BERITAKOLOM PAKAR

Kecukupan Pangan Berbasis Teknologi Pertanian

Oleh:   Ir. Yeta Hendrawideta M.Si

Pengamat Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Respati Indonesia

Ketersedian beras secara nasional saat ini harus diseimbangkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 267 juta jiwa dan dikaitkan dengan luasan lahan pertanian. Kondisi saat ini, luasan lahan pertanian  semakin berkurang. Di sejumlah wilayah lahan padi sawah sudah banyak beralih fungsi, sementara  jumlah penduduk semakin meningkat. Akibatnya produksi pangan terutama beras menjadi berkurang. Padahal rata-rata tingkat konsumsi beras masyarakat masih tinggi, secara nasional 114 kg per kapita /tahun.

Akan tetapi dari sisi peningkatan produksi, pemerintah berupaya agar satu hektar lahan pertanian padi bisa memberikan hasil optimal dengan pemanfaatan teknologi pertanian selama ini. Salah satunya dengan penggunaan pupuk organik serta penggunaan pupuk yang disesuaikan dengan kondisi lahan.  Tentu produktivitas beras  akan berkurang bila tidak dibantu dengan teknologi pertanian.  Minimal jumlah produksinya dipertahankan.

Terlebih kalau melihat jumlah lahan yang terus menyusut, ditambah kondisi fisik tanah yang sudah jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, minimal bisa mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri saja, kita sudah bersyukur.

Sementara untuk komoditas pangan lainnya, seperti palawija dan hortikultura yang dikonsumsi masyarakat, seperti jagung, kedelai, sayuran daun, sayuran buah, serta buah-buahan, tingkat produksinya sangat bergantung dengan ketersediaan lahan. Bila tidak diperhatikan ketersediaan lahan dengan memanfaatkan teknologi, maka ketersediaan pangan untuk konsumsi penduduk akan terganggu. Maka pemerintah berupaya dengan luas lahan sekecil apapun produksi pangan harus bisa ditingkatkan.

Dalam konteks ketersediaan pangan, pemerintah sudah berupaya mencukupi kebutuhan pangan masyarakat. Namun perlu didukung para pelaku sektor pertanian. Harus ada keserasian antara kebutuhan petani, kepentingan pemerintah maupun kebutuhan pihak terkait. Bila masyarakat mau   memanfaatkan ketersediaan lahan yang ada dengan memanfaatkan teknologi pertanian, kebutuhan pangan akan tercukupi. Begitu pula dengan produksi padi. Bila petani memanfaatkan teknologi pertanian yang direkomendasikan pemerintah,  produktivitas padi dan komoditas lainnya akan meningkat sehingga secara nasional kita bisa tidak lagi bergantung pada pihak lain.

Melalui pendampingan para penyuluh di lapangan, petani bisa memahami apa yang perlu dilakukan. Termasuk  melakukan inovasi dengan memanfaatkan  teknologi pertanian yang sudah  direkomendasikan pemerintah sehingga  hasil panennya meningkat dan kebutuhan pangan nasional bisa tercukupi.  

Tantangan di Lapangan

Kondisi di lapangan, kebijakan pemerintah sudah cukup baik, tetapi hasilnya belum maksimal. Keberhasilan sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional harus didukung sektor lain. Tidak bisa pertanian berdiri sendiri. Perlu dukungan kebijakan-kebijakan dari sektor lain, termasuk pelaku utama yakni petani yang kreatif , inovatif, mandiri dan dinamis, maupun pelaku sektor lain yang berkepentingan.

Pada tingkat petani di lapangan ada dua hal yang perlu dicermati. Satu, bila para petani masih selalu bergantung pada pupuk kimia (pupuk anorganik), mereka akan mengalami kesulitan. Sebab, mulai saat ini, pengadaan pupuk bersubsidi diubah menjadi e-alokasi. Jadi setiap petani bukan mengusulkan kebutuhan pupuknya. Tetapi sudah ada jatahnya per luasan lahan. Jadi seharusnya pada tahun ini tidak akan ada lagi istilah kekurangan pupuk. Namun, masih banyak petani yang mengeluh, kalau kuota pupuk mereka terlalu kecil dibandingkan dengan kebutuhan pupuk yang biasa mereka pakai.

Kedua, dari sisi harga, karena bahan dasar pupuk tinggi, dan harus  impor, akibatnya harga pupuk mahal. Padahal 60-70 persen petani kita adalah petani penggarap. Permasalahan ini selalu dialami petani setiap tahun.

Solusinya, penggunaan pupuk organik. Banyak perusahaan yang menghadirkan pupuk  organik. Permasalahnnya, para perusahaan tersebut tidak memperhatikan sisi petani. Para petani hanya disodori  pupuk organik A, B atau C, tetapi untuk  melakukan Petak Percontohan di kelompok tani sangat terbatas  sekali.  Padahal petani harus memilih jenis pupuk yang hendak dipakainya.  Oleh karena itu, perlu dibangun kemitraan antara petani dengan para produsen pupuk organik tersebut.

Kemitraan  tersebut harus dijaga dengan cara  produsen berani melakukan petak percontohan dengan jumlah petak percontohan yang proporsional dengan jumlah kelompok tani yang ada di wilayah. Meskipun tentu ada pertimbangan bisnis yang harus dijaga perusahaan pupuk organik tersebut. Ada dugaan, produsen  pupuk tersebut tidak memiliki kesiapan memberikan percontohan  penggunaan  pupuk tersebut, baik  kepada para petani atau kelompok tani. Bila perusahaan pupuk organik tersebut mempunyai keberpihakan kepada para petani, tentu apapun akan dilakukan.

Permasalahan lain, generasi muda belum banyak yang tertarik menggeluti sektor pertanian. Mereka masih memandang pertanian tidak mengungtungkan dibanding bekerja di sektor lain. Berdasarkan data BPS, Nilai Tukar Petani pada tahun 2021 sebesar 103. Dibandingkan dengan sektor lainnya, kenaikan NTP berlangsung lambat artinya kondisi petani berat jika membeli barang  non pertanian/indistri. Keadaan kenaikan nilai tukar yang lambat, diduga menjadi penyebab lambatnya regenarasi pertanian. Penyebab lain, para generasi muda selalu berpikir ingin berusaha di Pulau Jawa, kenyataannya kondisi lahan di P.Jawa semakin berkurang, sementara di luar Pulau Jawa masih luas.

Sebaiknya pemahaman terkait bidang pertanian diberikan sejak dini. Generasi muda harus terus diberikan pengetahuan, bahwa pertanian itu menjanjikan. Selama manusia ada di muka bumi, pangan dibutuhkan, pertanian tetap ada. Lagi pula saat ini teknologi pertanian sudah modern. Sekarang sudah banyak perangkat digital pertanian yang mendukung pekerjaan di sektor pertanian, internet of think (IoT), sehingga branding pertanian keren bisa menarik generasi muda. Maka meski regenerasi bidang pertanian masih lambat tetap harus terus dilakukan dan diupayakan. Karena membangun sektor pertanian merupakan bagian dari menjaga kedaulatan sebuah bangsa.

Artikel Terkait

Back to top button