
Oleh: Dr. drs. Yayat Supriyatna MSP
Pengamat Transportasi dan Perkotaan Universitas Trisakti
Mudik merupakan rutinitas menjelang lebaran yang harus ditangani pemerintah dengan maksimal. Namun kelancaran mudik harus didukung kesadaran para pemudik agar menjadi mudik yang meriah tapi tidak gaduh.
Terkait kesiapan mudik Lebaran, yang utama adalah transportasi darat, termasuk pengelolaan jalan tol. Ada wacana Polri akan menerapkan sistem one way. Bila sistem tersebut hendak diterapkan harus jelas terlebih dahulu, kapan sistem one way dilakukan dan mengapa dilakukan. Ini untuk mencegah adanya masyarakat yang dirugikan akibat adanya penutupan jalan, atau karena jalan alternatif yang ada ternyata tidak mendukung. Seperti kejadian tahun lalu. Lantaran kebijakan one way tidak tersosialisasi, masyakakat banyak yang komplain sehingga mereka melakukan penutupan jalan.
Untuk itu ada beberapa hal terkait mudik Lebaran yang perlu diperhatikan. Satu, dengan banyaknya jumlah pemudik tahun ini yang diprediksi sekitar 18 juta orang, maka harus diketahui berapa orang yang mudik menggunakan kendaraan pribadi atau motor. Kalau sebagian besar pemudik menggunakan jalur darat dan dipastikan akan menggunakan jalan tol, maka jalan tol pun harus dipersiapkan.
Begitu pula bila sistem one way diterapkan, maka pemerintah daerah yang wilayahnya dilewati untuk arus pemudik, harus juga mempersiapkan diri. Pemda tersebut bisa melakukan penataan jalan provinsi atau jalan kota dan kabupaten di ruas-ruas alternatif. Termasuk menata pasar-pasar kaget sehingga masyarakat tidak merasa dirugikan. Menteri PUPR juga sudah merencanakan beberapa jalan tol untuk difungsikan. Artinya, sudah ada upaya mempersiapkan jalan tol sebagai tulang punggung dari transportasi mudik lewat darat.
Kelancaran mudik akan dipengaruhi oleh penanganan jalan tol, terutama di Pulau Jawa. Untuk itu, pemerintah pun harus juga mengantisipasi potensi terjadinya crowded di rest area karena dampak penerapan sistem one way. Termasuk bila jumlah rest area yang terbatas mengingat jumlah pemudik yang meningkat tahun ini.
Sedangkan pada jalan biasa, yang perlu diwaspadai adalah para pengguna sepeda motor. Dalam hal ini Korlantas, Kepolisaian dan pihak lain yang terlibat sudah memiliki manajemen pengelolaanya. Mereka sudah siap, namun tetap harus diantisipasi bila terjadi permasalahan yang tidak diduga.
Dua, kondisi jalan menjelang Lebaran jangan sampai ada yang rusak berat. Kalau pun ada perbaikan harus sudah selesai dilakukan.
Adapun Kementerian Perhubungan mengelola angkutan perkotaan terutama regional. Termasuk bus-bus yang dipakai untuk mengangkut penumpang harus diperiksa kondisinya laik jalan atau tidak. Ini untuk menjaga supaya tidak terjadi kecelakaan di jalan. Keluar masuk penumpang juga haru dilakukan di terminal. Begitu pula kondisi sopir bus harus fit jangan sampai terjadi kelelahan saat di perjalanan. Kualitas sopir bus juga harus sesuai kemampuan dan berpengalaman dan jangan menggunakan sopir dadakan.
Tiga, pada saat Lebaran banyak orang melakukan rekreasi sehingga tempat-tempat wisata akan penuh. Maka pengaturannya harus bekerja sama dengan kepolisian. Kementerian Perhubungan harus melakukan persiapan semaksimal mungkin terkait dengan mudik Lebaran ini. Bila perlu dilakukan pemataan rekayasa lalu lintas secara matang.
Empat, imbauan kepada para pemudik agar menyiapakan mental dan fisik serta kondisi kendaraan. Orang mudik mudah terpancing emosi karena kebanyakan pemudik dalam kondisi mengantuk dan lapar. Maka mudik harus gembira, selamat dan bahagia. Kalaupun mengalami kemacetan saat mudik, itu sebuah risiko yang harus dinikmati. Pemerintah sudah berupaya mengatur sedemikian rupa supaya mudik berjalan lancar namun harus didukung kesadaran para pemudik. Ini berlaku bagi semua moda transportasi, bukan hanya darat tapi juga pemudik yang menggunakan transportasi laut.
Misal, bagi pemudik yang menggunakan sarana transportasi laut harus memperhatikan waktu penyeberangan. Demikian pula terkait kapal, harus dicek laik beroperasi atau tidak, memperhatikan kapasitas penumpang kapal. Intinya bila ada kekurangan harus segera diadakan perbaikan. Jangan mudah menyalahkan pihak lain. Prinsipnya, mudik harus meriah tapi jangan gaduh.
Kesadaran Pemudik
Kalaupun ada pemberitaan di media atau media sosial, pemudik mengalami kemacetan berjam-jam, harus dimaklumi karena banyak orang dan kendaraan keluar dalam waktu hampir bersamaan. Kalau tidak mau terkena macet, pilihanya jangan mudik. Mudik mempunyai suasana yang berbeda. Jadi, masyarakat tidak perlu mendramatisir bila terjadi kemacetan pada waktu melakukan mudik.
Para pemudik harus memiki kesabaran dan ikhlas sebab kalau hanya mengandalkan emosi, semua orang akan marah lantaran tidak ada yang mau mengalah sehingga malah terjadi kencatean di banyak jalur.
Hal lain, saat mudik juga jangan terjadi pungutan-pungutan liar dengan alasan untuk THR atau menaikan tarif semena-mena. Di jalan-jalan, terkadang ada orang yang mengutip uang parkir gila-gilaan. Ada juga orang yang memberikan jalan alternatif dengan mengutip atau meminta bayaran. Jangan menjadikan mudik sebagai kesempatan mengambil pungutan liar dengan mengatasnamakan THR. Apalagi ada anggapan, bahwa pemudik selalu membawa banyak uang. Padahal banyak pemudik yang pulang kampung dari hasil berutang demi bisa bersilaturahmi kepada orang tua dan sanak saudara di kampung halaman.
Terkait Progam Mudik Bersama BUMN, idealnya bertanyalah kepada para operator bus yang baik-baik. Penyelenggara jangan menyewa bus-bus pariwisata yang tidak jelas. Selama ini banyak operator bus yang sudah menjalani rute-rute regular, tetapi saat ada program mudik bersama, mereka malah tidak diajak. Maka yang terjadi, para pengelola bus pariwisata kebanjiran penumpang tetapi pengelola bus yang biasa menempuh jalur-jalur regular malah kekurangan penumpang.
Hal lain, bila ada mudik bersama, sebaiknya dilakukan di terminal agar kondisi kendaraan bus yang hendak dipakai mudik bisa langsung dicek. Termasuk para pengemudinya. Banyak hal yang dapat dilakukan di terminal agar mudik menjadi lebih baik.