
Jakarta, Bumntrack.co.id – Untuk menjadi pemimpin pasar operator penerbangan di ASEAN, PT Angkasa Pura II (Persero) melakukan program transformasi yang telah dirintis sejak empat tahun lalu, melalui Transformation 1.0 (2016 – 2020) lalu Transformation 2.0 (2020 – 2024). Pada Transformation 1.0, fokus pengembangan Business & Portfolio adalah meningkatkan kontribusi pendapatan bisnis nonaeronautika agar lebih besar dibandingkan dengan pendapatan bisnis aeronautika, seperti yang dilakukan operator bandara dunia lainnya.
“Upaya meningkatkan pendapatan bisnis nonaeronautika pada 2016 – 2020 antara lain dengan mengejar bisnis baru melalui anak usaha. Pada 2016, kami membentuk anak usaha PT Angkasa Pura Kargo dan PT Angkasa Pura Propertindo. Keduanya menyusul anak usaha yang sudah terlebih dahulu ada yaitu PT Angkasa Pura Solusi. Kemudian, pada 2019 kami membentuk PT Angkasa Pura Aviasi sebagai strategic purpose vehicle untuk program kemitraan strategis dengan global airport operator antara lain di Bandara Kualanamu. Pada tahun yang sama pula, kami meningkatkan kepemilihan saham untuk menjadi pemegang saham pengendali (46,62%) di perusahaan ground handling PT Gapura Angkasa,” kata President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin di Jakarta, Jumat (19/11).
Melalui optimalisasi anak usaha, pada 2019 pendapatan bisnis nonaeronautika mampu berkontribusi hingga 59% dari total pendapatan PT Angkasa Pura II, sementara kontribusi bisnis aeronautika yang didapat dari tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) sebesar 49%.
Pada Transformation 2.0, PT Angkasa Pura II kembali mengembangkan aspek Business & Portofolio. Pengembangan diarahkan mencapai tiga tujuan yakni memposisikan AP II dapat menciptakan Airport Business Ecosystem, menetapkan model bisnis baru, dan secara berkelanjutan mencari peluang bisnis (business pivoting).
“AP II harus mampu menghidupkan Airport Business Ecosystem misalnya masuk ke ritel Food & Beverages, event di bandara, edutainment di bandara, sampai hospitality, healthy, dan learning, serta menciptakan Digital Ecosystem Service misalnya dengan meluncurkan e-payment,” jelasnya.
Sejalan dengan itu, perseroan menerapkan konsep adjacent business untuk menciptakan bisnis baru (new wave business) guna memperluas pasar dari bisnis inti (aeronautika dan nonaeronautika). Di saat bersamaan, utilisasi dan optimalisasi aset juga dilakukan. Untuk utilisasi aset misalnya dengan memanfaatkan lahan kosong untuk menciptakan pendapatan baru. Sementara optimalisasi dijalankan misalnya dengan kerja sama pengelolaan hotel di bandara dengan merek yang memiliki jaringan internasional.
“Utilisasi dan optimalisasi aset yang dilakukan berdampak pada diversifikasi portofolio bisnis. Kerja sama dengan pihak lain dapat menurunkan risiko. Selain itu, portofolio bisnis pun mengalami rebalancing sehingga hasil/return dapat maksimal,” terangnya.