
Setiap langkahnya baik dalam keseharian maupun ketika memimpin perusahaan ditujukan dengan niat beribadah. Baginya, disiplin menjalankan ibadah dan taat kepada orangtua adalah kunci diijabahnya doa.
Matahari pagi di Makassar awal September itu sudah cukup menyengat, tat kala kami menghampiri ruang kerja Direktur Utama PT Pelindo IV (Persero), Farid Padang. Udara panas yang begitu menusuk di luar seketika berganti sejuknya hembusan pendingin ruangan.
Kami pun dibuat tertegun. Mendengar merdunya lantunan murotal Al-Quran bervolume sedang dilengkapi dengan siaran langsung dari Masjidil Haram, Makkah dari sebuah layar televisi berukuran jumbo, membuat suasana makin hangat dan syahdu.
Kami memperhatikan sekeliling ruangan. Bersih, dengan pencahayaan yang sangat mendukung. Beberapa pajangan kaligrafi terlihat menghiasi dinding. Ketentraman jiwa seakan merasuk dan menghipnotis para tamu yang datang berkunjung ke ruangan itu. “Sehari-hari saya bekerja ditemani murotal. Rasanya tenang dan tenteram,” sapa pria berkacamata ini membuka perbincangan dengan tim BUMN Track.
Masa kecil Farid Padang dilalui di sebuah kota kecil kelahiran petinju legendaris Ellyas Pical, tepatnya di Saparua, Maluku Tengah. Dibersarkan oleh seorang Ibu yang berprofesi sebagai pengajar dan bapak yang dikenal sebagai pemuka agama, pria kelahiran 14 Mei 1969 ini tumbuh menjadi pribadi yang disiplin dan taat beragama.
Kedisplinan menjadi pelajaran kehidupan yang amat berkesan baginya sejak kecil yang tinggal di sekitar perkampungan Arab. Ia masih ingat, ketika mereka mangkir mengaji, contohnya, sang ayah tak segan untuk memberi hukuman yang tegas. Atau, kedisplinan yang ditanamkan untuk menjalankan waktu salat di awal waktu. “Memang sejak kecil kami di keluarga dilatih harus taat pada orangtua dan agama, kami tidak boleh berbuat yang macam-macam dan tidak membuat suatu pelanggaran, sebab selalu ingat kata-kata orangtua,” kenang Farid yang melewati rutinitas masa kecilnya dengan bersekolah, salat, olahraga atau berkumpul dengan teman-teman sekolahnya untuk berdiskusi seputar pelajaran.
Meski pendidikan agama adalah yang utama bagi orangtua Farid, bukan berarti pendidikan akademis dikesampingkan. Terbukti, selama di bangku sekolah, Farid beserta kakak-kakaknya langganan juara kelas lantaran sehari-hari mereka terlatih untuk disiplin membagi waktu belajar dan beribadah. Mereka pun aktif di jajaran pengurus organisasi sekolah.
Dengan pendidikan yang imbang ini pula, kedua orangtuanya berhasil mengantarkan anak-anak mereka hingga jenjang sarjana, baik S1 ataupun S2. Bahkan, Farid sukses melampauinya hingga S3.
Ya, Farid berhasil merah jenjang pendidikan yang gemilang. Ia meraih gelar Strata 1 Teknik Perkapalan pada Universitas Pattimura tahun 1995, dilanjut ke Program Pasca Sarjana (S2) Manajemen Keuangan pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar tahun 2012 dan Program Pasca Sarjana (S2) Manajemen Umum Universitas Hasanuddin (Unhas) pada tahun 2013. Tak berhenti di sana, sejak 2018 Farid telah menggenggam gelar Doktor Sipil Transportasi dari Unhas.
Merangkul Tim
Farid memulai kariernya di PT Pelindo IV pada 1998 sebagai Pelaksana Tingkat I Penilikan Alat Apung. Berbagai tahapan ia lalui, salah satunya sempat menjabat sebagai General Manager Cabang Ambon pada 2016 hingga 2017. Tak lama kemudian, ia ditunjuk menjadi Direktur Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan di Pelindo IV.
