Membangun Kharisma

E-Magazine Januari - Maret 2025

Oleh: Andi Ilham Said, Ph.D 

   Direktur Utama PPM Manajemen 2009-2011

Ada orang berbicara berjam-jam terihat datar, biasa-biasa saja. Sebaliknya, ada yang belum bicara juga seakan orang sudah percaya apa yang akan disampaikannya. Mengapa begitu, jawabannya adalah kharisma. Kharisma terpancar dari dalam diri seseorang, bersinar seperti magnit yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan apa yang diminta tanpa banyak bertanya apalagi mempertanyakan. Bagaimana ini terbentuk? Hasil penelitian menunjukkan bahwa kharisma juga dibentuk atau terbentuk secara bertahap melalui proses dirancang khusus ataupun tanpa sengaja.

Beberpa teknik yang bisa dipakai untuk membangun kharisma (DuBrin 2014), antara lain adalah:

  • Sinkronisasi dengan Karakter Organisasi

Menurut penelitian seorang psikolog, lebih besar kemungkinan seseorang memandang seorang pemimpin berkharisma kalau memiliki kesamaan karakter fisik dan non fisik dengannya. Itu sebabnya, menjadi pemimpin dipandang berkharisma di satu tempat dengan tempat lain bisa berbeda-beda. Karakter non fisik adalah faktor kesamaan yang paling penting dalam membangun kharisma. Karakter non-fisik meliputi ketaatan pada aturan (norma) yang berlaku, etika moral dan estetika yang disepakati. Organisasi non-profit akan memiliki aturan, etika moral dan estetika yang tidak semua sama dengan organisasi berorientasi profit. Agar seorang pemimpin berkharisma, maka prilakunya terhadap norma, moral dan estetika harus selaras dengan organisasinya. Sedangkan secara fisik, pada perusahaan yang karyawannya sebagian besar kaum pria yang lingkungan bisnisnya keras, maka pemimpin yang kharismatik haruslah secara fisik terlihat kuat, berani dan tegar. Sebaliknya, di perusahaan yang stabil dengan tingkat persaingan yang relatif rendah, mungkin pemimpin yang kharismatik adalah yang terlihat tenang, murah senyum dan luwes dalam mengambil keputusan.

  • Visi untuk Orang Lain

Membuat visi yang menginspirasi bisa ditempatkan sebagai bagian utama dan terpenting dalam menbangun kharisma karena visi lah yang dengan cepat memikat orang lain untuk bergabung. Itu sebabnya visi yang dibuat haruslah dari sudut pandang orang lain atau pemangku kepentingan secara umum, secara khusus adalah pemangku kepentingan utama. Makanya, visi yang baik haruslah terhubung dengan mimpi yang diinginkan oleh mereka. Diperlukan riset atau pendalaman sebelum menyatakan visi, jika tepat sesuai kebutuhan pemangku kepentingan dan diyakini betul-betul bisa diwujudkan, maka mereka akan percaya, kharisma si pemimpin pun akan naik.

  • Menjadi Orang yang Antusias, Optimis dan Energik.

Kombinasi dari ketiga karakter antusias, optimis dan energik akan membuat orang lebih terlihat menarik dan berkharisma. Ketiganya terbentuk dari sudut pandang (mind set) selalu berpikir positip pada segala situasi, tidak gampang menyerah dan selalu terlihat sehat bugar. Selalu berpikir positip adalah sikap dasar yang seharusnya sudah terlatih lama. Menjadi selalu energik diperlukan juga aktivitas fisik. Membuat tubuh selalu terlihat segar perlu istirahat cukup dan berkualitas, makan makanan sehat, olahraga teratur dan hidup sehat. Pemimpin kharismatik selalu menyebarkan energi positif kepada orang lain. Situasi sesulit apapun, pemimpin kharismatik akan tetap tenang dan mengendalikan diri, pikiran maupun ucapan.

  • Menjadi Orang yang Peka pada Perubahan Situasi dan Lingkungan

Pemimpin kharismatik memiliki perhatian dan kepekaan terhadap segala perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitar termasuk ekosistem bisnisnya. Dengan kepekaan yang tinggi, pemimpin akan cepat dan tepat dalam mengambil langkah dan keputusan. Situasi yang memburuk sebenarnya dimulai dari kekurangpekaan terhadap perubahan awal yang terjadi. Mendiamkan dan membiarkan suatu kondisi yang ujung-ujungnya merugikan banyak pihak adalah sikap yang bisa dipandang menjerumuskan perusahaan. Bila ini terjadi, kharisma pemimpin langsung tergerus secara cepat.

