Menghilangkan Sekat
Tidak mudah melalui masa-masa sulit. Dibutuhkan ketegaran, ketepatan serta langkah strategis yang dapat mengubah kondisi buntung menjadi untung. Sedikit flashback ke masa lalu, Indra Karya sempat mengalami keterpurukan. Bahkan, pernah di suatu periode, di mana para direksi merasa gelisah ketika mendekati tanggal 1 setiap bulannya karena harus membayar gaji karyawan, sementara dananya tidak mencukupi.
Namun badai itu sudah berlalu. Performa Indra Karya kini sudah jauh lebih baik. Bahkan, berkat kinerja bisnis yang melesat Indra Karya mampu memberikan kesejahteraan berlipat kepada karyawan.
Lantas apa hal mendasar yang dilakukan oleh Sang Nakhoda? “Human touch. Sederhana saja, sebab semua manusia membutuhkan sentuhan yang tulus dari hati,” ungkap Direktur Utama PT Indra Karya (Persero), Milfan Rantawi.
Pria bersahaja ini sadar betul bahwa kebutuhan manusia bukan sekadar makan, minum ataupun uang. Melainkan, tiap karyawan juga butuh kepuasan kerja, penghargaan, pengakuan, bonding dan kebersamaan. “Saya ingin memastikan kebahagiaan itu bukan hanya dirasakan oleh diri si karyawan saja, tetapi dirasakan pula oleh keluarganya,” imbuh Milfan.
Kini, yang paling menantang bagi Milfan adalah menjadi yang terbaik di antara para kompetitor baik dari segi profit maupun produk. Sebagai dorongan dari dalam, Milfan memulainya dengan membangun kebersamaan antar karyawan.
“Menurut saya, pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu menghapus sekat-sekat dengan bawahannya. Jika seorang pemimpin dapat menjalin hubungan pertemanan dengan siapapun, maka aliran informasi, bahkan tentang baik buruknya perusahaan akan mengalir dan sampai. Dengan begitu kita bisa menyiapkan antisipasi selanjutnya,” ungkap Milfan.
Menjadi Dirut tentu banyak menguras fisik maupun pikirannya. Milfan memilih bersepeda untuk menjaga keseimbangan hidup sekaligus melatih kebugaran. “Kami sudah sepakat di hari Sabtu adalah harinya gowes bareng teman-teman komunitas. Track-nya berubah-ubah, tapi masih sekitaran Bintaro-Serpong,” ungkapnya.
Tak sekadar mengayuh pedal, bersepeda ternyata menyimpan filosifi, di antaranya, meningkatkan produksi hormon serotonin (kegembiraan) sekaligus mempercayai bahwa setelah kesulitan ada kemudahan. “Saat bersepeda, habis tanjakan kita pasti dapat turunan lagi. Jadi, habis sulit pasti akan mendapatkan yang enak lagi,” selorohnya.
Selain bersepeda, akhir pekannya diisi dengan rutinitas berkebun bersama sang istri. Hamparan kebun miliknya yang terdapat di Bogor, Jawa Barat itu diisi dengan sepuluh jenis tanaman sayur hidroponik. Melalui aktivitas di hari minggu yang sudah dijalaninya selama tiga tahun belakangan, Milfan mengaku dapat meredam stress sekaligus mengingkatkan kehangatan keluarga.