Kolaborasi Strategis RI-Taiwan di Tengah Dinamika Politik Global

E-Magazine November - Desember 2024

Oleh: Ahmed Kurnia (Pemimpin Umum BUMN Track)

Indonesia dan Taiwan terus memperkuat kerja sama ekonomi dalam beberapa tahun terakhir – meski di tengah ketegangan geopolitik di kawasan Selat Taiwan dan Laut Cina Selatan. Hubungan dagang dan investasi kedua negara semakin meluas di sektor strategis, seperti teknologi dan energi terbarukan, yang menandai era baru kemitraan kedua negara.

Dr. Ya-Wen Yu dari National Defence University Taiwan kepada BUMN Track beberapa waktu lalu di Taipei mengatakan, ASEAN dan khususnya Indonesia masih menjadi salah satu mitra dagang penting bagi Taiwan. Menurut Dr. Yu, Presiden Lai Ching-te yang memenangkan pemilu presiden Taiwan pada Januari 2024 lalu dan dilantik pada Mei 2024 lalu, akan melanjutkan kebijakan dari presiden sebelumnya, Tsai Ing-wen yakni melaksanakan New South Bond Policy (NSP).

NSP atau juga dikenal sebagai Kebijakan Baru ke Arah Selatan adalah bagian penting dari strategi ekonomi dan perdagangan Taiwan yang bertujuan mendefinisikan kembali peran penting Taiwan dalam pembangunan Asia, mengidentifikasi arah dan kekuatan pendorong baru pembangunan ekonomi di ‘’kawasan di Selatan Taiwan”.

Menurut Dr. Yu lagi, NSP akan tetap menjadi fokus utama kebijakan luar negeri Taiwan. Kebijakan ini bukan hanya soal ekonomi, tapi juga upaya memperkuat jaringan persahabatan dan stabilitas Kawasan. Di bawah kepemimpinan Presiden Lai, Taiwan akan memperkuat NSP dengan inisiatif-inisiatif baru di sektor energi terbarukan, kesehatan, teknologi informasi, dan digitalisasi.

Hubungan Dagang dan Investasi


Data dari Taiwan Bureau of Foreign Trade menunjukkan bahwa volume perdagangan antara Indonesia dan Taiwan pada tahun 2023 meningkat menjadi US$11,2 miliar, naik signifikan dibandingkan US$10,6 miliar pada tahun 2022. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan permintaan Taiwan akan bahan mentah dari Indonesia seperti batubara, minyak kelapa sawit, dan produk karet.

Sebaliknya, Indonesia mengimpor produk teknologi tinggi, terutama semikonduktor dari Taiwan, yang menjadi komponen penting bagi berbagai industri teknologi di Indonesia.

Sementara dalam hal investasi, Taiwan juga memiliki peran besar di Indonesia. Data terbaru menunjukkan bahwa hingga 2023, total investasi Taiwan di Indonesia telah mencapai lebih dari US$1,6 miliar. Sektor-sektor yang menjadi fokus investasi Taiwan meliputi manufaktur, energi terbarukan, dan teknologi informasi. Proyek-proyek investasi ini telah berhasil menciptakan lebih dari satu juta lapangan kerja di Indonesia.

Salah satu contoh investasi strategis Taiwan adalah di sektor energi terbarukan. Taiwan berkomitmen untuk mengembangkan proyek energi angin dan matahari di Indonesia sebagai bagian dari inisiatif hijau global. Selain itu, terdapat juga investasi sebagai dukungan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), yaitu di sektor tenaga listrik, tenaga surya, dan proyek energi terbarukan lainnya. Hal ini tampaknya sejalan dengan upaya Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

Indonesia memiliki potensi energi surya hampir 20.000 GW, yang bisa berkontribusi besar pada target emisi nol karbon pada 2060 jika dimanfaatkan secara maksimal. Taiwan, dengan keahlian dalam teknologi energi terbarukan, memiliki peluang besar untuk berkontribusi dalam pengembangan infrastruktur energi surya Indonesia.

Di sektor teknologi digital, Taiwan berfokus pada kolaborasi dalam inovasi teknologi seperti infrastruktur jaringan dan keamanan siber, yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia dalam memperkuat transformasi digital ekonomi domestiknya.

Sebelumnya, tercatat ada tiga perusahaan asal Taiwan  – China Steel Corporation, Shihlin Electric & Engineering Corp, dan Walsin Lihwa Corporation  – yang sudah menandatangani kesepakatan investasi di sektor hilirisasi mineral. Ketiga perusahaan ini berkomitmen untuk mendukung pembangunan fasilitas smelter dan pengolahan mineral seperti nikel, perikanan tangkap, serta pedagangan karbon di Indonesia, dengan nilai investasi mencapai Rp15 triliun.

Investasi ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas Indonesia tetapi juga akan membantu memenuhi permintaan global untuk mineral hasil hilirisasi dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok mineral internasional. Selain itu, proyek ini diproyeksikan dapat menyerap ribuan tenaga kerja lokal, sehingga memberikan dampak signifikan bagi ekonomi Indonesia.

Hubungan strategis antara Indonesia dan Taiwan melalui New Southbound Policy (NSP) memiliki potensi besar untuk semakin berkembang dan memberikan manfaat jangka panjang bagi kedua negara. Komitmen Taiwan dalam bidang teknologi, energi hijau, dan pendidikan menawarkan peluang bagi Indonesia untuk mempercepat transformasi ekonominya, sambil mengukuhkan ketahanan kawasan. Seperti kata pepatah Taiwan, “Shàn shī zhě yǒu shàn bào,” yang berarti “Mereka yang memberi dengan tulus akan menerima kebaikan yang sama,” kolaborasi ini bukan sekadar hubungan perdagangan, melainkan juga kemitraan yang mencerminkan prinsip saling mendukung demi kesejahteraan bersama.

Sinergi ini memungkinkan kedua negara untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan lingkungan kawasan yang solid di tengah ketidakpastian global. Dengan menggabungkan keunggulan teknologi Taiwan dan potensi sumber daya alam Indonesia, keduanya dapat membentuk kemitraan yang saling menguntungkan dan relevan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di Asia Pasifik.

Bagikan:

#BUMN Award #BBMA Award
#Anugerah BUMN 2024
#BTN Persaingan Usaha  #3000 KPR Prabowo #Talenta BSI. #Pengelolaan sampah BNI. #Akad Masal KPR BTN

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.