KOLOM PAKARLENSA

PEMIMPIN VISIONER

Oleh Akhmad Kusaeni

                Siapakah pemimpin visioner?

                Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), visioner diartikan sebagai orang yang memiliki pandangan atau wawasan ke masa depan. Pemimpin visioner lekat dengan imajinasi, sehingga sering disebut sebagai pelamun, pemimpi, dan bahkan pengkhayal. Halu.

                Proklamator dan presiden pertama Indonesia, Soekarno, dikenal sebagai salah satu tokoh yang visioner. Banyak sekali mimpi yang diperjuangkannya untuk diwujudkan dalam kenyataan. Pada masa penjajahan, Soekarno punya mimpi Indonesia merdeka, sesuatu yang dianggap sebagai khayalan yang tidak mungkin terjadi waktu itu. Ketika Indonesia berhasil merdeka pada 17 Agustus 1945, Soekarno kemudian bermimpi lagi untuk membuat satu kekuatan baru di luar poros Barat (Amerika Serikat) yang kapitalis-liberalis dengan poros Timur (Uni Soviet) yang sosialis-komunis.

                Ada peribahasa anak negeri yang mengatakan: “Jika dua gajah berkelahi, pelanduk mati terjepit di tengah”. Soekarno tidak mau Indonesia dan negara-negara baru merdeka menjadi pelanduk yang mati terhimpit Perang Dingin Amerika Serikat dan Uni Soviet. Maka Soekarno mengumpulkan para pemimpin Asia dan Afrika dalam sebuah konferensi pada 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung yang bersejarah.

                Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan delegasinya. Para pemimpian negara yang hadir Konferensi Asia Afrika (KAA) yang untuk pertamakalinya itu adalah: Jawaharlal Nehru dari India, Sir John Kottalawala dari  Srilanka, Muhammad Ali Jinnah dari Pakistan, Norodom Sihanouk dari Kamboja, U Nu dari Myanmar, Gamal Abdel Nasser dari Mesir, Zhou En lai dari China, dan lainnya.

                KAA diadakan usai Perang Dunia II, ketika kondisi keamanan dunia belum stabil dan kedua kekuatan besar yang saling berlawanan sedang mencari dukungan dari negara-negara di Asia Afrika. Baik AS maupun Uni Soviet juga tengah mengembangkan senjata pemusnah massal sehingga situasi dunia selalu diliputi kecemasan terjadinya perang nuklir. Dari sinilah negara-negara yang baru merdeka dibawah kepemimpinan Soekarno menggalang persatuan mencari jalan keluar demi meredakan ketegangan dunia. Maka lahirlah Gerakan Non-Blok yang sampai saat ini sangat relevan karena sejarah ternyata berulang kembali. Perang di Ukraina menjadi medan konflik antara AS dan sekutu NATO-nya dengan Uni Soviet dan negara-negara pendukungnya seperti China dan Korea Utara. Kita semua kini dihantui Perang Dunia 3 dengan kemungkinan serangan nuklir. Naudzubillahi min dzalik! Aku memohon perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari hal-hal buruk seperti perang nuklir ini terjadi.

                Selain Soekarno, contoh pemimpin visioner dari dunia usaha BUMN adalah Ignatius Jonan. Dalam masa kepemimpinannya sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), banyak terobosan dan inovasi yang diterapkan Jonan sehingga membuat perusahaan itu menjadi lebih baik. Jika mengingat kembali kondisi PT. KAI dulu dan sekarang terasa begitu besar perbedaannya.

                Sewaktu saya mahasiswa (1983-1987) dan menjadi komuter kereta api Tanah Abang – Rangkasbitung saya mengalami masa-masa “kegelapan” perkereta-apian Indonesia. Kalau hari Jumat saya pulang ke Rangkasbitung, saya harus berjuang untuk dapat tempat berdiri di gerbong. Saya kadang harus berdiri di dalam toilet atau berhimpitan di ruang masinis lokomotif. Saya tidak berani duduk di atas gerbong seperti dilakukan banyak penumpang lain. Karena padat berhimpit desak-desakan, saya beberapa kali dompet kecopetan. Untung dompet mahasiswa isinya cuma uang receh dan pas foto pacar. Haha… 

                Tapi berkat kepimpinan visioner Jonan, banyak perubahan positif yang terjadi pada PT. KAI.  Perubahan ini tidak lepas dari campur tangan Jonan dalam mengubah wajah PT.KAI yang sumpek dan kotor menjadi lebih terorganisir, nyaman dan aman bagi pengguna jasa layanannya. Jonan juga  berhasil membalikkan keadaan pendapatan yang semula rugi menjadi laba secara signifikan. Kepemimpinan Jonan merupakan contoh nyata dari pemimpin visioner dalam melakukan inovasi yang patut ditiru.

                Saat menjadi dewan juri Anugerah BUMN 2023, saya melihat karakter pemimpin visioner ada juga pada sejumlah Dirut BUMN yang ikut seleksi. Mereka memiliki visi ke depan dan mengambil langkah untuk mewujudkannya. Para CEO tersebut memiliki strategi untuk mencapai tujuan dan optimistis dengan mimpinya. Selalu antusias dan berani ambil risiko.

                Orang dengan gaya kepemimpinan visioner selalu melihat apa saja potensi perusahaan yang tidak dilihat oleh orang lain. Pengalaman saya sebagai juri Anugerah BUMN membuktikan orang-orang seperti itu ada di BUMN dan anak-anak perusahaannya.

Artikel Terkait

Back to top button