Membangun BUMN Idaman dengan Digital Leadership

E-Magazine Januari - Maret 2025

Agar bisa sustain di era digital, perusahaan harus memiliki digital leadership dan merupakan pilihan bagi setiap karyawan. Bila leadership bagus, yang lain mengkuti.

Publik dibuat miris setelah menyaksikan sejumlah kasus korupsi yang ternyata melibatkan petinggi BUMN. Terungkapnya kasus ‘penilepan’ uang negara melalui beberapa modus tersebut dalam rentang waktu tak terlalu jauh. Alhasil belum hilang ingatan terkait sebuah kasus korupsi BUMN, mucul lagi kasus lain. Publik pun mempertanyakan cara yang tepat membangun BUMN idaman.

Direktur Human Capital dan Transformasi PT Jasa Marga, Alex Denni menilai, SDM andal merupakan salah satu faktor yang penting dalam membangun BUMN idaman. Hal tersebut dicerminkan oleh orang-orang di dalam perusahaan  yang mampu menghasilakan sesuatu yang diidamkan orang lain. Yang membuat BUMN menjadi idaman bergantung pada kualitas SDM-nya. “Kalau kita berbicara pareto, maka urusan menjadi BUMN idaman berkaitan dengan manusia. Karena itu kalau berbicara tentang transformasi maka yang bertransformasi adalah orangnya cara berpikir, cara bekerja, berperilaku, dan lain-lain,” jelas Alex.

Melihat tantangan masa yang akan datang, maka nomenklatur SDM di PT Jasa Marga yang sebelumnya SDM dan Umum diganti menjadi Human Capital dan Transformasi. Ini untuk menunjukkan bahwa human capital  merupakan sentral dalam membangun BUMN idaman melalui transformasi. Langkah untuk membangun BUMN idaman yang dilakukan Jasa Marga di antaranya merekrut talent yang high profile. Ini bergantung pada employeer branding. Diakuinya, Jasa Marga bukan perusahaan yang sangat menarik  bagi milenial, namun dari sisi nama besar sudah ada.

“Kami melakukan perekrutan untuk management trainne dengan cara berbeda, yakni dengan social media challenge. Pola ini berbeda dengan sebelumnya yang dilakukan dengan berbagai macam tes, seperti psikotes, bahasa Inggris, pengetahuan umum dan lain sebagainya,” kata Alex. Para talent yang high profile tersebut diminta untuk membuat video edukasi terkait jalan tol lalu di-upload di youtube. Bagi peserta yanag memiliki “like“ terbanyak akan lolos pada seleksi tahap berikutnya. Pada tahap berikut, mereka membuat video profile perusahaan dalam bahasa Inggris berdurasi 2-3 menit.  Bagi video yang banyak mendapat apresiasi penonton akan masuk seleksi berikutnya.

Selanjutnya bagi 100 peserta terbaik akan di-challenge di sepanjang tol trans Jakarta-Surabaya, bolak-balik. Mereka diberi tugas tertentu dan dibekali uang saku secukupnya  untuk kebutuhan  biaya makan, jalan tol, berbisnis  dan sebagainya, Peserta yang dipilih adalah yang  memiliki creative thinking, self solving problem, dan inovasi. Tiga peserta terbaik mendapat hadiah tiket menonton balap F-1.

“Mungkin ini baru pertama kali, ada proses rekrutmen karyawan, bagi tiga pemenang mendapat tiket menonton F-1 di Shanghai. Dari ribuan orang yang berminat, yang diterima baru 19 orang. Kami pun tidak memberikan kuota karena yang kami cari adalah talent terbaik. Dengan cara ini, Jasa Marga dilirik milenial sebagai perusahaan idaman karena milenial tidak mau melakukan hal yang sama di tempat lain,” jelas Alex.

Cara yang dilakukan Jasa Marga tersebut terbilang unik. Tetapi memang sudah seharusnya demikian. Pasalnya, salah satu tantangan bagi bisnis ke depan adalah membangun SDM yang mempunyai perspektif dan kompetensi terkait digital dan media sosial. Di era  internet  of thing (IOT) saat ini, semua pekerjaan dan peluang binsis sudah bersinggungan dengan  teknongi informasi (TI). Alhasil, BUMN harus didukung SDM yang memiliki perspektif digital dan media soaial yang bagus sesuai tantangan bisnis.

