
Jakarta, Bumntrack.co.id – PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) kembali mengadakan Public Expose secara virtual (meeting non fisik) namun, tidak mengurangi semangat untuk dapat memberikan informasi dan perkembangan terkini terkait kinerja perseroan. Pada Semester I/2020, IPCC mencatatkan penurunan pendapatan Rp175,68 miliar atau lebih rendah 23,18 persen.
“Kondisi kinerja keuangan IPCC di kuartal kedua sangat terdampak dari menurunnya aktivitas layanan bongkar muat kendaraan di Terminal IPCC. Jika di kuartal I 2020, kinerja IPCC masih dapat survive namun, di kuartal II cenderung turun dan bahkan tercatat adanya kerugian. Belum lagi terkena dampak dari penerapan PSAK 73 dimana timbul tambahan beban atas bunga sewa dari lahan yang dipergunakan IPCC untuk kegiatan usaha,” kata Direktur Keuangan dan SDM, Dessy Emastari Prihatiningtyas di Jakarta, Selasa (25/8).
Pada periode semester pertama tahun ini, IPCC mencatatkan pendapatan sebesar Rp175,68 miliar atau lebih rendah 23,18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp228,70 miliar. Penurunan disebabkan lebih rendahnya pendapatan dari segmen Pelayanan Jasa Terminal yang memberikan kontribusi 93,20% terhadap total pendapatan dimana turun 22,56% menjadi Rp164.73 miliar dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp212,72 miliar. Pada segmen Pelayanan Jasa Barang yang berkontribusi 5,42% mengalami penurunan 31,69% dari Rp12,87 miliar di semester pertama tahun lalu menjadi Rp8,79 miliar. Segmen Pelayanan Rupa-Rupa Usaha naik tipis 1,84% menjadi Rp1,60 miliar dan Pengusahaan Tanah, Bangunan, Air, dan Listrik turun 63,44% menjadi Rp560 juta.
“Dampak dari penurunan tersebut membuat Laba Usaha IPCC turut mengalami penurunan. Tercatat Laba Usaha IPCC di periode semester pertama tahun ini sebesar Rp3,16 miliar atau turun 96,49 persen dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp89,92 miliar,” tambahnya.
Adanya peningkatan pencatatan pada Kerjasama Mitra Usaha dimana meningkat 64,75 persen dari Rp32,21 miliar menjadi Rp53,06 miliar berimbas pada perolehan laba usaha IPCC. Peningkatan beban Kerjasama Mitra Usaha terjadi karena adanya penambahan Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yang melakukan pelayanan bongkar muat di Terminal Domestik IPCC seiring adanya perpindahan kargo kendaraan dari Terminal Pelabuhan Tanjung Priok (PTP).
Peningkatan beban juga terjadi pada pencatatan Beban Keuangan dimana mengalami kenaikan beban dari Rp9,91 juta menjadi Rp20,37 miliar karena adanya penambahan pencatatan Bunga atas Liabilitas Sewa sebagai akibat penerapan PSAK 73 terhadap sewa lahan yang dilakukan IPCC terhadap induk usaha, IPC.
Sementara itu, pendapatan bunga sebesar Rp15,69 miliar dari sebelumnya Rp22,18 miliar. Meski terjadi peningkatan depresiasi dari Rp8,14 miliar di semester pertama 2019 menjadi Rp12,73 miliar di periode yang sama tahun ini dan peningkatan pada amortisasi menjadi Rp35,21 miliar dari sebelumnya Rp1,21 miliar namun, EBITDA IPCC terlihat lebih rendah 45% menjadi Rp66,79 miliar di semester pertama tahun ini karena terjadinya penurunan Laba Usaha. Alhasil, bottom line IPCC mengalami koreksi menjadi rugi secara pencatatan menjadi Rp237,78 juta di periode semester pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yang masih tercatat laba Rp90,57 miliar.
Direktur Utama IPCC, Ari Henryanto menyampaikan perkembangan industri otomotif saat ini masih menjadi bagian dari supporting business Perseroan. Profil pemegang saham IPCC hingga akhir Juni 2020 sebanyak 98 persen merupakan investor individu. Namun demikian, dari sisi jumlah lembar saham mayoritas masih dimiliki oleh PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)/IPC.
Direktur Operasi dan Teknik, Rio Theodore Natalianto Lasse menyampaikan perseroan memiliki rencana pengembangan lahan sebagai bagian dari optimalisasi lahan di wilayah ex-PP sebesar 2 ha dan ex-DKP sebesar 1,89 ha serta perkembangan kegiatan layanan bongkar muat kendaraan sepanjang semester I 2020.
“Secara akumulasi sepanjang Januari hingga Juni tahun ini, penanganan bongkar muat kendaraan CBU di Lapangan Internasional masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu,” jelasnya.
Untuk segmen CBU, sepanjang enam bulan pertama di tahun ini ditangangi 124.734 unit CBU atau lebih rendah 26,58% (YoY) dibandingkan periode yang sama di tahun lalu dimana penanganan ekspor turun 21,18% (YoY) menjadi 105.082 unit CBU dan import berkurang 46,25% (YoY) menjadi 19.652 unit CBU dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Untuk segmen Alat Berat, perbaikan terlihat pada kegiatan bongkar muat ekspor dimana ditangani 2.847 unit sepanjang satu semester pertama di tahun ini atau naik 58,52% (YoY) namun, impor berkurang 57,50% (YoY) dibandingkan periode yang sama di tahun lalu menjadi 2.278 unit. Pada segmen Sparepart, sebanyak 12.650 M3 atau turun 9,51% (YoY) di sepanjang enam bulan pertama tahun ini untuk kegiatan ekspor dan sebanyak 10.565 M3 di periode semester pertama tahun ini atau lebih rendah 45,10% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Secara akumulasi sepanjang semester I 2020, jumlah CBU di Lapangan Domestik mencapai 55.875 unit atau naik 43,64% (YoY) dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Alat Berat naik 25,26% (YoY) di sepanjang semester pertama di tahun ini menjadi 7.532 unit dari periode yang sama di tahun lalu sebesar 6.013 unit. Sedangkan Spareparts masih lebih rendah dimana turun 81,89% (YoY) di semester pertama tahun ini menjadi 1.403 M3.