Menabung emas terbukti membantu saat menghadapi kondisi sulit, akibat pandemi. Sekaligus juga berkontribusi menjaga ketahanan ekonomi nasional dari resesi.
Pandemi telah berlalu, banyak cerita yang terjadi selama hampir dua tahun saat merebaknya Virus Covid-19 ini. Ada cerita duka, ada juga kisah bahagia, saat mampu melewati masa suram akibat pandemi. Seperti yang dialami oleh Ibu Ratih. Layaknya kebanyakan keluarga yang lain, keluarga Ibu Ratih juga mengalami masa-masa uang sulit saat pandemi.
Padahal saat pandemi dimulai ia harus membiayai pendidikan dua putrinya yang berhasil diterima di perguruan tinggi negeri. “Jika tidak disiapkan jauh-jauh hari mana mungkin kami bisa membiayai kuliah anak-anak,” katanya. Salah satu persiapan yang dilakukan adalah menabung dalam bentuk emas, logam mulia. Menabung emas yang ditujukan untuk biaya kuliah itu sudah dimulai sejak kedua putrinya masih duduk di bangku SMP.
Saat pandemi, praktis usaha UMKM yang dikelolanya mengalami penurunan omset yang cukup tajam. Kabar baiknya, meski terimbas kondisi pandemi, usaha kecil Ibu Ratih tidak sampai gulung tikar. Meski demikan, akibat dampak pandemi, pendapatan suami menurun, karena gaji yang diterimnya harus terdiskon cukup banyak. Belum lagi, bayang-bayang PHK dari perusahaan tempat sang suami bekerja, selalu mengintai.
Di saat pandemi, pengeluaran keluarga bertambah sebab dua orang putri Ibu Ratih berhasil diterima masuk perguruan tinggi negeri. Mereka pun harus kost, tinggal di luar kota. Untungnya hasil tabungan emas Ibu Ratih, mampu membantu kebutuhan keuanan keluarga dan usahanya sekaligus membiayai kebutuhan kuliah dua anaknya di luar kota.
Kenaikan harga emas yang stabil, kebal terhadap inflasi dan bahkan sesekali ada lonjakan harga membuat Ibu Ratih memperoleh cuan yang lumayan dari tabungan (investasi) emasnya. Hasil investasi emas inilah yang membantu keluarga ini melewati masa-masa sulit kala pandemi. Investasi emas boleh dikatakan menjadi penolong kondisi finansial keluarga ini.
Sebagai gambaran, saat memulai menabung emas untuk kebutuhan pendidikan anak-anaknya, saat itu harga emas sekitar Rp560 ribu per gram (2015). Saat Covid-10 mulai merebak, tahun 2020, harga emas pun terbang hingga menyentuh Rp1 jutaan per gram dengan buy back (harga jual kembali emas yang telah dibeli) mencapai Rp900 ribuan per gram.
Ibu Ratih menceritakan kepada BUMN Track, ia memilih untuk menabung dalam bentuk emas karena selalu disarankan oleh orangtuanya. Usahakan untuk memiliki simpanan, khususnya dalam bentuk emas, demikian yang selalu diingatkan orangtuanya. Ternyata terbukti, mengikuti nasehat orangtua memang tidak ada ruginya.
Faktanya, tabungan emas memang sangat membantu di saat sulit. Sejatinya ada jutaan keluarga yang juga tertolong saat pandemi, karena memiliki tabungan emas. Dari catatan PT Pegadaian, ada lebih dari 5,5 juta nasabah yang menabung emas di Pegadaian.
Perencana keuangan keluarga, Safir Senduk, mengatakan sudah lama terbukti menambung atau berinvestasi emas dapat membantu ketahanan ekonomi keluarga, apalagi di saat pandemi. Pasalnya, logam mulia ini dikenal sebagai aset yang stabil dan aman di masa-masa ketidakpastian ekonomi. Bukan saja aman namun juga mampu memberikan perlindungan nilai dari dampak inflasi dan kondisi ekonomi yang tidak pasti.
Mampu Menahan Resesi
Menurut VP Corcomm PT Pegadaian, Basuki Tri Andayani, nilai emas yang relatif stabil dan bebas dari inflasi merupakan pilihan tepat untuk menjaga nilai aset. Pandemi Covid-19 sepanjang tahun 2020-2022 ternyata telah membantu menyadarkan sebagian masyarakat untuk mulai menyisihkan sebagian penghasilannya untuk menabung dalam bentuk emas.