Program learning bagi pegawai baru juga berbeda. Kalau management trainee (MT) di perusahaan lain, mereka lebih banyak diberi pelajaran di kelas  selama tiga bulan, atau enam bulan. Itu modul lama. Di Jasa Marga, MT diberikan projek dan harus belajar sendiri. Kami katakan the best  way to learn is to teach. Cara terbaik untuk  belajar adalah dengan mengajar para seniornya setiap hari. Untuk bisa mengajar, tentu  mereka harus belajar terlebih dulu dan mencari hal-hal baru. Dengan demikian kami merubah cara perekrutan, cara belajar, karir, mobility dan sebagainya. Kini, Jasa Marga sudah mempunyai talent  unggulan berusia antara 28 – 32 tahun.

Membangun digital leadership

Saat ini di era digital dan teknologi BUMN harus menyesuaikan diri, termasuk Jasa Marga. Sebagai BUMN infrastruktur penyedia jalan tol, Jasa Marga menghubungkan wilayah di Indonesia sehingga tagline yang dipilih adalah ‘Connecting Indonesia’.  Tetapi di era digital saat ini, connecting Indonesia, bukan hanya odalam bentuk fisik yakni menghubungkan jalan raya. Pengertian connecting adalah connect everything atau menghubungkan segalanya. Jasa Marga sedang membangun laboratorium Internet of Thing (IoT) untuk mengembangkan transformasi. Adanya laborarium IoTdiharapkan Jasa Marga dapat melakukan transformasi ke  arah digitaliasi secara bertahap.  

“Perubahan ke arah digitaliasi  tersebut penting lantaran bisnisJasa Marga merupakan bisnis konsensi yang mempunyai jangka waktu terbatas. Kalau masa konsensi sudah habis, Jasa Marga tidak harus bubar karena itu harus menjadi entitas bisnisyang sustain melalui digital leadership,” jelas Alex.

Alex juga mememaparkan, secara sederhana  kriteria digital leadership merupakan kemampuanmen-delivery teknologi dengan menggunakan teknologi untuk merubah customer experience, business model, maupun business process agar tetap relevan dalam  berkompetisi di  lapangan. Tantangan membangun digital leadership  adalah memadukan paradigma lama dan baru agar bisa bertemu. Pasalnya, secara umum ada senior yang merasa telah berjasa membangun perusahaan, sedangkan karyawan baru merasa perlu diberikan kesempatan untuk berbuat lebih. Karyawan junior melakukan cara-cara baru yang lebh cepat, lebih progresif, murah, mudah dan fleksibel. “Tantangan adalah memadukan keduanya agar tercipta harmoni. Para leader dan senior dijadikan mentor, sedangkan junior diberikan kesempatan agar bisa berlari lebih kencang,” jelasnya.

Transparansi juga dilakukan Jasa Marga dengan menerapkan GCG, sekarang  nilai GCG sudah di posisi 9,87 pada 2018, sebelumnya 9,17 pada 2017. Kenaikan tersebut lantaran dilakukan penguatan di segala lini. “Kami punya keyakinan bahwa leadership merupakan kata kunci. Kami punya arsitektur human capital  di mana driver-nya adalah leadership. Kalau kepemimpinannya baik, semua akan ikut baik,maka leadership menjadi core dalam arsitektur human capital,” ujar Alex.

Agar menjadi korporasi idaman, adalah sebuah keniscayaan bagi BUMN untuk beradaptasi di era  bisnis 4.0, di antaranya melaui sharing economy.  Begitupula bagi Jasa Marga yang memanfaatkan laboratorium IoT untuk men-drive transformasi perusahaan menjadi digital look company. Laboratorium tersebut akan mempersiapkan seluruh karyawan Jasa Marga dalam menguji coba segala kemungkinan teknologi yang akan dikembangkan ke depan. Seperti kalau pemerintah menerapkan regulasi  singleline free flow atau multiline free flow sehingga tidak lagi memerlukan gardu tol.

Bagikan:

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.