Tiga Rekomendasi Net Zero Emisi Karbon Task Force ESC B20
Jakarta, Bumntrack.co.id – B20 Indonesia menggelar forum dialog The Energy Transition In Growth Markets secara Hybrid. Forum ini membahas tentang masa depan industri energi di era yang mengedepankan keberlanjutan dan emisi rendah demi masa depan yang hijau dan planet yang lebih lestari.
“Potensi dekarbonisasi menuju net zero emission salah satunya juga berasal dari kawasan industri. Penyediaan energi terbarukan untuk perusahaan di kawasan industri yang memiliki demand yang besar akan dapat berkontribusi dalam mencapai target transisi energi,” kata Deputy Chair TF ESC B20 Agung Wicaksono yang juga merupakan Managing Director Jababeka Infrastruktur dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (23/6/22).
Menurutnya, transisi energi dan Task Force ESC B20 memiliki peran penting dalam mencapai prioritas transisi energi terutama untuk mencapai net zero emission. Keberlanjutan perubahan iklim adalah sesuatu yang harus diperjuangkan untuk masa depan. Untuk itu, TF ESC saat ini telah menyusun rekomendasi kebijakan yang berfokus kepada 3 rekomendasi dengan 12 tindakan kebijakan yang menyerukan kerja sama global.
Tiga rekomendasi kebijakan tersebut yaitu, pertama, mempercepat transisi ke penggunaan energi berkelanjutan dengan mengurangi intensitas karbon melalui beberapa jalur. Kedua adalah untuk memastikan transisi yang adil, teratur, dan terjangkau ke penggunaan energi yang berkelanjutan. Ketiga, meningkatkan ketahanan energi sehingga konsumen dapat mengakses dan mengkonsumsi energi bersih dan modern.
Untuk memastikan transisi yang adil, teratur, dan terjangkau ke penggunaan energi yang berkelanjutan, pembiayaan ke negara-negara berkembang patut diperhitungkan. Untuk itu perlu dirumuskan cara bagaimana mengintegrasikan keuntungan dari penetapan harga karbon ke pembiayaan transisi energi.
“Selain itu, pada transisi energi kita juga harus memikirkan aspek keamanan dan ketersediaan energi dunia. Artinya, pada saat yang sama kami memastikan bahwa selain bergerak menuju energi yang lebih hijau, pada saat yang sama kami juga memastikan bahwa setiap orang mendapatkan akses ke energi bersih dan modern,” tuturnya.
Ketua Umum KADIN Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan, saat ini pemain utama di ruang energi dan utilitas menghadapi tantangan yang tidak ringan. Perlu ada kolaborasi bersama menuju pengurangan emisi karbon yang signifikan dan transisi yang progresif dari energi penyumbang karbon menjadi energi yang ramah lingkungan, lebih hijau, dan berkelanjutan.
“Transisi energi yang lebih hijau bukan berarti menghentikan profit bagi perusahaan. Justru, langkah perusahaan yang beralih ke energi bersih akan membuat nilai lebih bagi brand dan konsumen menjadi lebih percaya serta memberikan nilai positif karena melihat komitmen pelaku bisnis bagi dunia yang lebih lestari,” tutur Arsjad.
Hal senada juga dikatakan Ketua Penyelenggara B20 Indonesia, Shinta Kamdani yang melihat transisi energi harus memberikan manfaat, bukan menjadi suatu beban. Transisi energi, lanjut Shinta harus dipersiapkan dengan matang termasuk juga melakukan mitigasi biaya-biaya yang dibutuhkan, serta dampak yang dapat ditimbulkan.
“Transisi energi ini tentunya membutuhkan dukungan pendanaan yang besar. Negara-negara G20 yang berkontribusi 80% perekonomian dunia, diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap proses transisi ini. Ada beberapa prioritas utama yang mesti dikedepankan dalam transisi energi ini seperti aksesibilitas, teknologi, dan pendanaan,” ujar Shinta.