BERITA

Tutup Tahun 2022, Digitalisasi Terintegrasi Pertamina Hasilkan Cost Optimization Hingga USD3,27 Miliar

Bumntrack.co.id. Jakarta – Menutup Tahun 2022, PT Pertamina (Persero) mencatatkan pencapaian laba bersih tertinggi sepanjang sejarah. Pertamina membukukan laba bersih USD3,81 miliar atau Rp 56,6 triliun, naik 86 persen dibanding tahun 2021 sebesar USD 2,05 miliar atau Rp29,3 triliun.

“Kinerja keuangan dan operasional makin monce didukung digitalisasi terintegrasi dari hulu hingga hilir. Digitalisasi tersebut mampu menghasilkan cost optimization sampai USD3,273 Juta,” kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati di Jakarta, Selasa (7/6/23).

Baca juga: Capaian Tertinggi Sepanjang Sejarah, Pertamina Bukukan Laba Bersih Rp56,6 Triliun

Pertamina memiliki banyak anak perusahaan dan afiliasi sehingga digitalisasi menjadi peran kunci untuk mengelolanya secara terintegrasi. Pada periode 2022, dengan pemanfaatan teknologi, sektor hulu Pertamina mampu meningkatkan lifting migas sebesar 15 persen dan produksi migas hingga 8 persen.

“Kami memiliki sekitar 65 blok dengan 27.000 sumur yang harus dimonitor setiap hari. Tidak mungkin dilakukan tanpa digitalisasi yang terintegrasi dari hulu ke hilir,” tambahnya.

Di lini bisnis pengolahan, Pertamina juga mampu meningkatkan kenaikan intake sebesar 6 persen dan yield valuable 2 persen. Dengan digitalisasi, dapat dilakukan predictive maintenance untuk mencegah unplanned shutdown dan pemeliharaan kilang makin optimal.

“Kami harus memastikan kilang beroperasi sesuai rencana. Melalui database dan artificial intelligent ,kami bisa mengetahui jika ada kerusakan pada kilang,” ujarnya.

Di sektor hilir, khususnya digitalisasi SPBU Pertamina menerapkan minimum inventory stok BBM tanpa mengurangi ketersediaan produk BBM untuk masyarakat. Hal ini sangat membantu pengelolaan keuangan dalam bentuk cadangan. “Sepanjang kami jaga dan monitor betul agar tidak terjadi kelangkaan, sehingga uang yang tersimpan dalam inventory dapat dikurangi. Kami atur betul inventory setiap SPBU seperti apa,” tambahnya.

Digitalisasi juga berhasil mengurangi losses dan penyalahgunaan BBM dan LPG bersubsidi. Dengan data, pihaknya dapat memitigasi terjadinya penyelewengan sehingga akan lebih mudah diatasi. Digitalisasi juga mengubah operating model atau cara bekerja, yang akhirnya dapat memberikan value dalam bentuk cost optimization yang meliputi cost efficiency, cost avoidance, dan revenue enhancement.

“Tiga hal ini dalam dua tahun terakhir, 2021 dan 2022, nilainya mencapai USD3,27 miliar. Cost optimization ini menjadi penyumbang terbesar dari peningkatan kinerja Pertamina untuk tahun 2022,” tegasnya..

Artikel Terkait

Back to top button