Itupun tak lama. Setelah melihat sepak terjang dan kekuatan leadership yang dimiliki Farid, Menteri BUMN selaku pemegang saham mendapuknya sebagai Direktur Utama PT Pelindo IV menggantikan Doso Agung, tepatnya terhitung sejak September 2018.
Dirinya menilai, salah satu kekuatan yang dimiliki oleh Pelindo IV adalah kekompakan tim yang solid dengan kebersamaan yang tinggi. Namun tantangannya, mereka sudah merasa nyaman atas apa yang telah diraih saat ini, sehingga kurang termotivasi untuk membuat sebuah lompatan besar. “Mereka pikir yang penting tiap tahun ada kenaikan, tapi tidak harus dengan cara-cara quantum.Padahal, kebersamaan ini menjadi kekuatan kita untuk bisa melompat lebih jauh dan lebih tinggi,” ungkap Farid.
Untuk memotivasi karyawan, Farid yang pernah menjabat sebagai Ketua Serikat Pekerja (SP) Pelindo IV ini mendorong kompetensi SDM di perusahaan. Sebagai mantan Ketua SP, ia jadi lebih paham apa saja yang akan menjadi tuntutan karyawan terhadap perusahaan.
Selain meningkatkan tunjangan, seperti tunjangan baru maupun tunjngan prestasi, salah satu kebijakan yang ia ambil adalah meningkatkan status karyawan yang tadinya outsourching menjadi karyawan organik. “Mengapa tidak? Mungkin di era digitalisasi saat ini memaksa kita untuk mengurangi tenaga kerja, tapi di satu sisi kita juga harus meningkatkan posisi tenaga kerja yang kita hire, supaya mereka merasa dihargai dan nyaman,” kata Farid yang dinobatkan sebagai CEO Talent Development Terbaik dalam ajang Anugerah BUMN 2019.
Maka, di tengah transformasi Pelindo IV yang bergerak dinamis, Farid harus bekerja keras dalam rangka mendorong semangat karyawan mengikuti langkahnya yang begitu cepat. Ia juga membuka ruang komunikasi seluas-luasnya bersama para karyawan, serta bebas berdiskusi.
Berbagai pemikirannya ini kemudian implementasikan dalam keseharian Farid saat memimpin Pelindo IV. Ia rutin mengadakan rapat direksi seminggu dua kali. Ia pun meminta selevel di bawah direksi melakukan hal yang sama. Dari sana, mereka bisa saling mengetahui progress pembangunan sekaligus target-target bisnis yang memacu mereka untuk berlari lebih kencang.
“Segala celah yang menimbulkan miss communication itu kami perbaiki, saya berpesan kepada staf saya, jika ada masalah tolong diselesaikan, kalau tidak bisa juga segera angkat ket empat saya,” ungkapnya seraya mengingatkan.
Farid juga tak lelah memotivasi karyawannya untuk terus meningkatkan ibadah, di mana setiap harinya semua aktivitas di Pelindo IV diawali dengan doa. Karena ia yakin, ibadah yang baik berdampak langsung pada peningkatan kinerja perusahaan. Setiap bulan, misalnya, Pelindo IV rutin mengadakan Kajian Ibadah di Masjid Babusalam Pelabuhan Makassar. Lalu, manajemen menetapkan hari berolahraga dari sebelumnya Jumat diubah menjadi Rabu, yang sebelum berolahraga diawali dengan ibadah salat sunnah Dhuha. “Hari Jumat itu lebih singkat karena kita harus persiapan salat Jumat. Saya tidak mau mereka terburu-buru untuk Jumatan, apalagi masih mengenakan baju olahraga yang berkeringat untuk salat,” bebernya.
Sabar dan Bersyukur
Nilai-nilai kehidupan senantiasa tercurah dari kedua orangtuanya sejak Farid kecil. Bersama keenam saudara kandungnya, Farid ditempa hal-hal positif seperti kejujuran, menjaga ibadah, rendah hati, silaturahmi dan saling menghormati. Dari semua petuah yang ia dapatkan, setidaknya ada dua kunci utama yang sekaligus menjadi prinsip hidupnya, yakni sabar dan bersyukur.
