SIBV: New Normal Butuh Kepastian Aman dan Rasa Aman dari Covid-19

E-Magazine Januari - Maret 2025

Jakarta, Bumntrack.co.id – Menjelang pelaksanaan The New Normal, masyarakat memerlukan kepastian rasa aman dan aman dari penularan Covid-19. Skenario New Normal diterapkan karena cirus masih mengancam sedangkan vaksin belum ditemukan.

“Perilaku disiplin masyarakat terhadap protokol keselamatan dan kesehatan membuat penyebaran melambat, sehingga sistem perawatan Rumah Sakit bisa menangani jumlah pasien dengan baik. Masyarakat disiplin menggunakan masker jika keluar rumah, menjaga jarak fisik dan hidup lebih bersih dari sebelumnya,” kata Deputy SDM Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN, Alex Denni dalam teleconference di Jakarta, Selasa (9/6).

Menurutnya, dalam konteks covid-19 ada dua variabel yang tak bisa ditebak akan tetapi berpengaruh terhadap keseluruhan. Dua variabel tersebut yaitu vaksin dan perilaku masyarakat. Dua variabel tersebut dipetakan menjadi 4 skenario yaitu New Normal, Death Zone, LongerlifeHope dan DonkeyMan.

Untuk menuju The New Normal, Guru besar Ilmu Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, Erwan Agus Purwanto mengatakan masyarkat harus memahami berbagai protokol kesehatan pada berbagai kegiatan termasuk sektor ekonomi, sosial, agama dan pendidikan.

“Pemahaman tersebut secara konsisten harus terus dijalankan dalam kegiatan sehari-hari dalam situasi new normal. Secara kolektif, masyarakat turut membantu pemerintah dalam menjalankan protokol kesehatan agar Covid-19 tidak bertambah,” jelasnya.

Namun, lanjutnya, dalam penerapan skenario new normal dengan protokol kesehatan yang ketat, dunia usaha perlu berhitung ulang agar usaha yang dijalankan masuk akal. Artinya, usaha yang dijalankan dengan protokol covid-19 tidak membuat usaha merugi.

“Biaya yang dikeluarkan para pelaku usaha dalam melaksanakan protokol kesehatan dilihat apakah masuk akal atau tidak. Seperti halnya physical Distancing di berbagai angkutan moda bus, pesawat dan angkutan umum apakan masuk akal dari perhitungan biaya produksi,” jelasnya.

Salah satu tantangan sosial budaya yang terjadi di masyrakat adalah tingkat pemahaman yaang berbeda. Selain itu, masyarakat juga memiliki perilaku yang berbeda berdasarkan pendidikan, jenis kelamin, lokalitas.

“Karakter masyarakat juga bervariasi, ada masyarat yang menerima apa adanya atau masa bodo dengan covid-19. Ada masyarakat yang mendukung new normal, tetapi ada juga yang kekurangan fasilitas pendukung. Ada juga yang masyrakat yang sensitif,” terangnya.

PT Surveyor Indonesia (PTSI) bersama PT Bureau Veritas Indonesia (BV) menilai skenario New Normal membutuhkan rasa aman dan keamanan. Indonesia negara kaya di berbagai sektor termasuk sektor pariwisata. Saat pandemi Covid-19 melanda, sektor Pariwisata turun drastis bukan hanya Indonesia, tetapi di seluruh dunia.

“Ada kebiasaan yang harus di stop. Perlu adanya effort dari BUMN, bersinergi dengan lembaga internasional untuk membantu membangkitkan sektor pariwisata yang pada akhirnya menumbuhkan sektor usaha lain. Dari sinilah berajak bahwa kita memerlukan sertifikasi keamanan dari Covid-19,” kata Direktur Utama PT Surveyor Indonesia, Dian M Noer.

Berdasarkan survei mckinsey, lanjutnya, optimisme ekonomi Indonesia akan segera pulih. Dari survei tersebut disebutkan bahwa masyarakat yang tadinya sering kongkow, saat ini mulai ditinggalkan.

“Hal-hal yang tak perlu dihentikan, dengan sendirinya mereka akan berhati-hati dalam menggunakan uangnya. Padahal roda ekonomi akan terhambat kalau masyrakat banyak menahan spending. maka dengan sendirinya sektor produksi akan melambat juga,” tegasnya.

Bagikan:

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.