Menanti Gebrakan Wamen BUMN
Selain berasal dari perusahaan BUMN, terpilihnya Budi Gunadi Sadikin (BGS) dan Kartika Wirjoatmodjo (Tiko) sebagai Wakil Menteri BUMN menumbuhkan optimisme BUMN bakal lebih baik ke depannya. Dengan catatan, Wamen jangan hanya berperan sebagai ‘ban serep’.
Langkah Menteri BUMN Erick Thohir memilih Wakil Menteri (Wamen) yakni mantan Dirut PT Inalum Budi Gunawan Sadikin (BGSS) dan mantan Dirut Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo (Tiko) dipandang tepat. Selain berasal dari perusahaan BUMN, keduanya dinilai memilki rekam jejak yang bagus. Terpilihnya BGS dan Tiko menumbuhkan optimisme BUMN bakal lebih baik ke depannya. BGS punya karier moncer sejak di Bank Mandiri, lalu dipilih menjadi pimpinan holding BUMN Energi dengan menjadi Dirut PT Inalum. Begitu pula Kartika, mantan Dirut Bank Mandiri ini masih tergolong muda usia namun dianggap berhasil membawa perubahan signifikan terhadap bank hasil merger empat bank pemerintah yang bermasalah ketika terjadi krisis moneter 1998.
Adanya dua Wamendi Kementerian BUMN ini menjadi sejarah baru. Sebelumnya di Kementerian BUMN tidak pernah ada posisi wamen. Keberadaan wamen dianggap penting lantaran lingkup BUMN amat luas. Menurut Erick, pembagian tugas dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan fungsi pengendalian dan pemantauan pelaksanaan tugas, serta fungsi Kementerian BUMN, terutama terkait pembinaan.
Baik Budi Sadikin maupun Kartika dinilai merupakan bankir profesional yang punya kapasitas dan kompetensinya tinggi. Keduanya diharapkan Presiden mampu mewujudkan cita-cita besar BUMN dalam jangka panjang. Saat ini terdapat 142 BUMN dengan total aset Rp 8.400 triliun, sehingga harus betul-betul dikelola dan dikembangkan, agar kelak BUMN bukan hanya menjadi kampiun bisnis di Tanah Air, tapi juga berkiprah di kancah global. Bila melihat tantangan BUMN ke depan, dua wamen tersebut memiliki makna yang strategis. Setidaknya BUMN bisa seperti Temasek (Singapura) atau Khazanah (Malaysia).
‘Ban Serep’
Tak kurang kalangan pengusaha pun merespons positif hal tersebut. Harapan pengusaha, keduanya bakal mampu mendukung kegiatan ekonomi ke arah yang lebih positif. Kalangan pengusaha yang memebrikan respons positif di antaranya Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Suryadi Sasmita. Menurutnya, agar keberadaan wamen dapat dirasakan manfaatnya, sebaiknya jangan sekadar dijadikan ‘ban serep’ oleh Menteri BUMN. “Sebenarnya bagus ada Wamen. Wamen ini kan dapat membantu. Menteri bisa berdiskusi. Hanya harapan kita, wamen ini jangan dijadikan ‘ban serep’,” jelasnya .
Pandangan ini muncul lantaran selama ini posisi Wamen di Indonesia hanya terkesan mewakili menteri saja. Padahal idealnya seorang wakil menteri pun bisa memberikan kontribusi lebih besar bagi kementerian di mana ia bekerja. Ditambahkan Suryadi, sebagai ‘ban serep’, posisi wamen hanya menyampaiakan apa yang disampikan menteri dan selalu setuju. Untuk itu, ia berharap wamen juga bisa memberikan ide-ide, masukan yang positif, bisa memberikan satu keputusan. Bahkan bila memungkinkan bisa berfungsi secara optimal. Ia meyakini keberadaan wamen bisa juga memperkuat birokrasi dari sisi positif, misalnya dalam hal berkoordinasi dengan dunia usaha karena si menteri akan punya waktu lebih banyak.
“Misalnya, menteri ke luar negeri, wamennya bisa kerja kan gitu. Biasanya kalau menteri keluar negeri, harus tunggu semua,” paparnya.
Terkait sisi perizinan, sebagai pengusaha, Suryadi merasa tak khawatir adanya wamen akan mempersulit. Justru kalau menteri dan wamen bisa bekerja sama dengan baik urusan perizinan akan lebih baik. “Justru itu kalau wamen sama menterinya ini bersatu, nggak (mempersulit perizinan),” tambahnya.
Kekhawatiran Wamen BUMN hanya sebagai ‘ban serep’ gelagatnya tidak terjadi. Pasalnya, Menteri BUMN Erick Thohir sudah melakukan pembagaian tugas kepada kedua wamen tersebut. Kehadiran kedua wamen ini diharapkan Erick mampu meningkatkan efektivitas kerja Kementerian BUMN. Sebagai Wakil Menteri BUMN I Budi membawahi sektor farmasi, jasa survei, energi, pertambangan, industri strategis, dan media. Sedangkan Kartiko yang menjadi Wakil Menteri BUMN II akan membawahi sektor industri agro, kawasan, logistik, pariwisata, jasa keuangan, konstruksi, jasa konsultan, sarana dan prasarana perhubungan.
Seperti disampaikan Presiden Joko Widodo saat pelantikan para wakil menteri, 25 Oktober lalu, setiap wamen mendapatkan penugasan khusus dari presiden untuk memperkuat kinerja menteri Kabinet Indonesia Maju. Dengan demikian, perubahan bisa segera dirasakan. Presiden pun sempat meminta dua wamen BUMN supaya ikut mendorong BUMN menjadi perusahaan kelas dunia. Jokowi juga meminta Wamen BUMN untuk mencari mitra yang baik, sehingga BUMN RI dapat menjadi korporasi yang memiliki reputasi baik di dunia. “Ada dua wamen BUMN dan keduanya berasal dari Bank Mandiri. Mereka bankir. Saya harapkan akan ada sebuah lompatan besar, baik dalam valuasi, aset yang ada,” tutur Presiden.
Sedangkan pengamat BUMN dari Universitas Indoensia, Toto Pranoto menilai, langkah Presiden Kartika Wirjoatmodjo dan Budi Gunadi Sadikin sebagai wakil menteri merupakan hal yang wajar. Pasalnya, tugas membenahi persoalan di BUMN, cukup berat. Sejumlah pekerjaan rumah yang Menteri BUMN harus selesaikan antara lain menuntaskan pembentukan sectoral holding sampai pembentukan superholding BUMN . Termasuk proses restrukturisasi BUMN-BUMN besar yang bermasalah seperti PT Krakatau Steel (Persero) dan PT Garuda Indonesia (Persero). “Belum lagi, perbaikan tata kelola BUMN sehubungan makin banyaknya kasus korupsi di BUMN,” jelas Toto.
Bagi Toto, adanya dua wamen ini tidak menghilangkan peran Deputi Kementerian BUMN. Fungsi kedeputian tetap bisa berjalan meski kemungkinan dengan jumlah yang lebih ramping dan lebih sebagai fungsi pendukung kepada menteri dan wamen BUMN. Oleh karena itu, Toto menilai perlu adanya manajemen organisasi yang baik agar menopang kerja-kerja kementerian lebih maksimal. Dua wamen tersebut bukan menambah birokrasi, justru agar organisasi lebih fleksibel dan sehingga mempercepat proses pengambilan keputusan.