acuan internasional,” tukas Fajar.
Ke depan lanjut Fajar, KBI menargetkan, dengan tiga line business KBI yakni BPK, resi gudang dan pasar fisik akan terbangun sinergi sehingga saling mendukung transaksi bisnis perusahaan. Hingga akhir 2020, sesuai RKAP yang sudah dilaporkan kepada pemegang saham, diharapkan terjadi peningkatan investasi hingga 16 persen dari pencapaian tahun 2019.
Fajar juga berharap pemerintah memberikan perhatian lebih kepada bursa kliring berjangka. Meski secara kontribusi kepada negara belum sebesar capital market (pasar modal) namun industri kliring berjangka memiliki prospek bagus. Sebagai contoh untuk komoditas timah, saat ini Indonesia merupakan pemasok lebih dari 23 persen dari market timah dunia.
“Dukungan dari government dan otoritas kementerian selama ini sudah sangat tinggi kepada industri ini. Hanya saja dukungan (berupa kedatangan) Presiden maupun Wakil Presiden kami perlukan agar masyarakat luas tahu bahwa pasar bursa berjangka komoditas juga ada di Indonesia,” jelas Fajar.
Untuk itu, ia berharap adanya bentuk perhatian antara lain seperti, setiap tahun bila ada opening days seperti di pasar modal, yang dilakukan Presiden adatau closing days dilakukan Wakil Presiden, bila memungkinkan hal tersebut juga bisa dilakukan di bursa kliring berjangka. Hal tersebut dianggap penting lantaran hingga saat ini belum pernah ada Presiden atau Wakil Presiden yang singgah ke bursa kliring berjangka. (*)