“Nilai kehidupan inilah yang saya bawa terus sampai sekarang, yakni bersabar dan bersyukur. Dua hal ini terus saya jaga,” kata Farid yang senantiasa menjaga wudhu dan bergegas ke masjid saat mendengar adzan, meninggalkan sejenak segala pekerjaannya. Ia juga mengingatkan akan pentingnya memuliakan orangtua, khususnya ibu. “Ridhanya Allah itu ridhanya orangtua,” imbuhnya.
Dari pengalaman dan pelajaran hidup yang dilalui, ia sampai pada sebuah kesimpulan batin bahwa keberhasilan yang ia raih hingga kini disebabkan oleh dua hal, yakni taat kepada orangtua dan disiplin melaksanakan ibadah.
Ya, anak kelima dari tujuh bersaudara ini istiqamah dalam menjalankan puasa sunnah Nabi Daud sejak sembilan tahun lalu. Ia sama sekali tak merasa berat, namun justru menerima banyak kemudahan. “Jika kita sudah pada tingkatan taat beribadah, Allah senantiasa memberi kekuatan, doa-doa kita juga dengan mudah diijabah,” ungkap Farid.
Dulu, pria yang hobi main futsal ini mengaku pernah mengalami sakit lambung yang cukup parah. Penyakit itu justru hilang sejak ia rutin berpuasa. Ia juga tetap bersemangat saat berolahraga, meskipun siang harinya berpuasa. Setelah sembilan tahun dijalani tanpa putus, ia merasa banyak pertolongan yang mengalir padanya. Termasuk, bangun tiap jam 3 dinihari secara otomatis untuk melaksanakan sahur dan tahajud, sekalipun ia baru tidur satu hingga dua jam.
Cinta Keluarga
Untuk menjaga keseimbangan hidup, saban hari Minggu Farid ikut berolahraga futsal bersama klubnya yang terdiri dari anak-anak muda yang tergabung dalam klub Liga Indonesia. Farid termasuk mahir di bidang ini. Ia mampu mencetak gol sebanyak 20 hingga 30 dalam sekali permainan. Sementara dalam menjaga quality time dengan keluarga, Farid berusaha meluangkan waktu akhir pekannya bersama istri dan keempat anaknya.
Farid sangat mengutamakan keluarga. Ia bahkan memilih untuk tidak bermalam ketika mendapat tugas ke luar kota, melainkan mengusulkannya menjadi perjalanan ‘PP’ (pulang-pergi). “Saya usahakan pulang meski harus naik penerbangan terakhir sekalipun. Sebab ketika Subuh, saya ingin mendampingi anak-anak saya untuk salat ke masjid berjamaah. Lalu saya ikut mengantar mereka ke sekolah, meski tetap dengan sopir. Sebab anak-anak adalah masa depan saya. Dan keluarga adalah bagian dari ibadah yang saya jalankan,” ungkapnya penuh cinta.
Ia pun pandai menjaga keseimbangan waktu antara keluarga, pekerjaan dan ibadah. Semuanya ia lalui dengan berbagai kemudahan. “Bagi orang lain mungkin terlihat sulit, tapi itulah kelebihan puasa Nabi Daud, urusan kita jadi dipermudah oleh Allah, kita diberikan kemampuan mengatur waktu yang sedemikian rupa,” katanya.
Untuk kesekian kalinya ia mengingatkan, berbuat baiklah dengan ikhlas tanpa kepentingan apa pun. Selanjutnya, bersabarlah ketika kita sedang dihadapi sebuah masalah, baik melalui ujian kesenangan maupun kesempitan.
Kepada perusahaan yang dinakhodainya, Farid bermimpi untuk menciptakan pemimpin-pemimpin baru yang dapat meneruskan tongkat estafetnya membangun Pelindo IV menjadi raksasa maritim di Timur Indonesia. Ia bermimpi agar perekonomian, industri serta ekspor tumbuh secara merata di Indonesia Timur, tak kalah dengan wilayah barat. Optimisme yang ia miliki senantiasa ditularkannya kepada seluruh staf di Pelindo IV, agar bekerja dengan keyakinan tinggi untuk hasil yang lebih baik.
“Karena semua yang kita lakukan ini adalah ibadah,” pungkasnya menutup perbincangan penuh makna pagi itu.