Kembangkan Inovasi Berkelanjutan, Phapros Gandeng Mitra Strategis Lintas Sektoral

Antimo produk Phapros (Foto: PEHA).
E-Magazine November - Desember 2024

Jakarta, BUMN TRACK – PT Phapros Tbk menjadikan inovasi sebagai kunci kemajuan perusahaan. Pasalnya, Indonesia memiliki sumber daya yang sangat besar yang bisa dimanfaatkan, utamanya melalui teknologi. Meski awalnya terdapat tantangan dalam pengimplementasiannya, namun setelah berjalan beberapa waktu hal tersebut justru menjadi kebanggan bagi perusahaan.

“Hal ini sangat berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional kita. Apalagi Phapros juga menggandeng berbagai industri lain dari UMKM hingga industri skala besar yang dapat mendukung sustainability dari proses hilirisasi riset yang dilakukan atas alat kesehatan, bahan baku, tanaman herbal yang nantinya akan menjadi produk komersialisasi Phapros. Tentu, semua ini membutuhkan inovasi teknologi,” kata Corporate Secretary PT Phapros Tbk, Zahmilia Akbar dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (19/10/23).

Menurutnya, kunci untuk berinovasi adalah kerjasama lintas sektoral. Diantaranya, dengan lembaga penelitian dan universitas.

“Kami punya beberapa kerjasama strategis dengan kampus-kampus ternama di Indonesia seperti Universitas Hasanuddin, Universitas Airlangga dan Universitas Gadjah Mada. Untuk UGM sendiri, kerjasama yang telah terjalin misalnya untuk hilirisasi alat kesehatan, Salah satunya alat untuk membantu mengeluarkan cairan dari kepala anak-anak penderita hidrosefalus, bernama Inashunt,” jelasnya.

“Sudah banyak antrian hilirisasi riset yang ditawarkan kepada Phapros. Bagi kami, kerjasama lintas sektoral ini harus industri lain juga sehingga kita bisa membentuk ekosistem yang lebih kuat dan sehat,” tegasnya.

Sebagai bagian dari perusahaan milik negara, inovasi yang dilakukan harus tetap berbasis pada kepentingan nasional. Kebijakan regulasi pemerintah Indonesia yang mengharuskan sektor industri khususnya farmasi menggunakan unsur Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk mengurangi ketergantungan impor sudah juga dilakukan oleh Phapros.

“Seperti kita ketahui, 90 persen bahan baku farmasi masih impor dari China, India, Eropa dan Amerika karena di Indonesia sendiri belum banyak produsen bahan baku obat. Karena itu kami mencoba menggunakan bahan baku lokal untuk produk-produk tertentu. Bahkan, untuk bahan kemas produk Phapros sudah lebih dari 80 persen menggunakan material lokal,” jelasnya.

Phapros pun juga mendukung program pemerintah terkait komitmen global mengurangi emisi gas karbon dengan mengubah pola bisnisnya menjadi green manufacturing. Melalui inovasi teknologi, pihak perusahaan juga memulai dari proses produksi sampai produk jadi.

“Industri farmasi sama seperti industri lainnya, bisa memberikan limbah kepada masyarakat baik asap maupun buangan kimia. Kami sejak delapan tahun yang lalu sudah melakukan beberapa program terkait sustainability, dari sisi energi terbarukan sejak 2019 Phapros telah menggunakan solar panel untuk sumber energi. Kami juga menggunakan Compressed Natural Gas (CNG) untuk menggantikan bahan bakar minyak yang selama ini digunakan. Di bidang CSR, kami juga menggalakkan program penghijauan seperti di Semarang, di mana kita ada gerakan menanam mangrove di beberapa titik yang berpotensi banjir dan abrasi,” tambahnya.

Bagikan:

#BUMN Award #BBMA Award
#Anugerah BUMN 2024
#BTN Persaingan Usaha  #3000 KPR Prabowo #Talenta BSI. #Pengelolaan sampah BNI. #Akad Masal KPR BTN

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.