Saat ini menabung emas juga sangat mudah, tinggal klik. Masyarakat dapat mengakses produk Tabungan Emas Pegadaian dengan menggunakan aplikasi Pegadaian Digital atau Pegadaian Syariah Digital. “Penabung pun dapat melakukan berbagai transaksi seperti penambahan saldo, jual, dan gadai tabungan emas darimana saja,” ujar Basuki.
Begitu besarnya manfaat menabung emas yang telah dirasakan oleh Ibu Ratih, kini kebiasaan itu ditularkan kepada putrinya. Dia mewajibkan anak-anaknya untuk menyisihkan uang sakunya untuk ditabung dalam bentuk emas. Menurutnya, tabungan emas cocok sebagai sarana investasi oleh kaum muda, generasi milenial. Salah satunya karena sangat fleksibel.
Maksudnya logam mulia emas dapat dibeli dalam jumlah kecil, 5 gram, 2 gram, 1 gram atau bahkan lebih kecil lagi dari 1 gram. Di tabungan emas Pegadaian, nasabah bisa menabung emas sebanyak 0,01 gram atau sekitar Rp50 ribu – Rp70 ribu. Ditambah lagi, menabung emas pun kini dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik offline maupun online.
Selain itu, mendorong anak-anaknya untuk menabung emas, agar mereka tidak bergaya hidup konsumtif. Lagi pula menabung dalam bentuk emas sudah terbukti sejak dulu mampu diandalkan saat kondisi sulit, seperti saat ini.
Seperti yang sudah diprediksi oleh para ekonom, memasuki 2023 ini dunia bakal dilanda resesi ekonomi. Pemicunya selain imbas dari Pandemi Covid-19, meletusnya perang antara Rusia Ukraina, membuat banyak negara dan pebisnis global kalang kabut. Di awal tahun ini saja, menurut Presiden Joko Widodo sudah ada 47 negara yang menjadi pasien IMF. Di luar itu masih bayak negara yang antri untuk diobati oleh IMF.
Di sisi lain, industri keuangan dunia tengah juga tengah ketar-ketir, menyusul bangkrutnya bank besar di dunia. Di Amerika saja ada 4 bank kolaps Silvergate Bank, Silicon Valley Bank (SVB) Signature Bank dan First Republic Bank. Di Eropa, sebesar Credit Suisse juga tengah mengalami nasib serupa.
Resesi ekonomi global juga membuat perusahaan-perusahaan raksasa di dunia pun terpaksa melakukan PHK besar-besaran. Seperti Twitter, Amazon, Meta (Facebook), Disney, IBM. Zoom, Google (Alpha) dan masih banyak lagi.
Indonesia tidak bisa lepas ancaman resesi ekonomi dunia. Meski demikian sejauh ini dampak resesi ekonomi dunia belum begitu memukul ekonomi nasional. Bahkan di saat negara-negara lain pertumbuhan ekonominya anjlok, Indonesia saat pandemi malah tumbuh. Di tahun 2021 tercatat pertumbuhan ekonomi nasional 3,70% sedangkan di tahun 2022 naik menjadi 5,31%.
Pertumbuhan ini menandakan kondisi ekonomi nasional hingga kini msih mampu menahan gejolak resesi ekonomi dunia. Salah satunya karena ditopang oleh ketahanan ekonomi keluarga yang masih terjaga.
Nah, kondisi dunia yang tengah dilanda resesi ini membuat harga emas terus meroket. Banyak perusahaan dan juga individu masyarakat yang merasa lebih nyaman dan aman bila asetnya disimpan dalam bentuk emas. Akibatnya harga emas pun terus merangkak naik, mencapai level harga tertinginya sepanjang sejarah, melebihi USD2000/troy emas.
Para analis pun memprediksi harga emas masih berpotensi akan terus naik lagi. melihat kondisi ekonomi dan perkembangan perang Rusia-Ukraina. Tentunya ini kabar baik bagi mereka yang meyakini emas sebagai investasi yang aman seperti Ibu Ratih. Bisa bersyukur dan bernafas lega, pilihannya menabung dalam bentuk emas memang tepat.