Menteri BUMN Erick Thohir Raih Penghargaan The Most Influential Minister

E-Magazine Januari - Maret 2025

Jakarta, Bumntrack.co.id – Pada malam Penganugerahan CNBC Indonesia Award 2020 bertema Menyongsong Bangkitnya Ekonomi Indonesia 2021, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meraih Penghargaan “The Most Influential Minister 2020”.

Dalam kajian dari Tim Riset CNBC Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah agen pembangunan nasional. Sempat “dikerdilkan” di krisis moneter 1998, kini di tengah krisis pandemi Menteri BUMN Erick Thohir memperkuat keberadaannya dengan konsolidasi dan holding sektoral. Selama ini, BUMN Indonesia bisa dibilang lebih gemuk jika dibandingkan dengan BUMN negeri jiran di tengah banyaknya BUMN, tumpang-tindih sektor yang digarap, maupun diversifikasi usaha mereka yang saling bersaing.

Saat ini, total aset seluruh BUMN RI mencapai Rp8.734 triliun, atau dua kali lipat dari aset BUMN Singapura, yakni Temasek, yang sebesar US$306 miliar (setara Rp 4.300 triliun pada 2019). Di sisi lain, aset BUMN Malaysia yakni Khazanah Bhd hanya senilai Rp289 triliun. Gemuk bukan berarti kompetitif, pasalnya dengan 142 BUMN, anak dan cucu usahanya yang berjumlah 700 lebih, tak semuanya menguntungkan ataupun menjadi perusahaan berskala global. Lebih dari Rp 180 triliun laba bersih BUMN disumbang 17 perusahaan saja, dengan porsi 75%.

Tumpang tindihnya operasi ini tak hanya memicu inefesiensi kinerja BUMN, melainkan juga inefsiensi industri karena alih-alih memunculkan satu atau dua perusahaan besar berskala global, BUMN menjadi pemain kandang yang mendominasi pasar lokal dan “menggencet” swasta.

Tidak heran, wacana pembentukan super holding dikemukakan oleh Presiden Joko Widodo ketika memasuki periode kedua kepemimpinannya. Jika pengelolaan BUMN kian efisien, maka bakal ada peruahaan BUMN yang cukup besar untuk mampu berekspansi ke luar negeri.

Amanat inilah yang kini demban Erick Thohir yakni merapikan, mengefisienkan, dan menyehatkan pengelolaan BUMN, menuju super holding. Dua hari setelah dilantik, Erick mengangkat dua wakil menteri yakni Kartika Wirjoatmodjo (mantan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk) dan Budi Gunadi Sadikin (mantan Direktur Utama PT Inalum), memangkas jumlah deputi dari tujuh menjadi tiga. Erick membentuk inspektorat jenderal di Kementerian BUMN guna menjalankan fungsi pengawasan dan tata kelola yang baik (good governance).

Selepas itu, Erick membersihkan PT Garuda Indonesia Tbk, dengan mencopot lima direkturnya menyusul skandal penyelundupan motor gede (moge) Harley Davidson dan sepeda Brompton yang ditaksir merugikan negara sebesar Rp 1,5 miliar.

Perapian BUMN secara keseluruhan diawali dengan moratorium pembentukan anak usaha BUMN seperti tertera dalam surat nomor SK-315/MBU/12/2019. Erick menutup 51 anak dan cucu BUMN milik Garuda, PT Pertamina, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom). Lalu, konsolidasi dijalankan dengan pembentukan holding, di antaranya BUMN pangan (PTPN, Perum Bulog, dan Rajawali Nusantara Indonesia/RNI), BUMN pariwisata (Garuda, PT Angkasa Pura I dan II, Inna Hotel & Resorts, Sarinah, dan Indonesia Tourism Development Corporation).

Gebrakan Erick merapikan BUMN tak berhenti meski pandemi menerjang. Justru, pada April dia mengukuhkan programnya dalam tujuh agenda transformasi BUMN guna mengejar value creation, mengurangi beban birokrasi BUMN, dan mengoptimalkan penanganan Covid-19. Erick juga menggabungkan bank syariah BUMN yakni PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BNI Syariah dan PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS). Investor merespon positif kebijakan tersebut sehingga saham BRIS melesat 300% lebih menjadi Rp 1.455 per saham.

Terbaru, Erick membentuk holding BUMN ultramikro yang akan menaungi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Ketiganya diharapkan menggulirkan perekonomian sektor ultra-mikro yang selama ini belum dioptimalkan.

Sumber: CNBCIndonesia

Bagikan:

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.