  • Mengembangkan Citra Diri (Personal Brand)

Seorang pemimpin kharismatik biasanya punya citra diri tertentu yang sangat kuat, yang jauh lebih baik dari orang kebanyakan. Ada orang yang ingin dicitrakan sebagai orang alim, tentu cara bersikap, bertutur kata sampai cara berpakaian dan berjalanpun harus melambang citra orang alim. Foto yang dipublikasikan, acara-acara yang diikutinya, organisasi tempat berhimpunya pun diarahkan untuk membentuk citra itu. Demikian pula, jika ingin dicitrakan orang pandai atau ahli, mungkin fotonya harus berkaca mata, kegiatannya selalu didekatkan dengan dunia pendidikan, rajin membuat tulisan ilmiah, dsb.

  • Langsung, Tegas, Apa Adanya.

Orang yang berkharisma biasanya tidak banyak basa basi. Memandang suatu masalah secara secara natural, objektif, mandiri, tanpa terpengaruh pandangan siapapun. Pernyataan-pernyataan diplomasi tidak dilakukan. Apa yang diucapkan itulah yang dilaksanakannya. Integritas diri menjadi sangat menonjol. Ketika ada pilihan yang harus diambil, pilihannya mudah ditebak, karena sudah mencitrakan diri seperti pilihannya itu. Misalnya dia mencitrakan diri sebagai orang yang peduli pada pelestarian lingkungan hidup, maka ketika ada pertentangan antara lingkungan hidup atau pilihan lain, sesulit apapun, dia akan tetap mementingkan dan memilih untuk mendukung pilihan pelestarian lingkungan hidup.

  • Tunjukkan Siapa Saya pada Wajah

Pemimpin kharismatik sudah terlihat dari cara dia menampilkan wajahnya. Jika kharisma pemimpin yang diinginkan adalah macho, maka wajah harus menggambarkan keberanian, pandangan tajam, muka tegas, cenderung kaku, dan agak sombong. Cara tersenyum, cara berbicara, dan semua ekspresi haruslah selaras. Demikian pula pada kharisma kekeluargaan. Ekspresi wajah harus selalu terlihat aman, menentramkan, tidak banyak gejolak dan cenderung melindungi.

  • Mengingat Nama Orang

Perhatian pada orang lain, paling mudah ditunjukkan dari kemampuan mengingat nama orang. Tidak mudah memang, mengingat nama orang banyak. Namun, jika diniatkan sebenarnya bisa dilakukan. Asalkan dilatih dan betul-betul dilaksanakan. Ketika orang lain menyebutkan namanya, maka dengarkan dengan sungguh-sungguh sambil meniatkan dalam hati: “Saya akan ingat nama ini” lalu ulangi dengan perlahan sambil memperhatikan wajahnya dengan seksama agar dapat membuat asosiasi terhadap nama tersebut. Misalnya berkenalan dengan nama “Suryadi” maka ingat kata surya asosiasikan dengan matanya yang bersinar seperti matahari. Ketika bertemu matanya, bisa langsung ingat namanya “Suryadi” bersinar seperti surya. Orang yang disebutkan namanya dengan benar akan sangat tersanjung dan akan sangat menghormati orang yang bisa menghafal namanya itu.

Kharisma adalah citra diri yang sangat diperlukan seorang pemimpin, bukanlah hal yang terjadi tiba-tiba, tetapi melalui proses yang butuh waktu. Kharisma dapat dilatih dan terus dikembangkan. Namun hati-hati, salah sedikit, dalam hitungan detik kharisma baik bisa berbalik menjadi buruk apabila dirusak dengan tindakan-tindakan tidak pantas yang bertentangan dengan norma, aturan, etika moral, maupun nilai-nilai estetika.

Referensi: DuBrin, J, Andrew, Leadership , Research Findings, Practice, and Skills, Eight Edition (Boston, Cengage Learning, 2014), pp 86-89

Bagikan:

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.