
Jakarta, Bumntrack.co.id – PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) atau KBI mencatat pendapatan laba bersih (setelah pajak) sebesar Rp50,35 miliar. Angka tersebut meningkat 183 % dibandingkan pencapaian laba bersih 2018 yaitu sebesar Rp27,53 miliar.
PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam layanan Kliring Penjaminan dan Penyelesaian Transaksi di Perdagangan Berjangka Komoditi, Pasar Fisik Komoditas, serta berperan sebagai Pusat Registrasi Resi Gudang.
“Pencapaian laba yang didapat KBI tahun 2019 ini kami nilai cukup menggembirakan. Hal ini dikarenakan situasi ekonomi tahun 2019 yang diwarnai dengan agenda politik nasional yaitu pemilu presiden dan pemilu legislatif serta pertumbuhan ekonomi nasional yang boleh dibilang landai. Dan KBI telah melewati tahun 2019 dengan kinerja yang baik, dan mampu mencatatkan capaian laba bersih yang positif,” kata Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) Fajar Wibhiyadi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (29/6).
Dalam skala nasional, lanjutnya, kondisi ekonomi Indonesia tahun 2019 cukup stabil. Stabilitas perekonomian nasional yang positif terlihat dari tingkat inflasi yang mencapai 2,72%, terendah dalam 10 tahun terakhir.
Sepanjang 2019 KBI mencatatkan pendapatan sebesar Rp131 miliar atau 102,91% dari target anggaran tahunan sebesar Rp127 miliar atau naik 144,96% dibanding pendapatan tahun 2018. Pendapatan tersebut terdiri dari pendapatan operasional sebesar Rp112 miliar atau 106,91% dari anggaran tahunan, dan pendapatan non-operasional sebesar Rp18 miliar atau sebesar 83,84% dari anggaran tahunan.
Fajar menambahkan, naiknya pendapatan KBI tidak lepas dari kinerja industri Perdagangan Berjangka Komoditi yang mengalami pertumbuhan cukup positif. Hal ini tercermin dari volume transaksi multilateral PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) yang mencapai 1.467.371 lot, melewati target yang telah dicanangkan sebesar 1,1 juta lot. Dari volume transaksi tersebut, kontrak berjangka emas berkontribusi 45% atau setara dengan 660.893 lot.
Selain emas, kopi juga menjadi kontributor terbesar volume transaksi dengan porsi 29% atau 430.837 lot, yang diikuti dengan transaksi olein dengan porsi 23% atau sekitar 336.124 lot, dan kakao sebesar 3% atau setara 39.517 lot.
Sepanjang tahun 2019 KBI telah meregistrasi transaksi kontrak berjangka dan derivatif lainnya sebanyak 7,968,762.7 lot, yang terdiri dari produk komoditi primer termasuk Kontrak Berkala Emas (KBE) sebanyak 1,467,371 lot (18,4%), indeks sebanyak 624,114.7 lot (7,83%), currency sebanyak 767,701.7 lot (9,63%), komoditi SPA sebanyak 5.084.240,3 lot (63,80%), Kontrak single stock sebanyak 25.190 lot (0,32%). Untuk Kontrak Penyalur Amanat Luar Negeri (PALN) sebanyak 145 lot.
Dengan demikian komposisi produk didominasi oleh kontrak Bilateral-SPA, yaitu produk indeks, produk currency, serta komoditi SPA, kontrak single stock yang secara keseluruhan mencapai 6.501.246,7 lot atau 81,58% dari total kontrak yang diregistrasi (termasuk transaksi kontrak single stock) dan mencapai 6.476.056,7 lot atau 81,27% (tidak termasuk transaksi kontrak single stock).
Dalam posisi sebagai Pusat Registrasi Resi Gudang, sepanjang tahun 2019 KBI telah telah menatausahakan Resi Gudang sebanyak 444 Resi Gudang dengan total volume sebesar 11.864.352 ton dan nilai transaksi sebesar Rp 113.378.230.050,- . Selain itu, dari Kegiatan Transaksi Pasar Fisik Timah Murni Batangan, sepanjang tahun 2019 KBI telah meregistrasikan dan mengkliringkan transaksi Pasar Fisik Timah Batangan sebesar 27.183,41 Ton.
Fajar Wibhiyadi menambahkan kondisi perekonomian global ke depan masih penuh ketidakpastian dan cenderung melambat. Terlebih Indonesia sedang dilanda wabah Covid-19, yang tentu akan memberikan dampak kepada dunia usaha. Namun KBI optimistis, sektor perdagangan komoditas berjangka memiliki potensi untuk berkembang seiring dengan kontrak di bursa yang semakin inovatif dan menarik bagi investor.