
Meluasnya pasar penjaminan yang digarap Perum Jamkrindo menuntut perusahaan untuk senantiasa meningkatkan kompetensi SDM. Pembenahan business process dan memperkuat jalinan sinergi dilakukan demi mewujudkan cita-cita perusahaan menjadi leading di bisnis penjaminan.
Trend pertumbuhan bisnis penjaminan cukup menjanjikan. Peluang untuk bertumbuh masih sangat terbuka lebar seiring dengan beberapa indikasi yang mendukungnya. Di antaranya, tren perkembangan ekonomi yang cukup kondusif, backlog pembangunan infrastruktur hingga 2022, pertumbuhan jumlah UMKM sekaligus volume kredit UMKM di berbagai sektor.
Faktor lain yang memberi angin segar bagi pertumbuhan bisnis penjaminan adalah cetak biru pengembangan ekonomi kreatif Indonesia, perkembangan fintech dan peer to peer lending serta inisiatif strategis OJK untuk pertumbuhan dan pemerataaan ekonomi daerah melalui optimalisasi program pembiayaan, asuransi sektor usaha rakyat, dan penjaminan kredit UMKM.
Peluang tersebut ditangkap sebagai sinyal positif oleh Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia atau dikenal dengan Perum Jamkrindo. Apalagi, pencapaian tren pertumbuhan bisnis penjaminan di sisi internal turut mendukung. Hal ini terlihat dari kinerja operasional perusahaan, khususnya volume penjaminan yang terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2018, volume penjaminan yang diraih Jamkrindo mencapai Rp153.392 miliar atau meningkat 277 persen dibandingkan pencapian pada 2014 yakni sebesar Rp40.734 miliar.
Optimisme akan pertumbuhan positif volume penjaminan juga semakin menguat dengan adanya perubahan anggaran dasar, di mana ruang lingkup usaha dari bisnis penjaminan tidak hanya melakukan penjaminan UMKM, namun merambah ke peluang usaha lainnya seperti penjaminan dalam rangka sinergi BUMN. Dengan adanya kesempatan tersebut, Jamkrindo telah memproyeksikan peningkatan volume penjaminan pada 2023 sebesar Rp298.292 miliar.
Ditemui di ruang kerjanya di bilangan Kemayoran, Jakarta Pusat, Direktur Utama Perum Jamkrindo Randi Anto mengatakan, potensi pertumbuhan bisnis tak luput dari peran generasi milenial yang giat mencari peluang pasar. Selain itu, pertumbuhan infrastruktur di Indonesia membawa sinyal positif terhadap pertumbuhan bisnis turunannya. “Saya punya demografi anak-anak muda yang siap membawa bisnis ini terus tumbuh dan bergerak lebih lincah. Di sisi lain, jika bicara makro Indonesia, proyek infrastruktur masih terus digenjot oleh pemerintah, mereka butuh penjaminan, jadi peluang pasar kita besar sekali,” ungkap randi Anto membuka perbincangan dengan BUMN Track, Awal Juli lalu.
Dorong Kompetensi SDM
Proses transformasi tidak dapat dihindari. Tahapan ini dibutuhkan sebagai upaya mengoptimalisasi performa perusahaan agar terus berkembang dinamis mengikuti kebutuhan pasar. Begitupula dengan langkah transformasi yang diambil Perum Jamkrindo, yang tahun ini menetapkan untuk fokus meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia, menata business process serta menginisiasi strategi sinergi BUMN.
Randi yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Konsumer Bank BRI pada 2017 ini menegaskan, untuk menciptakan proses kerja yang efektif dan efisien maka dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten. Belum lagi, dengan dorongan melakukan sinergi BUMN, maka segmen penerima jaminan dan terjamin pun mengalami perluasan. Melalui sinergi BUMN, Jamkrindo dapat menyasar BUMN sektor lain di luar Bank BUMN yang sekarang telah bermitra sebagai penerima jaminan ataupun sebagai terjamin. Di samping itu, segmen terjamin dapat diperluas kepada pelaku usaha di atas kelas UMKMK.
Karenanya, peningkatan kompetensi SDM menjadi salah satu target prioritas Jamkrindo, tak terkecuali pada tahun ini. “SDM merupakan aspek yang sangat kami perhatikan dan menjadi salah satu program prioritas. Bahkan, arahan pengembangan kompetensi SDM dalam lima tahun ke depan ialah agar segenap insan Jamkrindo bisa menjadi leader atau ahli dalam bisnis penjaminan, expert di bidang pengelolaan UMKM, dan expert dalam database UMKM,” jelas Randi seraya mengatakan, dalam rangka memperkuat kompetensi dan kualitas SDM, Jamkrindo rutin melakukan berbagai pelatihan dan sertifikasi.
Di bidang learning, perusahaan telah membangun program knowledge management dengan mengembangkan website khusus. Tujuan program tersebut adalah untuk meningkatkan kompetensi karyawan sehingga proses dan kualitas hasil kerja mereka semakin efektif dan efisien, produktivitas karyawan meningkat yang pada akhirnya berujung pada peningkatan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.
Ruang lingkup program knowledge management Jamkrindo sendiri meliputi sharing knowledge, sharing experience, pelatihan online, kuis online, dokumentasi materi dan kegiatan pelatihan, sekaligus menjalankan fungsi sebagai digital library perusahaan yang pada intinya ialah agar haryawan merasakan happy learning.
“Kami sudah siapkan maping human capital improvement di 2019 yang berlanjut sampai 2022. Leadership-nya harus jalan, marketingnya harus dibekali, semuanya harus improve mengikuti kebutuhan dan perkembangan yang sangat dinamis,” kata Randi yang kembali terpilih menjadi Ketua Asosiasi Perusahaan Penjaminan Indonesia (Asippindo) untuk periode 2019–2021.
