
Jakarta, Bumntrack.co.id – Guna meningkatkan produksi lifting minyak dan gas nasional, Wilayah Kerja (WK) Blok Rokan membutuhkan pasokan listrik sekitar 400 Megawatt (MW). Selain itu, WK Blok Rokan juga membutuhkan uap sebesar 335 ribu barel standar per hari (MBSPD). Pasokan listrik dan uap sangat penting untuk Blok Rokan karena sebagai tulang punggung produksi minyak nasional. Pasalnya Blok Rokan menyumbang lifting minyak nasional mencapai 22 persen dengan produksi berkisar 160 – 170 ribu barel per hari. PHR telah melakukan penandatanganan jual beli listrik dan uap dengan PT PLN (Persero) pada 1 Februari 2021.
“Pada bulan Febuari lalu, kami telah melakukan penandatanganan jual beli listrik dan uap dengan PT PLN (Persero), mudahan-mudahan ini bisa terus kita jalankan dan jadikan kerjasama antara PLN dan PHR,” kata Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan (PHR), Jaffe Arizon Suardin, dalam webinar yang diselenggarakan oleh Ruang Energi, bertajuk “Keandalan Pasokan Listrik Jaga Produksi Blok Rokan”, melalui aplikasi Zoom dan Channel YouTube di Jakarta, Selasa (22/6).
Menurutnya, WK Blok Rokan tidak hanya availability dari listrik dan uap, tentunya keandalan dari pasokan sangat penting untuk beberapa tahun kedepan. “Misi kami tentunya untuk meningkatkan produksi di Blok Rokan, sebab masih cukup banyak potensinya,” tuturnya.
Business Support Project Leader PHR, Danang Saleh menambahkan bahwa PHR sudah bekerjasama erat dengan PLN, sehingga rencana pasokan listrik dan uap ini bisa terlaksana dengan baik. “PHR sendiri baru akan mengoperasikan Blok Rokan pada 9 Agustus 2021, pasca berakhirnya kontrak operator sebelumnya yakni PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Jadi masih ada 1,5 bulan lagi untuk mengoperasikan Blok Rokan. Saat ini kami sedang masa transisi, mempersiapkan segala sesuatunya termasuk diskusi intensif dengan rekan-rekan yang nantinya akan memasok gas untuk dijadikan listrik dan uap bersama dengan PLN,” bebernya.
WK Rokan ini merupakan backbone alias tulang punggung produksi minyak nasional. Pasalnya, Blok Rokan menjadi penyumbang lifting minyak sebesar 20% – 24% dengan produksi sekitar 160 ribu – 170 ribu Barel Per Hari (BPH). Di mana 11,942 MMBO komulatif sampai dengan 2020, cadangan sebesar 329 MMBO.
WK Rokan sendiri memiliki area sekitar 6,453 km2 dengan 104 lapangan minyak, terdiri dari 85 lapangan aktif dan lapangan utama, yakni Duri, Minas, Bangko, Balam South, Petapahan, yang tentunya membutuhkan supply listrik dan uap yang cukup banyak.
“Supply listrik bisa dikatakan menjadi Sembako (Sembilan Bahan Pokok) bagi kami agar bisa beroperasi dengan baik. WK Rokan sendiri membutuhkan pasokan listrik sebesar 400 Megawatt (MW) dan Uap sekitar 335 MBSPD. Kami melanjutkan produksinya, dan tentunya kami ingin pasokan listrik dan uap ini benar-benar seamless (tidak ada kendala apapun), sehingga diharapkan operasional sumur-sumur kami dapat berjalan dengan baik,” tambahnya.
Setelah 9 Agustus 2021, End Of Contract(EOC) PSC (Profit Sharing Contract) yang telah lama dianut oleh operator sebelumnya yakni Cost Recovery, PHR akan menggunakan skema kontrak bagi hasil (Gross Split). “Dengan PSC Gross Split ini kami dituntut untuk sangat-sangat efisien termasuk dalam hal penyediaan listrik, uap dan gas,” imbuhnya.
Dia berharap dengan proses alih kelola ini bisa berjalan dengan lancar, tanpa gangguan dan kendala. Smooth, seamless, sehingga antara 8 Agustus dan 9 Agustus 2021 tidak ada hal apapun yang menjadi kendala. PHR telah memiliki beberapa strategi dalam meningkatkan produksi Blok Rokan, salah satunya yakni Infill Drilling; Work Over; Well Intervention; Eksplorasi; Optimasi Waterflood; Optimasi Steamflood, dan lain-lain. Tentunya ini membutuhkan dukungan dari sumber energi terutama listrik dan uap. “Kami akan meningkakan produksi dengan bekerja secara massif dan agresif. Dengan begitu, kami akan tetap menjadi kontributor utama produksi minyak nasional, ini yang kami kejar dan merupakan amanat negara,” tutupnya.