
Jakarta, Bumntrack.co.id – Harga saham maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) melesat 15,28 persen di level Rp332/saham dengan nilai transaksi Rp218,3 miliar dan volume perdagangan 681,7 juta saham pada perdagangan sesi I, Kamis (12/11). Sedangkan pada penutupan perdagangan, Saham Garuda Indonesia tertinggi berada di posisi Rp350, posisi terendah Rp282 dan ditutup pada Rp318. Saham Garuda Indonesia mencatatkan volume perdagangan 1.096.503.100 dengan nilai 356.829.147.400 sebanyak 52.094 kali.
Dalam sepekan terakhir saham GIAA naik 37,19 persen, sebulan naik 44,35%, dan 6 bulan terakhir melesat 105% dengan kapitalisasi pasar Rp 8,59 triliun. Hari ini asing mencatatkan net sell atau jual bersih saham Garuda Rp 4,22 miliar sehingga penguatan saham didorong aksi beli investor domestik. Sementara saham GMFI juga ‘loncat’ 13,25% di level Rp 94/saham dengan nilai transaksi Rp 17,8 miliar dan volume perdagangan 192 juta saham.
Saham Garuda pada pekan lalu juga sempat terkerek dengan kabar bahwa ustaz Yusuf Mansur yang baru melepas sebagian keuntungan di saham PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) akan masuk ke saham Garuda. Saham Garuda menguat secara fundamental terjadi antara lain karena rencana Menteri BUMN, Erick Thohir membentuk holding penerbangan (aviasi) dan pariwisata dengan salah satu anggotanya Garuda Indonesia.
“[Dalam tahap] Persetujuan pemerintah… Iya [selesai akhir tahun],” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dilansir dari CNBCIndonesia, Jumat (13/11).
Holding ini nantinya akan dipimpin oleh PT Survai Udara Penas (Persero) alias Penas. Beberapa perusahaan yang akan di holding ini antara lain Garuda Indonesia, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), PT Angkasa Pura I dan II, dan PT Hotel Indonesia Natour (HIN). Holding disebut-sebut akan melibatkan PT Pelita Air Services (Pelita Air) dan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav).
Selain sentimen positif, Garuda Indonesia sempat diterpa pemberitaan dugaan skandal korupsi pemesanan pesawat jenis Bombardier. Serious Fraud Office (SFO) alias lembaga penyidik tindak pidana pasar keuangan Inggris melakukan penyelidikan terkait dugaan korupsi Bombardier dan Garuda terkait pemesanan pesawat pabrikan Kanada tersebut. Otoritas Inggris ini turun tangan mengingat saham Class B Bombardier tercatat di Bursa London Stock Exchange (LSE).
“Sehubungan dengan pemberitaan mengenai lembaga anti korupsi Inggris (Serious Fraud Office), Garuda Indonesia akan menghormati proses hukum yang tengah berjalan sehubungan dengan dugaan suap kontrak penjualan pesawat Bombardier pada periode tahun 2012 lalu. Garuda Indonesia juga secara aktif akan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak berwenang guna memastikan dukungan penuh Perusahaan atas upaya penegakan hukum kasus tersebut,” kata Irfan.
Dukungan Garuda Indonesia terhadap upaya penegakan hukum ini selaras dengan mandat yang diberikan Pemerintah untuk terus memperkuat implementasi Good Corporate Governance pada seluruh aktivitas bisnis Perusahaan.
Dalam keterbukaan informasi, Garuda Indonesia menyatakan tidak terlibat secara langsung terhadap proses penyelidikan tersebut, sehingga dalam hal ini Perseroan tidak mendapatkan informasi secara resmi mengenai latar belakang dan perkembangan dari dugaan tersebut Lebih lanjut sehubungan dengan dugaan tersebut. “Perseroan dalam hal ini akan menghormati proses hukum yang tengah berjalan dan akan berkoordinasi dengan pihak-pihak berwenang guna memastikan dukungan Perseroan atas upaya penegakan hukum kasus tersebut. Dukungan Perseroan terhadap upaya penegakan hukum ini selaras dengan mandat yang diberikan Pemerintah kepada kami untuk terus memperkuat implementasi Good Corporate Governance pada seluruh aktivitas bisnis Perseroan,” kata PV Corporate Secretary, Mitra Piranti dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sampai saat ini, lanjutnya, tidak ada informasi atau kejadian penting yang material dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perseroan serta dapat mempengaruhi harga saham perseroan. Sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir mendukung penuh pemeriksaan yang dilakukan SFO. Lembaga ini tengah menyelidiki dugaan penyuapan dan korupsi terkait kontrak dan pesanan Garuda.
“Kami di Kementerian BUMN sangat mendukung untuk penindak-lanjutan masalah hukum di Garuda karena ini merupakan bagian dari Good Corporate Governance dan transparasi yang dijalankan sejak awal kami menjabat dan sesuai dengan program transformasi BUMN. Dan, kami akan terus berkoordinasi dengan aparat penegak hukum (KPK, Kumham, dan Kejaksaan) dalam penanganan kasus Garuda. Kumham membantu kami dalam melakukan revisi kontrak melalui mutual legal assistance,” kata Menteri BUMN, Erick Thohir.
Melansir Aerotime, Garuda disebutkan telah mengoperasikan 18 jet regional Bombardier CRJ-1000. Adapun kesepakatan untuk memperoleh pesawat tersebut diselesaikan selama Singapore Airshow pada Februari 2012. Kala itu, maskapai pelat merah setuju untuk memperoleh enam pesawat CRJ-1000 dengan opsi untuk menerima pengiriman 12 jet tambahan. Kesepakatan antara kedua belah pihak mencapai US$ 1,32 miliar dengan harga jual. Garuda Indonesia lantas menerima pengiriman jet regional pertama buatan Kanada pada Oktober 2012. Adapun Bombardier telah mengirimkan CRJ-1000 terakhirnya pada Desember 2015 lalu.
“Karena ini adalah investigasi langsung, SFO tidak dapat memberikan komentar lebih lanjut,” demikian pernyataan singkat SFO.
Erick Thohir mengaku akan bersikap koperatif terkait perkembangan kasus tersebut. BUMN, kata dia, akan berkoordinasi dengan sejumlah pemangku kepentingan dalam membantu penanganan kasus Garuda Indonesia.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan aparat penegak hukum dalam penanganan kasus Garuda. Kemenkumham membantu kami dalam melakukan revisi kontrak melalui mutual legal assistance,” katanya. (*)
Diolah dari CNBC dan berbagai sumber