Penguatan dari sisi human capital yang dilakukan Jamkrindo seiring dengan kebutuhan perusahaan membenahi business process. Mengingat, terdapat dua bagian yang melingkupi business process, yakni terdiri dari hardware berupa infrastruktur dan software yang berkaitan dengan kemampuan human capital.
“Karena kalau di lembaga keuangan itu yang paling penting adalah human capital. Sistem bisa enggak terlalu oke tetapi kalau komptensi SDM-nya bagus maka bisnis bisa tetap jalan. Business process menuntut kecepatan, artinya wewenang delegasi harus ada. Makanya sejak sekarang kita dorong mereka dan kasih bekal untuk ke sana,” tukas Randi.
UMKM Naik Kelas
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menyandang peranan strategis dalam pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus penyerapan tenaga kerja. Sebagai perusahaan yang diberi mandat khusus oleh pemerintah untuk melakukan penjaminan bagi UMKM dan koperasi (UMKMK), Perum Jamkrindo berperan besar menjadi tonggak pemberdaya UMKMK di Indonesia.
Selain terus meningkatkan kapasitas penjaminan kredit, Perum Jamkrindo juga berinovasi dengan melakukan pemeringkatan terhadap UMKM hingga memberikan pendampingan kepada para UMKM. Untuk mengantarkan UMKM aga go international, perusahaan kerap terjun langsung untuk membantu mempromosikan hasil-hasil produk UMKM dengan cara mengikutsertakan mereka ke berbagai pameran baik domestik maupun internasional. “Dengan mengikuti pameran-pameran berskala internasional, harapan kami UMKM binaan Perum Jamkrindo bisa memperbesar pasar ekspornya,” ungkap Randi.
Peningkatan pembinaan UMKM juga didukung dengan aplikasi dan teknologi terkini. Hal tersebut menjadi salah satu upaya Jamkrindo dalam menyesuaikan diri dengan era industri 4.0 yang terjadi saat ini. Salah satunya, Jamkrindo kini sedang dalam tahapan pilot project mengaktifkan marketplace guarantee. Langkah untuk menguji kehandalan sistem itu dilakukan dengan cara mengumpulkan database UMKM yang sedang membutuhkan pembiayaan di wilayah tertentu.
Dalam aplikasi tersebut, Perum Jamkrindo berperan menilai kelayakan usaha UMKM melalui sistem pemeringkatan yang mengintegrasikan metodologi Jamkrindo Scoring (Jscore), psikometrik, lembaga pengelola informasi perkreditan (LPIP) dan data NIK. Perum Jamkrindo bertindak sebagai pemasok data UMKM potensial yang layak kredit & layak jamin kepada mitra penerima jaminan yaitu lembaga keuangan, baik bank maupun non-bank. Dari sisi UMKM, dengan memiliki peringkat ”UMKM Layak”, UMKM memiliki potret dan memiliki posisi tawar yang lebih baik.
“Karena sifatnya baru pilot project, dampak positif dari aplikasi tersebut belumlah signifikan. Namun, ke depan, aplikasi ini diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi perusahaan, di samping menjadi sumber database UMKM Perum Jamkrindo,” ungkap Randi .
Pria yang terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Himpunan Penjaminan dan Perasuransian Negara (Himppara) ini menekankan, kehadiran marketplace guarantee akan mempermudah UMKM dalam mengakses permodalan dari lembaga keuangan mitra Jamkrindo. Aplikasi tersebut juga bisa berfungsi sebagai alat analisa kelayakan usaha UMUM sekaligus mempertemukan UMKM layak kredit dengan lembaga keuangan penyalur kredit.
Tingkatkan Non KUR
Dari sisi kinerja operasional konsolidasi, total realisasi jumlah volume penjaminan kredit hingga bulan Mei 2019 tercatat sebesar Rp90,38 triliun. Porsi terbesar yakni 72 persen atau Rp65,37 triliun diperoleh dari penjaminan Non KUR, dan sisanya sebesar 30 persen atau Rp25,01 triliun merupakan penjaminan KUR. Dalam tahun-tahun mendatang, Jamkrindo juga membidik porsi volume penjaminan non penugasan pemerintah lebih besar dari penjaminan KUR.
Adanya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2018 yang membuka peluang atau pasar baru dalam memberikan penjaminan, membawa angin segar bagi Jamkrindo. Dengan mulai berlakunya PP tersebut pada tahun ini, Jamkrindo bisa memperluas penjaminan di luar UMKM dan koperasi, salah satunya melalui sinergi BUMN.
Sebagai upaya menggenjot volume bisnis Non KUR, berbagai hal yang dilakukan di antaranya memperkuat sinergi antar BUMN, Himbara, Himpara, Jamkrida serta memperkuat jaringan agen penjaminan suretyship yang tersebar dengan skema SaKa-SaKi (Satu Kabupaten, Satu Kaki) dan lain-lain.
Sementara itu, untuk menjaga keberlanjutan perusahaan, pihaknya selalu berpegangan pada praktik-praktik bisnis yang baik dengan mengedepankan Good Corporate Governance (GCG). “Dari segi bisnis, Jamkrindo terus berkomitmen memperluas pasar penjaminan dengan membuka kerjasama baru kepada perbankan, non perbankan, dan BUMN, serta melakukan berbagai kajian strategis menciptakan produk penjaminan sesuai dengan yang ditawarkan oleh perbankan/non bank agar selalu bisa terus relevan hadir ditengah-tengah masyarakat,” pungkas Randi.